Liputan6.com, Jakarta - Calon Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono mengaku sangat menyayangkan dengan adanya bentuk ancaman dan intimidasi yang dialami beberapa kader Partai Golkar di daerah. Ia mengatakan, bila terpilih sebagai ketua umum, tidak akan melakukan tindakan-tindakan tersebut.
"Yang ingin saya lakukan ke depan adalah bagaimana membebaskan daerah itu dari intimidasi, ancaman pecat dan sebagainya, " ujar Agung saat menghadiri Rapat Pleno DPP Golkar di Jakarta, Senin (24/11/2014).‎
Menurut Agung, Pengurus DPP Golkar di bawah kepemimpinannya nanti harus mempunyai hubungan saling bersinergi dan terjalin harmonis. Ia pun mengaku apa yang disampaikan itu merupakan bagian dari bentuk melawan ketidakadilan yang dirasakan oleh para pengurus Golkar di daerah.
Terkait dengan rencana penyatuan tujuh calon ketua umum, termasuk dirinya, untuk menghadapi Aburizal Bakrie atau Ical yang kabarnya akan kembali maju sebagai calon ketua umum, Agung mengakui ketujuh calon tersebut mempunyai semangat yang sama dalam melawan ketidakadilan tersebut.
"Ya kalau memang maju (Ical maju sebagai ketua umum) kita hadapi, pada dasarnya kita sudah ada. Yakni sama-sama menghadapi ketidakadilan. Ya kita tunggu nanti lah," tukas Agung.
Menjelang Munas IX Partai Golkar, situasi politik di partai berlambang Pohon Beringin itu semakin memanas. Kabar maju kembali Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical mencalonkan kembali diduga akibat memanasnya situasi politik sekarang ini. Â
Bahkan, penetapan lokasi Munas IX Partai Golkar berubah-ubah. Dari mulai di Bandung, Surabaya, hingga Bali, namun saat ini masih belum ditentukan.
Hasil Rapimnas Golkar mengubah jadwal munas yang awalnya Januari 2015 menjadi akhir November 2014. Banyak yang menduga, percepatan Munas tersebut akan membuat Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical kembali terpilih.
Selain Ical, ada 7 nama yang sudah menyatakan diri dalam bursa calon ketua umum, yakni Agung Laksono, Priyo Budi Santoso, Agus Gumiwang Kartasasmita, Zainuddin Amali, MS Hidayat, Hajriyanto Y Thohari, dan Airlangga Hartarto.