Menhub: AirAsia QZ8501 Terbang Lebih Cepat Hingga Mengalami Stall

BMKG melaporkan saat itu ada awan cumulonimbus pada ketinggian 32.000 kaki yang bisa mengganggu penerbangan.

oleh Rizki Gunawan diperbarui 21 Jan 2015, 00:07 WIB
Diterbitkan 21 Jan 2015, 00:07 WIB
Ilustrasi Pesawat AirAsia (5)
Ilustrasi Pesawat AirAsia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan mengungkapkan apa yang telah terjadi pada pesawat AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501. Dengan mengutip data radar penerbangan, dia mengatakan Airbus A320-200 itu telah terbang lebih cepat dari kecepatan normal hingga membuat pesawat stall, stop tiba-tiba dan jatuh.

"Pada menit-menit terakhir, pesawat terbang lebih cepat dari kecepatan normal, lalu mengalami stall," ungkap Jonan di Gedung KK2, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, seperti dimuat BBC, Selasa (20/1/2015).

Sebagaimana laporan air traffic control (ATC), pilot AirAsia QZ8501 sempat meminta naik ketinggian 6.000 kaki, atau dari 32.000 kaki ke 38.000 kaki sebelum akhirnya hilang kontak.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan, saat itu ada awan cumulonimbus pada ketinggian 32.000 kaki yang bisa mengganggu penerbangan. Pilot diduga mencoba menghindari awan tersebut dengan meminta izin ke ATC untuk menambah ketinggian.

Terkait hal itu, Jonan mengatakan, "sangat jarang pesawat bisa naik ketinggian 6.000 kaki dalam waktu 1 menit, meski pesawat itu jet tempur sekalipun."

"Kecepatan rata-rata pesawat komersial sekitar 1.000 hingga 2.000 kaki per menit karena pesawat komersial tidak dibuat untuk naik begitu cepat," imbuh mantan Dirut PT KAI tersebut.

Namun demikian, kronologi secara detail serta penyebab kecelakaan burung besi maskapai swasta dari Malaysia tersebut baru akan diungkap oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) setelah investigasi terhadap black box atau kotak hitam pesawat rampung.

Pilot Sibuk

Sejauh ini, investigator KNKT telah mendengar isi rekaman cockpit voice recorder (CVR) atau suara di kokpit AirAsia QZ8501 yang berdurasi sekitar 2 jam. Dia mengungkapkan situasi di kokpit pesawat, di mana sang pilot sedang sibuk mengendalikan pesawat.

"Berdasarkan rekaman, saat situasi genting, pilot sedang sibuk sekali mengendalikan pesawat," ungkap salah satu investigator KNKT Andreas Hananto, seperti dimuat Reuters. Sehingga, kata dia, sang pilot kemungkinan tak sempat mengirimkan sinyal darurat.

Dia menjelaskan, tim investigator KNKT yang terdiri dari 10 orang, termasuk dirinya telah mentranskrip sebagian dari seluruh isi rekaman tersebut. Transkrip tersebut ditargetkan bakal rampung pekan ini.

Investigator lain, Nurcahyo Utomo mengatakan, KNKT saat ini masih dalam proses merampungkan penyalinan suara ke dalam tulisan tersebut untuk kemudian dianalisis secara mendalam.

"Kami tak mendengar suara lain, selain suara dari kapten pilot dan kopilot," beber Nurcahyo "Tak ada suara tembakan senjata api atau ledakan. Dari situ, kami yakini tak ada aksi terorisme," imbuh dia.

Pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak di perairan antara Pulau Belitung dan Pulau Kalimantan dengan titik koordinat 03.22.46 LS dan 108.50.07 BT dengan membawa 155 orang penumpang yang 6 orang di antaranya anak-anak dan seorang bayi. Pesawat AirAsia QZ8501 berangkat dari Bandara Juanda Sidoarjo  pukul 05.12 WIB menuju Singapura.

Tim pencari gabungan Badan SAR Nasional (Basarnas) hingga kini telah mengevakuasi 51 jenazah korban AirAsia QZ8501. Sebanyak 46 di antaranya telah teridentifikasi. Sebagian dari mereka sudah dimakamkan. (Riz/Ado)


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya