Liputan6.com, Jakarta - Raut bahagia terpancar dari wajah seorang pemuda usai upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau pada Rabu 28 Oktober. Pemilik nama lengkap Malik Khidir itu memperoleh penghargaan dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrowi sebagai pemuda pelopor tingkat internasional bidang teknologi dan informatika.
Alumnus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu meraih penghargaan Menpora karena prestasinya. Sepak terjangnya di dunia robot diharapkan mampu menginspirasi pemuda-pemuda Indonesia untuk terus berkarya dan berkompetisi di pentas internasional.
"Alhamdulillah kami dapat hadiah dari Kemenpora Rp 100 juta. Kemudian ditambah uang pembinaan Rp 30 juta. Saya ucapkan banyak terimakasih," ujar Malik usai menerima penghargaan Menpora, Rabu 28 Oktober 2015.
Malik kemudian menceritakan pengalaman dirinya berkarya hingga mampu mengharumkan nama baik Indonesia di kancah dunia. Dia bersama tim pernah menyabet 3 medali emas di ajang kompetisi robot yang digelar di Amerika Serikat.
"Kami pernah ke Amerika membawa 8 robot. Pulangnya kami membawa 3 medali emas, 1 perak, dan 1 perunggu. Waktu itu kami membawa robot laba-laba yang bisa mencari api, balancing robot," tutur dia.
Sepulang dari Amerika, Malik dan timnya mulai mengembangkan 3 robot yang pernah meraih juara itu. Robot-robot tersebut dikembangkan menjadi kapal tanpa awak yang dapat beroperasi di laut. Terlebih saat ini Indonesia tengah gencar berkampanye soal kemaritiman.
"Tekno robotikanya saya sisipkan ke kapal tanpa awak itu. Kalau banyak drone di udara, saya bikin drone di laut. Apalagi sekarang ini isu kemaritiman sangat gencar," ucap Malik.
Robot di Laut
Isu tersebut dimanfaatkan Malik untuk mengembangkan bakatnya. Pemuda 24 tahun itu membuat drone berukuran 12 meter yang memiliki kemampuan menyelam dan berlayar dengan cepat.
Drone tersebut, kata Malik, berfungsi untuk menjaga perbatasan wilayah laut Indonesia. Tak hanya itu, robot buatan anak negeri ini juga diyakini mampu menunjang aktivitas pengeboran minyak di lepas pantai. "Bisa untuk melihat apakah ada tumpahan minyak atau tidak di kilang-kilang yang ada di lautan."
Kapal tanpa awak sebenarnya telah dikembangkan sejumlah negara lain. Namun, kata Malik, Indonesia belum memilikinya. Sementara ada potensi besar pada diri generasi pemudanya.
"Sebenarnya udah ada yang ngembangin di AS dan Israel. Tapi karena di Indonesia belum ada, dan saya bisa, makanya kami bikin itu sistem tanpa awak, drone laut. Saya juga udah presentasikan ke Pak Jokowi waktu di acara International Convention Exhibition (ICE) di BSD City," pungkas Malik. (Ndy/Ron)