BNBP: 10 Meninggal 503 Ribu Jiwa ISPA dan 43 Juta Jiwa Kena Asap

Asap telah menyebabkan kualitas udara menurun di Filipina, Malaysia dan Singapura.

oleh Liputan6 diperbarui 24 Okt 2015, 13:26 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2015, 13:26 WIB
Kabut Asap
Anak-anak dan bayi di 6 provinsi yang terpapar kabut asap akan dievakuasi pemerintah

Liputan6.com, Jakarta - Sebaran asap di Sumatera dan Kalimantan masih meluas. Bahkan asap telah menyebabkan kualitas udara menurun di Filipina, Malaysia dan Singapura. BMKG melaporkan, pantauan satelit Himawari menunjukkan asap tipis-sedang menutup Laut Jawa dan sebagian Jakarta tersapu asap tipis.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB‎) Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, dampak asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah menyebabkan 10 orang meninggal dunia di Sumatera dan Kalimantan, baik dampak langsung dan tidak langsung.

Dampak langsung adalah korban yang meninggal saat memadamkan api lalu ikut terbakar, sedangkan tidak langsung adalah korban yang sakit akibat asap, atau sebelumnya sudah punya riwayat sakit lalu adanya asap memperparah sakitnya.

"10 korban tewas ini di luar dari korban 7 orang meninggal dan 2 orang kritis saat mendaki Gunung Lawu kemudian terkepung karhutla dan akhirnya terbakar di Kabupaten Magetan, Jawa Timur pada 18-10-2015," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (24/10/2015)‎.

Bencana asap juga telah menyebabkan 503.874 jiwa sakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di 6 provinsi sejak 1 Juli-23 Oktober 2015. Jumlah masing-masing provinsi adalah 80.263 di Riau, 129.229 di Jambi, 101.333 di Sumatera Selatan, 43.477 di Kalimantan Barat, 52.142 di Kalimantan Tengah, dan 97.430 di Kalimantan Selatan.

"Kemungkinan jumlah penderita yang sebenarnya lebih daripada itu karena sebagian masyarakat sakit tidak berobat ke Puskesmas atau rumah sakit. Mereka berobat mandiri sehingga tidak tercatat," ujar dia.

Sementara itu, lebih dari 43 juta jiwa penduduk terpapar oleh asap. Data ini hanya dihitung di Sumatera dan Kalimantan. Data ini dianalisis dari peta sebaran asap dengan peta jumlah penduduk.

"Bencana asap dari karhutla adalah bencana buatan manusia. Akibat ulah manusia karena 99 persen penyebab karhutla adalah disengaja," kata dia.

"Ini adalah kejahatan kemanusiaan yang luar biasa. Sekarang saatnya kita tidak saling menyalahkan tapi bagaimana mengatasinya secara cepat. Dengan skala kebakaran yang demikian luas tidak mungkin 1-2 minggu ke depan akan padam," tandas Sutopo. (Mvi)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya