Liputan6.com, Pekanbaru - Duka mendalam dirasakan Eri Wirya. Kabut asap yang mengepung Pekanbaru, Riau, tak cuma membuat dadanya sesak, tapi juga merenggut buah hati tercintanya.
Ramadhani Lutfi Aerli, bocah 9 tahun itu mengembuskan napas terakhir pada dini hari tadi karena mengalami gangguan pernapasan. Sebelumnya, murid kelas 3 SD di Jalan Sumatera, Pekanbaru, itu sempat dirawat intensif di Rumah Sakit Santa Maria.
Namun sejumlah perawatan medis tak mampu menyelamatkan nyawanya karena paru-parunya sudah dipenuhi asap. Isak tangis ayah-ibu dan keluarganya tak terbendung. Setelah disemayamkan beberapa jam di rumah duka, akhirnya jenazah Ramadhani dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Jalan Air Hitam, Pekanbaru.
Advertisement
Padahal beberapa hari lalu, 19 Oktober 2015, anaknya masih bisa bersekolah.
Baru sepulang dari sekolah, Ramadhani mulai mengeluh jika pernapasannya terganggu. Sejak saat itu, detik demi detik terasa makin mengimpit dada Eri.
"Hasil pemeriksa medis menyebutkan kalau paru-paru anak saya ini penuh dengan asap, sehingga tidak mendapat oksigen yang cukup," ucap Eri Wirya, ayah bocah malang ini di Pekanbaru, Riau, Rabu (21/10/2015).
"Lalu pada Selasa (20 Oktober 2015), almarhum demam tinggi dan kejang-kejang. Kami sempat beri obat demam dan tak sadarkan diri. Makanya kami bawa ke Rumah Sakit Santa Maria," tutur dia.
Setibanya di rumah sakit, kondisi sang anak kian memburuk dan tak sadarkan diri. "Dokter langsung memberikan penanganan awal dengan menginfus, memberi oksigen, dan uap. Namun Ramadhani tak juga sadar," ucap Eri.
Sirnanya Harapan
Lalu pukul 01.00 WIB tadi, sang anak sempat sadar dan memanggil ibunya. Eri sempat mendapat secercah harapan. Namun harapan itu hilang setelah sang anak kembali tak sadarkan diri.
"Kemudian dokter menekan-nekan dadanya. Saya tidak tega melihatnya, saya istighfar. Kemudian subuhnya anak saya sudah tiada," kisah sang ayah dengan berurai air mata.
Dengan kondisi badan tak bernyawa lagi, bocah malang itu kemudian dibawa ke rumah duka, Jalan Pangeran Hidayat, Kelurahan Kota Baru, Kecamatan Pekanbaru Kota, Riau.
Meski sudah ikhlas, Eri mendesak pemerintah bertanggung jawab atas kejadian ini. Dia tak ingin lagi ada korban jiwa lainnya karena kabut asap yang hampir 4 bulan menyelimuti Riau tak kunjung teratasi.
"Saya minta pemerintah bertanggung jawab atas hal ini. Jangan sampai ada korban lainnya berjatuhan, sudah cukup rasanya," ucap Eri.
Meninggalnya Ramadhani kian memperpanjang daftar korban tewas karena kabut asap. Sebelumnya, ada bocah 12 tahun Muhanum Angriawati dan seorang PNS meninggal karena kabut asap. (Ndy/Mut)*