Seskab: Walau Singkat, Kunjungan Presiden ke AS Signifikan

Kunjungan singkat Jokowi di AS tetap mempunyai dampak yang besar dalam mendatangkan para investor asing, khususnya dari AS.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 29 Okt 2015, 05:07 WIB
Diterbitkan 29 Okt 2015, 05:07 WIB
Presiden Jokowi tiba di Amerika Serikat
Presiden Joko Widodo tiba di Amerika Serikat (foto: setkab.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mempercepat jadwal kunjungan kerjanya di Amerika Serikat. Beberapa jadwal kegiatan Presiden, seperti kunjungan ke Silicon Valley dan bertemu dengan para CEO ternama dunia pun akhirnya dibatalkan.

‎Banyak yang menyesalkan keputusan pembatalan beberapa agenda itu. Namun, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan, kunjungan singkat Jokowi di Amerika tetap mempunyai dampak yang besar dalam mendatangkan para investor asing, khususnya dari Amerika Serikat.

"Kunjungan ke Amerika mempunyai makna signifikan sekaligus menepis bahwa Indonesia mempunyai jarak dengan Amerika, karena dalam kunjungan ini ada US$ 20,5 miliar yang ditandatangani, diinvestasikan oleh Amerika," ‎ujar Pramono di Kantor Sekretariat Negara, Jakarta, Rabu, 28 Oktober 2015.

"Dan patut diketahui, investasi ini merupakan investasi terbesar setelah era reformasi. Kalau kita bandingkan dengan tahun lalu, yang hanya US$ 8 miliar, sekarang 20,5 miliar USD, ditandatangani dan ini merupakan arti yang sangat signifikan," imbuh dia.

Pramono memgatakan, Presiden mendengar munculnya berbagai kritik atas kunjungan singkatnya itu, namun yang terpenting hasil dari kunjungan ke Negeri Paman Sam itu dapat mendatangkan investasi yang besar bagi Indonesia.

"Presiden tidak terlalu mempermasalahkan hal yang berkaitan dengan diplomasi, tapi disampaikan Presiden Jokowi, kita sekarang harus membuka diri untuk investor masuk dan juga memberikan kesempatan kita memperbaiki diri di internal, supaya kita juga mempunyai daya saing yang kuat," ucap dia.

Karena itu, dalam beberapa bulan terakhir Presiden sangat fokus menghapus berbagai regulasi yang dianggap menghambat masuknya investasi di Indonesia. ‎

"Karena percuma kalau kita mengundang banyak investasi, tapi di dalam negeri sendiri kita tidak mempersiapkan daya saing yang kuat, tentunya akan menjadi persoalan tersendiri," pungkas Pramono. (Ado/Ron)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya