Getirnya Hidup Iqbal si Bocah `Pengamen`

Pada usianya yang masih 3,5 tahun, kepahitan dan kegetiran hidup terekam di tubuh kecil Iqbal.

oleh Thariq Gibran diperbarui 22 Mar 2014, 00:52 WIB
Diterbitkan 22 Mar 2014, 00:52 WIB
Bocah Iqbal Kritis
(Liputan6 TV)

Liputan6.com, Jakarta- Siapa bisa membayangkan beratnya hidup yang dijalani Iqbal Syaputra. Pada usianya yang masih 3,5 tahun, kepahitan dan kegetiran hidup terekam di tubuh kecilnya. Lantaran cinta segitiga orang dewasa, bocah belia itu menjadi korban.

Disundut api rokok, disetrika, hingga alat kelaminnya diinjak sampai terluka parah sudah dikecapnya. Iqbal memang ditemukan dalam keadaan hidup, namun mengenaskan.

Desember 2013 lalu, Iqbal tengah berjualan es teh di wilayah Pasar Senen, Jakarta Pusat dengan sang ibu, Iis Novianti. Saat itulah, Iqbal diculik. Penderitaannya pun dimulai.

Kehilangan buah hati membuat Iis sangat terpukul. Bahkan dia pernah mencari Iqbal sampai ke Depok dan Bogor.

"Pokoknya setiap ada info keberadaan Iqbal di mana, dia langsung mencarinya. Kebetulan saat itu infonya di Bogor dan Depok. Jadi dia ke sana," kata Devi saat ditemui Liputan6.com di Tambun , Bekasi, Jumat (21/3/2014).

Adalah Dadang Supriyatna (29) yang diduga menculik Iqbal. Dadang diduga menculik lantaran dia merasa sakit hati oleh ibu korban, Iis yang dianggap berselingkuh.

Usai diculik, Iqbal dijadikan pengemis oleh Dadang di wilayah Jakarta. Karena sering menangis, korban dianiaya dengan disundut api rokok, disetrika, bahkan alat kelaminnya diinjak hingga terluka parah. Tulang lengan kanan Iqbal juga patah karena dibanting oleh Dadang.

Penculikan dan penyiksaan terhadap Iqbal terkuak, setelah pihak Puskesmas Pademangan yang kali pertama memberikan tindakan medis terhadap korban menaruh curiga.

Bocah malang ini diantar warga ke puskesmas setelah ditemukan kejang-kejang di halte busway. Oleh penculiknya, Iqbal disuruh mengamen dan disiksa jika hasilnya tidak mencapai target.

Sementara Iqbal kini terbaring lemah di ruang Paediatric Intensif Care Unit (PICU)--unit perawatan intensif untuk anak. "Kondisinya sudah koma, sejak kemarin," kata Paman dari Iqbal, Hilman (40) di Rumah Sakit Umum Daerah Koja, Jakarta Utara, Senin 17 Maret 2014 lalu.

Hilman bercerita, pada Sabtu 15 Maret 2014 lalu, saat ia menjenguk Iqbal pertama kalinya, kondisi bocah malang tersebut masih bisa berkomunikasi dan bergerak. "Sekarang sudah tidak bisa bergerak," ucapnya lirih menahan sedih.

Di mana bunda?

Paman, bibi, dan kakeknya tak henti-hentinya memeluk Iqbal ketika keempatnya pertemu pertama kali sejak penculikan itu. Sementara sang ibu, Iis entah ada dimana.

"Dia 'menghilang' 3 pekan sebelum kasus penculikan dan penganiayaan terhadap anaknya oleh pria bernama Dadang terungkap," kata salah satu tetangga, Saripah kepada Liputan6.com di Bekasi.

Saripah menuturkan, terakhir kali Iis datang ke rumahnya sekitar tiga pekan lalu sebelum Iqbal ditemukan. "Dia datang pada malam hari sekitar pukul 01.30 WIB," imbuh dia. Pihak keluarga juga tidak mengetahui keberadaan Iis. Mereka mengaku kehilangan kontak. "Iis sangat sayang kepada Iqbal. Bahkan setiap kali ingin berangkat berdagang di wilayah Senen, Jakarta Pusat, dia selalu menggendong Iqbal," imbuhnya.

Rumah yang biasa mereka tempati pun sepi. Bangunan 5x8 meter persegi di Desa Mekarsari, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jabar itu juga terlihat tak terawat.

Saat Liputan6.com masuk ke dalam rumah Iis, kondisi kamar sudah berantakan. Bahkan di ruang belakang masih terdapat pakaian Iqbal yang tergantung.

Sementara di kediaman bibi Iqbal, Irma Nurcahyani (34) di Perumahan Griya Asri, Tambun, Kabupaten Bekasi, kakek Iqbal yang bernama Masri Ma'as (70) nampak sedih saat menuturkan kondisi Iqbal saat ini.

Masri menuturkan, Iqbal kondisinya masih lemah kendati kesehatannya mulai pulih. Jika sehari sebelumnya Iqbal tidak bisa melakukan apapun, kini bocah malang itu sudah bisa berbicara.

"Dia juga terlihat mulai aktif memainkan beberapa mainan yang ada di sampingnya" kata Masri di Bekasi, Jumat (21/3/2014).

Menurut Masri, Iis sempat stres saat Iqbal hilang. Terlebih belum setahun ini ia ditinggal suaminya yang meninggal karena komplikasi penyakit paru-paru. Sebulan lalu, Iis sempat menelpon dan menanyakan kalau Iqbal belum ketemu.

"Namun setelah Iqbal diketemukan dengan kondisi mengenaskan, Iis tak diketahui kemana. Sekarang telepon HP-nya sudah tidak aktif lagi. Di rumah dia (Iis) juga tidak ada," ucapnya sedih.

"Iis pulang lah nak. Iqbal sudah ketemu dan sekarang keluarga menunggu Iis di rumah. Iis tidak usah takut pulang ke rumah ayah dan keluarga sayang sama Iis," pinta Masri dengan derai air mata.

Di mata Devi, tetangga Iis, ibunda Iqbal itu adalah seorang pekerja keras nan tangguh. Sebelum menikah, dia sudah mandiri terlebih setelah suaminya, Yasin, meninggal dunia sejak 7 bulan lalu karena penyakit paru-paru.

"Dia sudah berjualan di Senen Jaya (Pasar Senen) sejak lama. Dia jualan teh dan jika sedang sepi dia jadi ojek payung. Saya salut dengan kerja keras Iis yang tak pernah kenal lelah," ucap Devi.

Hentikan!

Penderitaan Iqbal ini pun mendapatkan sorotan dari Gubernur DKI Jakarta Jokowi. Menurut Jokowi, munculnya kasus penganiayaan sadis yang dilakukan Dadang terhadap anaknya itu dikarenakan faktor kemiskinan. Dan faktor-faktor terjadinya kemiskinan, kata Jokowi, bisa disebabkan banyak hal.

 "Ya karena ini potret kemiskinan kitalah. Kita harus ngomong apa adanya. Ya karena mereka malas, yang banyak (faktor) itu," kata Jokowi.

Sementara pemerhati anak, Seto Mulyadi menilai, maraknya kasus anak karena paradigma salah dalam mendidik anak yang jadi budaya.

"Saat ini banyak yang beranggapan jika ingin mendidik anak jadi disiplin dan baik harus dengan cara dipukul atau dimarahi. Padahal itu salah," papar Seto.

"Kalau bisa di prosentasekan, masih ada 80 persen keluarga yang memilki paradigma semacam itu. "

Untuk menghentikan kekerasan anak, Kak Seto menyarankan di setiap RT dan RW harus ada Satgas Perlindungan Anak. Satgas ini yang melaporkan pada instansi terkait jika terjadi kekerasan di lingkungannya.

"Jangan sampai terjadi lagi ibu bunuh anak. Sang ibu saat itu sedang mengalami gangguan kejiwaan. Satgas ini dapat mengisi kekosongan dengan merawat anak yang ibunya mengalami gangguan jiwa seperti itu," ungkapnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya