Konflik Ahok Vs FPI Seperti Korsel-Korut?

Yang terjadi dalam konflik Ahok dan FPI dinilai didasari oleh perbedaan persepsi antara keduanya, sehingga menimbulkan distorsi komunikasi.

oleh Andi Muttya Keteng diperbarui 13 Nov 2014, 15:25 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2014, 15:25 WIB
Kapal Korut dan Korsel Saling Tembak di Perbatasan
Kapal perang Korsel (TheGuardian.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pelaksana tugas (Plt) Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama melayangkan surat rekomendasi pembubaran Front Pembela Islam (FPI) kepada Kementerian Dalam Negeri. Sebaliknya, FPI juga melaporkan Ahok kepada pihak kepolisian.

Perseteruan keduanya ini dinilai anggota DPR dari Fraksi PDIP, Hendrawan Pratikno, layaknya konflik berkepanjangan antara Korea Utara dan Korea Selatan.

"Coba bayangkan garis yang memisahkan Korsel dan Korut. Dua tentara itu yang bermusuhan tegap semua. Tapi bila salah satu mengangkat senjata, langsung balas-membalas," kata Hendrawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (13/11/2014).

"Ini (Ahok vs FPI) juga gitu. Jadi harus ada gencatan senjata," imbuh dia.

Dia menilai, yang terjadi dalam konflik Ahok dan FPI didasari oleh perbedaan persepsi antara keduanya, sehingga menimbulkan distorsi (gangguan) komunikasi. Hendrawan meyakini dalam kacamata Ahok begitu mendengar kata 'FPI', yang muncul di benaknya adalah keberingasan, kebrutalan, dan ketidaktoleran.

Begitu juga di pikiran FPI, sambung dia, saat mendengar nama Ahok, yang ada adalah otoriterisme dan arogansi. Padahal, menurut dia, keduanya tidak benar.

Satu-satunya cara menyelesaikan konflik ini, lanjut Hendrawan, yakni dengan masing-masing pihak baik Ahok maupun FPI menahan diri dan bersabar untuk saling mendengarkan.

"Solusinya duduk bersama, dari hati ke hati untuk mengoreksi distorsi tadi. Ahok harus bisa jelaskan ke FPI kalau nama Ahok didengar FPI bukan arogansi, otoriterisme, tapi kejujuran. Karena dalam tanda kutip Ahok ini orang yang bersih," tandas Hendrawan. (Ans)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya