Tokoh Adat Jamin Bentrok di Aceh Singkil Tak Berdampak di Papua

Lipius mengatakan, seharusnya pemerintah menegakkan keadilan, sebab bangsa ini terdiri dari berbagai agama dan suku.

oleh Katharina Janur diperbarui 16 Okt 2015, 07:26 WIB
Diterbitkan 16 Okt 2015, 07:26 WIB
Sejumlah mahasiswa bersenjata kayu dan batu menyerang salah sau kelompok mahasiswa lainnya saat terjadi bentrok di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh.(Antara)

Liputan6.com, Jayapura - Pimpinan tokoh agama dan masyarakat di Tanah Papua menjamin wilayahnya tetap aman dan tidak terpancing dengan bentrok antarwarga di Aceh Singkil.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Papua Lipius Biniluk mengatakan, hingga saat ini situasi di Tanah Papua aman dan tak perlu dikhawatirkan berimbas ke Papua.

"Saya jamin, tak ada satu pun masyarakat Papua yang akan membakar tempat ibadah. Tak ada efek dari Aceh akan menyebar ke Papua. Ini justru pemikiran yang keliru," ujar Lipius dalam acara tatap muka tokoh adat dan agama di ruang Rupatama Mapolda Papua, Kamis 15 Oktober 2015.

"Saya pun telah koordinasi dengan Menko Polhukam terkait hal ini dan jangan dikhawatirkan. Saya jamin, tak ada ekses di Papua tekait masalah di Aceh Singkil," sambung dia.

Lipius mengatakan, seharusnya pemerintah menegakkan keadilan, sebab bangsa ini terdiri dari berbagai agama dan suku. Pemerintah harus cepat tanggap menangani kasus ini.

"Kami meminta kepada pemerintah membangun kembali gereja yang dibakar dan diserahkan kepada pendeta dan jemaat di Singkil, Aceh. Kami mendesak pemerintah merespon cepat keadaan ini," kata dia.

Lipius menilai, ada dugaan pihak tertentu yang sengaja memeceh belah umat beragama di Tanah Air, khususnya di Aceh dan Papua. Sebelumnya insiden Tolikara terjadi dan masyarakat Papua tetap solid dalam keadan itu.

"Apakah ini kebetulan atau memang di-skenariokan? Ini yang harus diselidiki oleh aparat keamanan," tanya dia.

Pernyataan yang sama juga diutarakan Ketua Sinode Gereja Kemah Injil di Indonesia Karel Maniani. Dia meminta agar masyarakat Papua yang mayoritas umat Kristiani diharapkan tenang dan tetap menjalankan aktifitasnya sepeti biasanya.

"Mari kita tetap bekerja dan mendukung program pemerintah. Tak akan ada balas membalas dengan adanya pembakaran masjid di Aceh Singkil," imbau dia.

Ketua Muhammadiyah Papua Hasan Samai pun meminta kepada kepolisian setempat untuk memberikan keamanan. Terutama kepada warga Keerom, Jayapura dan sekitarnya serta diharapkan agar tak terpancing persoalan di Aceh Singkil.

"Biarlah kejadian itu hanya terjadi di Aceh dan jangan tembus sampai Papua. Jangan sampai ada pihak ketiga yang akan mengganggu kerukunan umat di Papua," imbau Hasan.  

Papua Masih Aman

Sedangkan Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian dalam pertemuan tersebut mengatakan, sampai saat ini tak ada keadaan yang menonjol di Papua, pasca-bentrokan di Aceh Singkil.

"Saya berterima kasih kepada masyarakat Papua karena telah menjaga kedamaian ini dan tak mudah terpancing emosi, serta termakan isu lainnya. Memelihara kebhinekaan dan toleransi dari masing-masing antar umat beragama adalah tugas kita semua," ujar dia.

Hinsa juga menyebutkan, dalam hitungan jam pasca-bentrokan di Aceh Singkil, pihaknya mendapatkan instruksi dari Menko Polhukam untuk mengantisipasi, agar kejadian serupa tak terjadi di Papua.

"Saya pun telah menjelaskan kepada Menko Polhukam, sampai dengan saat ini Papua tetap aman dan kondusif," kata Hinsa.

Hadir dalam tatap muka tersebut adalah Komandan Lantamal X Jayapura, Wakajati Papua, tokoh adat dan agama Papua.

Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw sengaja mengumpulkan tokoh adat dan agama ini di Mapolda Papua Kamis kemarin, pasca-bentrok antarwarga di Aceh Singkil. Pertemuan ini dimaksudkan untuk mengetahui dampak peristiwa di negeri rencong itu.

Menurut Paulus, pihaknya perlu mengatensi kejadian ini lebih cepat, mengingat pernah terjadi kasus serupa di Tolikara. Walau pun tak berharap imbas kejadian itu akan terjadi di Papua.

Kabupaten Keerom dan Timika misalnya, telah membentuk kerukunan nusantara yang berisi masyarakat lokal. Forum ini dibentuk jika ada permasalahan antarsuku, ras, dan agama di daerah itu bisa cepat diantisipasi. (Rmn/Nda)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya