Serbu Rumah Sakit, Tentara Israel Tahan Puluhan Petugas Kesehatan Laki-laki dan Tewaskan 2 Pasien Anak Gaza Utara

Tentara Israel kembali melanggar hukum humanitarian internasional dengan menyerbu rumah sakit di Gaza Utara. Pasukan militer itu mundur dengan menahan 30 petugas kesehatan dan menyebabkan kerusakan pada fasilitas rumah sakit hingga menewaskan dua pasien anak tewas.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 28 Okt 2024, 05:01 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2024, 05:01 WIB
Serbu Rumah Sakit, Tentara Israel Tahan Puluhan Petugas Kesehatan Laki-laki dan Tewaskan 2 Pasien Anak Gaza Utara
Mobil ambulans rusak berat usai Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara diserbu tentara Israel pada Jumat, 25 Oktober 2024. (dok. AFP)

 

Liputan6.com, Jakarta - Bak kaset kusut lagu lama, Israel kembali menggunakan dalih memburu teroris saat menyerbu kompleks rumah sakit di Gaza Utara pada Jumat, 25 Oktober 2024. Mereka kemudian keluar dari Rumah Sakit Kamal Adwan, salah satu dari tiga fasilitas medis yang berjuang untuk beroperasi di daerah tersebut, tetapi tetap menempatkan pasukan di luar.

Mengutip Chanel News Asia, Senin (28/10/2024), Kementerian Kesehatan di Gaza Utara menyebarluaskan rekaman yang menunjukkan kerusakan pada beberapa bangunan setelah tentara Israel menarik diri. Petugas medis mengatakan setidaknya 44 dari 70 anggota tim rumah sakit ditahan militer Israel, dengan 14 di antaranya akhirnya dibebaskan, termasuk direktur rumah sakit.

Juru bicara militer Israel menolak berkomentar tentang laporan rumah sakit. Pada Jumat pekan lalu, militer Israel mengatakan mereka menyerbu rumah sakit setelah menerima informasi intelijen mengenai keberadaan teroris dan infrastruktur teroris di sana.

Namun, petugas medis mengatakan setidaknya dua pasien anak meninggal di dalam unit perawatan intensif setelah tembakan Israel mengenai generator dan stasiun oksigen di rumah sakit itu. Staf medis menolak perintah tentara Israel untuk mengevakuasi rumah sakit atau meninggalkan pasien mereka tanpa pengawasan.

Tiga perawat terluka selama serangan dan tiga mobil ambulans hancur, kata kementerian. Sebelum serangan militer, petugas medis mengatakan setidaknya 600 orang berada di rumah sakit, termasuk pasien dan pendamping mereka.

"Keamanan dan nyawa pasien yang ditinggalkan di dalam Rumah Sakit Kamal Adwan tanpa staf medis dan obat-obatan yang sangat dibutuhkan sekarang terancam," kata Marwan Al-Hams dari Kementerian Kesehatan.

 

Kondisi di Gaza Utara Mengerikan

Orang-orang di Rumah Sakit Kamal Adwan, Gaza utara. (AFP)
Orang-orang di Rumah Sakit Kamal Adwan, Gaza utara. (AFP)

Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, serangan militer Israel selama tiga minggu di Kota Jabalia, Beit Hanoun, dan Beit Lahiya di Gaza Utara sejauh ini telah menewaskan sekitar 800 orang. Namun, Israel selalu berdalih membasmi pejuang Hamas dengan kembali menginvasi Gaza Utara. Mereka juga mengklaim tiga tentaranya tewas dalam perang yang tidak seimbang di utara Jalur Gaza.

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menggambarkan situasi di Gaza Utara sebagai sangat mengerikan dan mengatakan orang-orang yang ingin dievakuasi harus dijamin mendapatkan akses yang aman. "Perintah evakuasi yang sedang berlangsung, dan pembatasan yang terus berlanjut pada pengenalan pasokan penting, membuat penduduk sipil yang tersisa di Gaza Utara dalam kondisi mengerikan," kata ICRC dalam sebuah pernyataan pada Sabtu, 26 Oktober 2024.

"Rumah sakit diberitahu untuk dievakuasi, meninggalkan potensi kekosongan layanan medis bagi banyak warga sipil yang tetap bertahan, dan kekurangan sumber daya yang kritis sementara pasien baru terus berdatangan," tambahnya.

 

Korban Tewas Serangan Israel di Gaza Hampir 43 Ribu Orang

Serbu Rumah Sakit, Tentara Israel Tahan Puluhan Petugas Kesehatan Laki-laki dan Tewaskan 2 Pasien Anak Gaza Utara
Sejumlah korban penyerangan tentara Israel di Kompleks Rumah Sakit Kamal Adwan di Gaza Utara. (dok. AFP)

Pejabat senior Hamas Basem Naim mengatakan serangan Israel di Gaza Utara dan penyerbuan Rumah Sakit Kamal Adwan merupakan pelanggaran hukum kemanusiaan internasional yang tidak dapat dilakukan tanpa perlindungan negara-negara Barat. Sejauh ini, Amerika Serikat yang merupakan sekutu Israel selalu membela aksi kejahatan kemanusiaan yang dilakukan Israel, termasuk di PBB.

Israel juga secara teratur menuduh Hamas mengeksploitasi penduduk sipil dan properti, termasuk rumah sakit dan masjid, untuk tujuan militer. Hamas membantah tuduhan tersebut.

Kekerasan meningkat di seluruh Tepi Barat sejak dimulainya agresi militer Israel di Gaza. Puluhan ribu warga Palestina - termasuk pejuang bersenjata, pemuda, dan warga sipil - tewas dalam bentrokan dengan pasukan Israel. Puluhan warga Israel juga tewas dalam serangan jalanan Palestina selama setahun terakhir.

Pejuang yang dipimpin Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023, menewaskan sekitar 1.200 orang dan membawa sekitar 250 sandera ke Gaza, menurut penghitungan Israel. Jumlah korban tewas akibat agresi militer Israel di Gaza mendekati 43.000 orang.

Rumah Sakit Indonesia Diserang Israel

Gaza Utara
Foto selebaran yang disediakan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), menunjukkan orang-orang di lokasi serangan udara Israel di sekitar tenda-tenda untuk orang-orang terlantar di dalam tembok Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah pada dini hari tanggal 14 Oktober 2024. (Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA)/AFP)

Bukan sekali Israel menargetkan rumah sakit sebagai tempat penyerbuan. Sebelumnya, RS Indonesia di Gaza tempat sejumlah relawan MER-C Indonesia bertugas juga menjadi target serangan.

MER-C Indonesia pun mengeluarkan pernyataan terkait serangan Israel ke RS Indonesia di Gaza bertajuk "Pernyataan Sikap MER-C Indonesia terhadap Serangan Militer Penjajah ke Rumah Sakit Indonesia" pada 21 Oktober 2024. Disampaikan bahwa Israel menargetkan tiga fasilitas kesehatan yang tersisa di Gaza, yaitu RS Indonesia, RS Al Awda dan RS Kamal Adwan.

"Relawan medis MER-C dari Indonesia telah bertugas selama dua bulan terakhir di RS Indonesia untuk memberikan bantuan medis, khususnya kasus trauma kepada masyarakat terlantar di Gaza Utara. Seluruh relawan MER-C di utara telah dievakuasi ke Gaza Tengah, mereka menyaksikan sendiri bahwa selama ini RS Indonesia digunakan untuk kegiatan medis kemanusiaan," jelas MER-C Indonesia soal para relawannya.

Dalam keterangan terbaru terkait kondisi di Gaza Utara yang dikutip dari mer-c.org, Rabu, 23 Oktober 2024, MER-C Indonesia menyorot soal kabar pembakaran RS Indonesia di sana. "Kondisi RS Indonesia tidak terbakar, namun sempat dikhawatirkan sebaran api mencapai ruang generator yang dekat dengan sekolah. Gambar dan info yang beredar tentang RS Indonesia terbakar (lantai 3 dan 4) adalah kejadian Desember 2023," jelas Divisi Humas MER-C Indonesia dalam keterangannya.

Infografis Dampak Setahun Agresi Militer Israel ke Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Dampak Setahun Agresi Militer Israel ke Gaza. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya