155 Kebakaran Terjadi di Jakarta dari Awal Puasa Hingga Lebaran

Jika dilihat dari besar kerugian, kebakaran tahun ini meningkat drastis. Walaupun, dari jumlah kasus, turun dari 2014.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 22 Jul 2015, 17:09 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2015, 17:09 WIB
20150720-Kebakaran-Kios-AC-mobil-Jakarta6
Petugas pemadam melakukan upaya pendinginan kebakaran Kios bengkel ac mobil di kawasan Hj. Nawi, Jakarta, Senin (20/7/2015). Pemadam kebakaran mengerahkan 13 unit mobil Damkar di tempat kejadian kebakaran. (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jakarta - Tradisi mudik untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri, tidak selalu berbuah manis. Tercatat, puluhan kebakaran terjadi di Ibukota pada musim mudik Lebaran 2015.

Berdasarkan data Bidang Pemberdayaan dan Partimas Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan DKI, ada 52 kebakaran yang terjadi di 5 wilayah kota administrasi Jakarta.

Kepala Bidang Pemberdayaan dan Partimas, Abdul Chair‎, menuturkan ada ratusan kebakaran terjadi sejak Ramadan sampai Hari Raya Idulfitri.

"Dari 9-17 Juli sudah ada 52 kasus. Jika ditotalkan dari awal Ramadan sampai Idulfitri, maka totalnya ada 155 kasus dengan total kerugian materil sekitar Rp 43,8 miliar," ujar Abdul ketika dihubungi, Rabu (22/7/2015).

Abdul mengungkapkan mayoritas kebakaran disebabkan oleh hubungan pendek arus listrik. Ada pula 2 kejadian yang disebabkan karena kompor meledak.

Jika dilihat dari besar kerugian, kebakaran tahun ini meningkat drastis. Walaupun, dari jumlah kasus, kebakaran pada musim mudik lebih rendah dari tahun lalu.

"Di periode yang sama pada tahun lalu, kebakaran di Ibukota ada sebanyak 79 kasus dengan kerugian material Rp 15,6 miliar," tutur Abdul.

Dia mengakui, meningkatnya peristiwa kebakaran pada lebaran kali ini, karena tidak maksimalnya sosialisasi dari para aparatur di tingkat kelurahan maupun di kecamatan. Padahal sosialisasi terhadap warga akan bahaya kebakaran ini harus tetap disuarakan agar masyarakat tidak lengah.

‎"Dari hasil evaluasi memang karena kurangnya sosialisasi dari sub sektor di tingkat bawah," ungkap Abdul.

Dia pun berharap kejadian tersebut, bisa menjadi pelajaran bagi aparatur dan kewaspadaan masyarakat akan bahayanya kebakaran.

"Harus ada sinergitas bersama. Misalnya di tingkat provinsi memberikan sosialisasi ke gedung-gedung bertingkat, suku dinas dan subsektor di wilayah sosialisasi di kelurahan ataupun kecamatan," pungkas Abdul. (Bob/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya