Liputan6.com, Banjarnegara - Sekitar 800 warga Desa Sirukem, Kecamatan Kalibening, Banjarnegara, Jawa Tengah, hingga kini bertahan di pengungsian. Mereka masih trauma dengan kejadian gempa bumi yang dikhawatirkan akan memicu tanah longsor.
"Mereka mengungsi di Balai Desa Balun Wanayasa," ucap Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)Â Banjarnegara Catur Subandrio, Rabu (25/11/2015).
Subandrio mengatakan, sekalipun sudah ada sosialisasi gempa yang terjadi tidak berbahaya, warga belum mau kembali ke rumahnya. Menurut dia, BPBD terus melakukan pemantauan terhadap tebing yang ditakutkan akan longsor.
Baca Juga
Berdasarkan hasil pemeriksaan, imbuh Subandrio, tidak ada retakan tanah di tebing yang mengitari desa tersebut. Namun lantaran pengungsi masih bertahan, maka pihak TNI telah menyiapkan dapur umum yang melayani warga.
"Dari unsur TNI telah menyiapkan dapur umum guna melayani penduduk yang mengungsi. Kami berharap warga segera dapat pulang ke rumahnya masing-masing," ujar Subandrio.
Sementara itu, Camat Kalibening Paryono mengungkapkan, setelah gempa pertama warga yang merupakan ibu-ibu, anak-anak dan orang tua memilih mengungsi karena trauma dengan bencana longsor yang menerjang Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara pada Desember 2014.
Panik dan Mengungsi
"Warga mengungsi karena mereka panik, takut terjadi longsor seperti di Dusun Jemblung, beberapa waktu lalu," beber Paryono.
Pengungsian, jelas dia, mulai terjadi sekitar pukul 20.30 WIB setelah gempa berkekuatan sekitar 2,2 Skala Richter dirasakan warga pada Senin malam sekitar pukul 19.55 WIB.
Kemudian, warga bertambah panik saat terjadi gempa susulan sekitar pukul 02.19 WIB yang berkekuatan 2,3 SR yang berjarak sekitar 9 kilometer sebelah timur laut Banjarnegara.
Warga yang mengungsi, lanjut Paryono, selama ini tinggal di wilayah dengan kontur berbukit-bukit. Lantaran itulah, warga diimbau tidak panik dan tetap waspada.
"Kami bersama aparat lainnya dari polsek dan Koramil Kalibening berusaha menenangkan warga agar tidak panik," kata Paryono.
Warga diimbau untuk kembali ke rumah masing-masing, kemarin siang. Namun tak lama setelah imbauan tersebut, gempa bumi kembali mengguncang wilayah mereka.
Advertisement
Gempa Picu Retakan
Gempa Picu Retakan
"Getaran gempa kembali kita rasakan Selasa siang sekitar pukul 12.00 WIB. Warga yang sebelumnya sudah diimbau untuk pulang memilih kembali lagi ke pengungsian," timpal Kepala Desa Surikem Ratno Rofikhudin.
Getaran gempa dirasakan di 3 desa, yakni Desa Sirukem, Kalisat Kidul, dan Kertosari, Kecamatan Kalibening. Namun yang mengungsi, hanya warga Sirukem. Menurut Ratno, saat gempa bumi terjadi terdengar dentuman.
Kepanikan warga bertambah, setelah diketahui adanya retakan tanah sepanjang 100 meter dengan lebar 3 centimeter. Selain itu, gempa juga menyebabkan 3 rumah warga retak-retak pada bagian dinding dan lantai. Sebelum gempa menurut Ratno, tidak ada retakan tanah.
Seorang anggota relawan PMI Banjarnegara Sugeng menyebutkan, 1 pengungsi terluka saat proses pengungsian.
"Korban bernama Suryani, usia 100 tahun. Ia terjatuh dari mobil saat proses pengungsian dan mengalami luka," ungkap Sugeng.
Ia mengatakan, saat ini bantuan yang mendesak dibutuhkan pengungsi, yakni makanan buat balita, anak-anak, dan orang tua. Selain itu, karena masih musim hujan, pengungsi juga membutuhkan selimut dan pakaian hangat. (Ans/Mut)
Advertisement