Roda Pesawat Boeing Milik United Airlines Copot Saat Baru Lepas Landas Beberapa Detik

Insiden roda pesawat Boeing copot seolah mengulang kejadian pada Maret 2024.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 09 Jul 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 09 Jul 2024, 15:00 WIB
Roda Pesawat Boeing Milik United Airlines Copot Saat Baru Lepas Landas Beberapa Detik
Roda pesawat Boeing milik maskapai United Airlines copot saat baru lepas landas, Senin, 8 Juli 2024. (dok. Youtube Cali Planes)

Liputan6.com, Jakarta - Insiden yang melibatkan pesawat keluaran Boeing kembali terjadi. Kali ini, sebuah roda pesawat Boeing 757-200 milik United Airlines tiba-tiba copot saat baru lepas landas pada Senin pagi, 8 Juli 2024.

Video yang direkam RadarBox memperlihatkan sebuah roda pesawat copot dan langsung menghujam ke tanah hanya beberapa detik setelah lepas landas. Pihak maskapai mengonfirmasi insiden tersebut dengan menyebut pesawat bernomor 1001 itu terbang dari Bandara Internasional Los Angeles sekitar pukul 7 pagi menuju Denver.

Beruntung, pesawat bisa mendarat dengan selamat di Denver sekitar tiga jam kemudian. Tidak ada korban jiwa maupun yang terluka dari 174 penumpang dan tujuh awak kabin yang diangkut pesawat tersebut.

Mengutip NY Post, Selasa (9/7/2024), juru bicara United mengatakan bahwa roda pesawat itu berhasil ditemukan di Los Angeles. Mereka saat ini menginvestigasi penyebab insiden tersebut. Tidak diketahui apakah roda yang copot menyebabkan kerusakan lain di tempat mendaratnya roda.

Insiden tersebut mengingatkan pada insiden yang serupa pada Maret 2024. Saat itu, pesawat Boeing 777-200 tujuan Osaka, Jepang, yang mengangkut 249 orang kehilangan rodanya setelah lepas landas dari San Francisco.

Pesawat terpaksa mendarat darurat di Bandara Internasional Los Angeles tanpa cedera. Sementara, roda yang terjatuh merusak beberapa kendaraan yang terparkir di bandara. Video lepas landas tersebut, yang juga ditangkap oleh RadarBox, hampir tidak dapat dibedakan dari rekaman hari kemarin.

Boeing Mengaku Bersalah atas Kecelakaan di Indonesia dan Ethiopia

10 Insiden Pesawat di Indonesia Selama 2014
4 Juni - Salah satu pesawat Lion Air gagal mendarat di Bandara El Tari Kupang, Nusa Tenggara Timur, Rabu, sekitar pukul 14.35 WITA, akibat angin kencang yang mengganggu pendaratan pesawat jenis Boeing tersebut. (Istimewa)

Reputasi Boeing semakin terpuruk akibat rentetan insiden yang melibatkan pesawat buatannya. Pada awal pekan ini, Boeing mengaku bersalah atas penipuan kriminal terkait dua kecelakaan mematikan pesawat jet 737 MAX.

Pihak perusahaan mengaku telah 'mencapai kesepakatan' dengan Departemen Kehakiman AS mengenai dua kecelakaan fatal yang terjadi lebih dari lima tahun lalu, termasuk di Indonesia.

"Kami pada prinsipnya telah mencapai kesepakatan mengenai resolusi dengan Departemen Kehakiman, tergantung pada peringatan dan persetujuan persyaratan tertentu," kata Boeing kepada AFP dalam sebuah pernyataan yang dikutip Selasa (9/7/2024).

Kesepakatan itu dicapai setelah jaksa penuntut menyimpulkan bahwa raksasa penerbangan tersebut melanggar penyelesaian sebelumnya dalam menangani bencana yang menewaskan 346 orang di Ethiopia dan Indonesia. Sejumlah sumber mengatakan kepada AFP pekan lalu bahwa Boeing berada pada tenggat waktu untuk menerima atau menolak proposal Departemen Kehakiman yang mengharuskannya mengaku bersalah atas penipuan selama sertifikasi pesawat Boeing seri MAX.

Kesulitan hukum terbaru Boeing dipicu oleh keputusan Departemen Kehakiman AS pada pertengahan Mei bahwa perusahaan tersebut mengabaikan deferred prosecution agreement (DPA) atau perjanjian penuntutan yang ditangguhkan pada 2021 dengan tidak memenuhi persyaratan untuk meningkatkan program kepatuhan dan etika setelah Boeing MAX jatuh.

Keluarga Korban Tak Terima atas Kesepakatan Boeing dan Departemen Kehakiman AS

Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)
Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)

Keluarga korban pesawat Boeing MAX "sangat kecewa" dengan kesepakatan yang dicapai antara Boeing dan DoJ, kata seorang pengacara di Clifford Law yang mewakili mereka.

"Lebih banyak bukti telah disajikan selama lima tahun terakhir yang menunjukkan bahwa budaya Boeing yang mengutamakan keuntungan di atas keselamatan tidak berubah. Perjanjian pembelaan ini hanya semakin menyimpang dari tujuan perusahaan," kata mitra senior Robert A. Clifford dalam sebuah pernyataan.

Melansir AP, dalam pengajuan kasus hukum pada Minggu malam, 7 Juli 2023, beberapa menit sebelum batas waktu tengah malam, Departemen Kehakiman AS mengungkapkan perjanjian tersebut dan mengatakan tuduhan penipuan tersebut adalah “pelanggaran paling serius yang dapat dibuktikan” yang dapat diajukan terhadap Boeing. Jaksa mengatakan Boeing akan membayar denda ekstra  USD243,6 juta atau sekitar Rp3,9 triliun, setara dengan denda yang dibayarkan pada 2021 untuk kejahatan yang sama.

Boeing akan dikenakan hukuman kejahatan jika pihaknya menindaklanjuti kesepakatan dengan jaksa untuk mengaku bersalah atas penipuan sehubungan dengan persetujuan 737 MAX sebelum dua pesawatnya jatuh. Raksasa kedirgantaraan Amerika disebutkan telah memperhitungkan bahwa mengakui kejahatan lebih baik daripada melawan tuduhan dan menjalani persidangan yang panjang di depan umum. Namun, kesepakatan pembelaan belum merupakan hal yang pasti.

CEO Boeing Akan Mengundurkan Diri

Buntut Jendela Alaska Airlines Terlepas Saat Mengudara, Ratusan Pesawat Boeing 737 MAX 9 Dilarang Terbang
Pesawat Boeing 737 Max 9 yang dimiliki Alaska Airlines. (dok. STEPHEN BRASHEAR / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / Getty Images via AFP)

CEO Boeing Dave Calhoun mengatakan akan mengundurkan diri pada akhir tahun ini. Keputusannya diambil di tengah krisis yang berkembang terkait reputasi keselamatan perusahaan. Boeing juga mengumumkan bahwa CEO divisi penerbangan komersial akan segera pensiun, dan pimpinannya tidak akan mencalonkan diri untuk dipilih kembali.

Boeing sedang jadi sorotan ketika, sebuah pintu yang tidak terpakai meledak dari pesawat Boeing 737 Max tidak lama setelah lepas landas pada Januari lalu. Kejadian ini memberikan tekanan pada perusahaan.

Meskipun tidak ada yang terluka, standar keselamatan dan kontrol kualitas Boeing sekali lagi dipertanyakan. Banyak komentator percaya bahwa transisi kepemimpinan di Boeing sudah lama dibutuhkan. "Perombakan di tingkat atas diperlukan," kata Stewart Glickman melansir BBC ditulis Selasa, 26 Maret 2024, dikutip dari kanal Bisnis Liputan6.com.

Analis ekuitas di CFRA Research itu memercayai masalah saat ini disebabkan oleh kelemahan dalam budaya perusahaan yang hanya dapat diperbaiki dengan wawasan baru. "Saya rasa Anda tidak dapat mengubah budaya dengan suara internal karena saya rasa hal ini sudah terlalu lama terjadi di perusahaan ini," kata dia.

Infografis 7 Insiden Fatal Pesawat Boeing
Infografis 7 Insiden Fatal Pesawat Boeing. (Liputan6.com/Putri Astrian Surahman)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya