Liputan6.com, Solo - Ratusan pelayat menghadiri prosesi pelepasan jenazah Gusti Raden Ayu (GRAy) Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemowardhani Soerjosoejarso, atau yang akrab disapa Gusti Noeroel (sebelumnya ditulis Gusti Nurul). Pelepasan jenazah dipimpin langsung Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro IX di Istana Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Rabu (11/11/2015).
Pantauan Liputan6.com, ratusan pelayat tersebut berasal dari keluarga besar, kerabat, serta relasi. Sebagian besar pelayat mengenakan pakaian adat beskap untuk tamu laki-laki serta kebaya untuk kalangan perempuan. Pakaian beskap dan kebaya tersebut sebagian besar berwarna hitam.
Setelah disemayamkan di Pringgitan Dalem Ageng Pura Mangkunegaran, selanjutnya peti jenazah Gusti Noeroel dibawa ke depan pendopo Mangkunegaran oleh sejumlah kerabat dan abdi dalem‎. Setelah itu dilaksanakan prosesi upacara brobosan, yaitu memberikan penghormatan terakhir oleh pihak keluarga dengan berjalan di bawah peti jenazah. Brobosan dilakukan sebanyak tiga kali putaran melintasi bawah peti jenazah.
Baca Juga
Setelah selesai prosesi itu, selanjutnya peti jenazah dimasukkan ke mobil jenazah warna hijau milik TNI. Kemudian iring-iringan mobil jenazah dan rombongan mobil keluarga itu berjalan menuju tempat perisitirahatan terakhir almarhumah, yakni di Astana Girilayu, Matesih, Karanganyar. Makam tersebut merupakan komplek pemakaman khusus keluarga Pura Mangkunegaran.
Putra pertama Gusti Noeroel, Ir Sularso Basarah Soerjosoejarso, mengatakan sang ibunda akan dimakamkan di liang lahat yang berdampingan dengan mendiang suaminya, Soerjosoejarso, di kompleks makam tersebut. Astana Girilayu merupakan makam KGPAA Mangkunegara IV, V, VII, dan VIII.
Semasa hidupya, Gusti Noeroel dikenal memiliki pemikiran yang modern di zamannya. Meski hidup di tembok keraton yang sangat menjunjung nilai-nilai, Gusti Noeroel tetap melakukan aktivitas-aktivitas yang dianggap tabu saat itu. Salah satu contoh adalah olahraga berkuda dan renang.
Cerdas dan berwajah ayu jelas menjadi magnet setiap lelaki. Utamanya para public figure dan keraton. Dia juga menolak poligami yang dianggap lumrah dalam kehidupan keraton.
Advertisement
Semasa muda, Gusti Noeroel pernah menaklukkan hati Sukarno, Sjahrir, dan Sultan Hamengkubuwo IX. Namun pinangan ketiga tokoh bangsa itu ditolak. (Dry/Sun)**