Liputan6.com, Jakarta - Jauh sebelum mengenal aksara manusia sudah akrab dengan beragam jenis batu mulia. Salah satu bentuk pemuasan sisi terdalam jiwa manusia, estetika. Beberapa jenis batu kini menjadi simbol status seseorang.
Jakarta Gems Center (JGC). Tempat ini menjadi surga bagi pecinta dan pemburu keindahan batu alam. JGC di Rawa Bening, Jatinegara, Jakarta Timur ini menjadi salah satu pusat belanja batu mulia terbesar di Asia Tenggara selain di Negeri Gajah Putih, Thailand.
Perputaran uang di sini terbilang fantastis mencapai Rp 10 miliar per hari. Pamor batu mulia bagai magnet bagi semua kalangan. Sebagian percaya melalui batu mulia, prestise bisa didapat.
Tak ada ukuran pasti. Harga batu akik kerap kali melawan akal sehat. Hasil olahan perut bumi ini bisa dihargai hingga ratusan juta rupiah.
Seakan tak mengenal waktu, para pencinta batu mulia betah bercengkerama dengan bongkahan dan butiran penuh warna. Demam batu mulia bukan semata pemenuhan estetika. Sebagian meyakini hobi ini membuka peluang investasi.
Sebagian masyarakat menyebutnya batu akik. Namun ada yang lebih fasih dengan sebutan batu aji. Batu ini memang bernilai tinggi karena tercipta dari proses alami selama ratusan juta tahun.
2 Tahun terakhir, batu akik semakin mendapat tempat istimewa di masyarakat. Bongkahan batu alam menjelma jadi lokomotif baru pendorong ekonomi. Alasan yang menggerakkan tangan-tangan pemburu keuntungan untuk menembus perut bumi meski nyawa bisa jadi taruhannya.
Seperti yang terjadi di Caringin dan Bungbulang, Garut, Jawa Barat. 2 Kawasan itu dikenal sebagai penghasil batu hijau dan panca warna.
Panca warna merupakan batu akik dengan tingkat kekerasan mencapai 4 hingga 7 skala mohs. Yang menjadi patokan tingkat kekerasan batu adalah kandungan mineral.
Tidak seperti namanya, panca warna bisa memiliki lebih dari 5 warna. Tak jarang dengan motif tertentu membuat batu jenis ini sulit dipalsukan. Seperti halnya batu hijau Garut ohen.
Belakangan pamor pancawarna asal Garut semakin melambung. Satu tempat istimewa di mata penggemar batu mulia menjadi milik keluarga Edong.
Bukan tanpa alasan nama Edong lekat dengan batu pancawarna asal Garut. Di lahan milik keluarga Edong batu pancawarna pertama kali ditemukan.
Menentukan lubang penambangan batu mulia bukan perkara sembarangan. Perlu ritual khusus guna memperoleh batu spesial. Keyakinan yang terus dipegang keluarga Abah Edong ini demi keselamatan dan hasil yang memuaskan.
Berkecimpung selama 2 dasawarsa lebih, Abah Edong dikenal ahli dalam menentukan titik lubang penambangan. Sekitar 20 lubang menyebar di lereng bukit seluas 1 hektar milik Abah Edong.
Dengan peralatan sederhana, 4 hingga 5 orang penambang mengikis lubang galian. Perlu tenaga dan kesabaran ekstra karena tak ada kepastian kapan batu mulia ini tersingkap.
Di Kabupaten Garut, Jawa Barat terdapat ratusan lubang galian batu akik. Sejumlah masyarakat berbondong-bondong berburu batu spesial yang diperkirakan kandungannya mencapai 9 ribu ton meter kubik itu.
Bagi para penambang, harga jual bongkahan batu pancawarna memang tak sebanding dengan usaha dan risikonya. Untuk 1 kilogram bongkahan kualitas rata-rata yang bisa menghasilkan 50 buah cincin dihargai Rp 2,5 juta.
Namun dalam sebuah bongkahan batu terkadang dijumpai bagian yang bernilai tinggi mencapai puluhan juta rupiah per butirnya.
Tak hanya di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Nyaris seluruh provinsi di Indonesia memiliki batu dengan keindahan dan keunikan masing-masing.
Indonesia sangat kaya akan ragam batu mulia karena berada di areal pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yakni Indo-Australia, Eurasia, dan pasifik. Jajaran gunung api yang terbentang dari Barat hingga Timur Indonesia membuat setiap wilayah Tanah Air memiliki keragaman batu mulia.
Penasaran bagaimana proses batu-batu tersebut mulai dari penambangan hingga bernilai jutaan rupiah di pasaran. Dan apa saja jenis batu mulia dari Indonesia? Saksikan selengkapnya video 'Potret Menembus Batas SCTV' edisi Senin (2/2/2015) di bawah ini. (Nfs/Riz)
Kilau Mulia Batu Nusantara
Indonesia sangat kaya ragam batu mulia karena berada di areal pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yakni Indo-Australia, Eurasia, dan pasifik
diperbarui 02 Feb 2015, 03:09 WIBDiterbitkan 02 Feb 2015, 03:09 WIB
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Khidmat, Malam Perayaan Natal Nasional 2024 di Indonesia Arena
Para Ketua Umum Parpol Kumpul di Kediaman Prabowo, AHY Akui Bahas Soal Politik
Libur Nataru Jumlah Penumpang di Bandara Banyuwangi Meningkat, Tingkat Keterisian Capai 92 Persen
Tidak Terpakai di Olympique Lyon, Wilfried Zaha Jadi Incaran Klub MLS
Prabowo Tegaskan Bukan Memaafkan Koruptor: Enak Aja, Udah Nyolong
VIDEO: Wamen Komdigi Pastikan Kualitas Internet Baik Selama Libur Nataru
Jangan Coba-Coba Dzalim ke Orang Seperti Ini, Konsekuensinya Mengerikan Kata Buya Yahya
VIDEO: PT Sritex Pailit, Para Karyawan Gelar Doa Bersama
Viral Penjual Bakso Perbaiki Jalan Dusun di Malang Pakai Uang Pribadi, Biayanya Tembus Rp1,7 Miliar
Libur Natal, ASDP Catat 206 Ribu Penumpang Tinggalkan Jawa menuju Bali
Polda Metro Jaya Minta Warga Bekasi Tak Merayakan Malam Tahun Baru di Jakarta
Bukayo Saka Absen Lama, Arsenal Prioritaskan Transfer Bintang Wolverhampton