Polisi Pastikan Ayah Penelantar Anak Bukan Intel

Kepolisian juga masih menyelidiki keterangan sang ayah yang mengaku dirinya seorang dosen di universitas swasta.

oleh Audrey Santoso diperbarui 15 Mei 2015, 16:41 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2015, 16:41 WIB
Ilustrasi Kekerasan Anak
Ilustrasi Kekerasan Anak (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Kepolisian masih menyelidiki kasus penelantaran anak oleh orangtuanya di kawasan Cibubur, Jawa Barat. D, bocah lelaki yang masih berusia 8 tahun dilarang masuk rumah dan terpaksa tidur di pos jaga, serta makan dari hasil iba tetangga.

Kasubdit Remaja, Anak, dan Wanita (Renakta) Polda Metro Jaya AKBP Didi Hayamansyah memastikan ayah bocah D, UP alias T (45) bukanlah anggota intelijen. Tak seperti pengakuannya saat ditangkap polisi pada 14 Mei 2015.

"Yang jelas dia bukan anggota," kata Didi di Cluster Nusa Dua Blok E8 Nomor 37, Perumahan Citra Gran Cibubur, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (15/5/2015).

Namun Didi mengatakan, masih menyelidiki keterangan T yang mengaku sebagai seorang dosen di universitas swasta. Ijazah sang ayah juga turut diperiksa.

"Kita belum tahu keterangan T benar atau tidak, akan kita dalami juga ijazahnya. Dia lulusan mana," ujar Didi.

Tim Unit I Subdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) didampingi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendobrak sebuah rumah di Cluster Nusa Nusa Blok E Nomor 37 Perumahan Citra Gran Cibubur pada Kamis 14 Mei 2015.

Kasus penelantaran bocah D terungkap setelah tetangga korban mem-posting kisah yang dialami bocah itu di Facebook. Komentar pun berdatangan, termasuk saran agar kasus itu dilaporkan ke KPAI.

Saat menggeledah rumah milik pasangan suami istri UP alias T dan NS, polisi mendapati 4 anak perempuan dalam kondisi fisik yang buruk. Mereka seperti kekurangan gizi dan tertekan.

Berdasarkan penuturan tetangga korban, Hendro, bocah D tiap hari tidur di pos jaga dan makan-minum dari bantuan tetangga. Dia dilarang masuk rumah oleh orangtuanya sejak sebulan lalu.

Ketua RT setempat, Sugeng menceritakan para tetangga sudah mencium gelagat tidak beres saat mengetahui bocah D dilarang masuk ke rumah sejak sebulan lalu.

Terkait pekerjaan, ayah D pernah mengaku ke beberapa warga sekitar sebagai dosen salah satu universitas di Ibukota. "Ngakunya sih dosen, ya kita sih iya iya saja," kata tetangga D, Winner Aldan saat berbincang dengan Liputan6.com di lokasi pada Kamis 14 Mei 2015.

Selain mengaku sebagai dosen, ‎ayah D juga pernah mengaku bekerja sebagai intel. Namun intel dari kepolisian atau militer, warga tak pernah berani bertanya. (Ndy/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya