Liputan6.com, Jakarta - Beberapa pekan belakangan, kasus dugaan pencatutan nama Presiden Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK), menjadi sorotan publik. Kisruh legislatif dan eksekutif itu berawal dari laporan Menteri ESDM Sudirman Said ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) dengan terlapor anggota DPR berinisial SN terkait dugaan perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia.
Kini SN disebut-sebut adalah Ketua DPR Setya Novanto. Rabu kemarin kekisruhan ini mulai disidangkan di MKD dengan menghadirkan Sudirman. Sidang etik yang berlangsung terbuka ini sempat alot, saat membuka bukti rekaman di persidangan hingga berakhir voting. Usai dibuka rekaman tersebut, pun menuai perdebatan panjang anggota MKD.
Baca Juga
Berita lengkap terkait rekaman tersebut menjadi terpopuler atau paling disorot pembaca Liputan6.com sepanjang Rabu 2 Desember 2015. Berikut 3 berita populer yang terangkum dalam Top 3 News;
1. Transkrip Lengkap Rekaman Setnov, Riza Chalid dan Bos Freeport
Advertisement
Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) menggelar sidang dugaan pelanggaran kode etik Ketua DPR Setya Novanto. Dalam sidang perdana, MKD menghadirkan Menteri ESDM Sudirman Said sebagai terlapor.
Dalam sidang itu Sudriman Said menyatakan, Setya Novanto mengondisikan permintaan saham kepada PT Freeport Indonesia. Selain itu, Setya juga disebut menekan Presdir PT Freeport Indonesia terkait saham.
Hal itu diungkap Sudirman berdasarkan rekaman dan transkrip pembicaraan antara Setya Novanto (SN), pengusaha M Riza Chalid (MR), dan bos PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin (MS).
Berikut kutipan rekaman perbincangan tersebut;
SN: Terus janji presiden
MS: Ya betul, kemudian Presiden ke sana, janjikan oke kalau gitu dibangun. Kalau kita bangun di Papua siapa yang mau kasih. Di Gresik saja sudah 2,3 M. Kalau di Papua bisa hampir 4 M. Dari mana mau dananya. Gak mungkin bangun di Papua.
MR: Ya ya. Jadi begini Pak, soal itu saya ngomong sama Darmo. Saya bilang Darmo siap ya. Dia kan ngurusi semua. Dia akan melihatnya ini kalau perlu biayanya besar juga.
SN: Pengusaha juga
MR: Kalau Ini tugasmu untuk mengamankan. Jadi saya sudah bicara, Pak Jokowi. Urusan dia saya. Dia dipakai Pak Luhut semua.
MR: Soal saham itu ada pemikiran, PLTA.
MS: PLTA? Yang mau memiliki sahamnya siapa Pak?
MR: Ada nominenya, punya Pak Luhut. Â
MS: Pak Luhut
MS: Yang sahamnya itu juga maunya Pak Luhut itu jaminan guarantee itu dari Freeport untuk saham itu. Seperti dulu yang dilakukan oleh Freeport kepada pengusaha.
SN: Pak Luhut pernah bicara dengan Jim Bob di Amerika.
MR: Jadi kalau itu bisa diolah, ini rahasia yang tahu cuma kita berempat ya Pak. Diolah gitu…
MS: Pak itu harus ada yang perlu dihitung pak sekarang. Waktunya tinggal 6 minggu dari sekarang. Dari enam isu yang saya kasih Pak Ketua itu, waktunya tinggal 6 minggu dari sekarang. Kalau itu tidak keluar, katakanlah 23 Juli nanti, tanggal 1 Juli tidak ada kepastian, maka kita akan arbitrase internasional
2. Ayah 'Durhaka' Ini Jadikan Putranya Makanan Babi?
Rumah berdinding kayu di Kansas itu relatif besar, nilainya pun tinggi, lebih dari US$ 225 ribu atau Rp 3,1 miliar.
Namun, halaman belakangnya penuh sampah. Mainan anak-anak berserakan di sana sini. Menurut saksi mata, bagian dalam rumah milik Michael A. Jones itu lebih berantakan lagi.
Suatu hari polisi dipanggil ke rumah beralamat di 5200 blok N. 99th Street itu. Untuk menangani laporan bahwa Michael Jones menyerang istrinya, Heather Jones (29) dan menembakkan senjata ke arah perempuan itu.
Saat penyelidikan kasus tersebut dilakukan, laporan baru masuk. Tentang salah satu anak tersangka yang hilang, seorang bocah laki-laki berusia 7 tahun.
Tak lama kemudian, bagian tubuh manusia ditemukan di kandang hewan. Seorang sumber kepolisian mengkhawatirkan, itu adalah jasad anak kecil yang dibunuh dan diumpankan ke babi.
Polisi menetapkan kepala rumah tangga Michael Jones (44) sebagai tersangka. Ia dikenai sangkaan melakukan kekerasan terhadap istrinya dan 'menyiksa serta memukuli secara kejam' anak lelakinya yang berusia 7 tahun pada kurun waktu antara 1 Mei dan 28 September.
Penyidik koroner di Kansas, Amerika Serikat memastikan bahwa tulang seorang anak kecil di antara babi-babi di properti milik Michael Jones.
Namun, penyidik koroner Wyandotte County, Dr. Alan Hancock mengatakan, pihaknya belum memastikan apakah belulang tersebut adalah milik korban.
Jones dituduh melakukan kekerasan dan menyerang anaknya sendiri. Kasusnya menjadi ramai diberitakan setelah muncul klaim bahwa tersangka memukul putranya hingga tewas dan memakankan jasadnya pada babi-babi.
Namun polisi menolak menanggapi klaim tersebut. Hancock mengatakan, tulang milik anak-anak yang tak diketahui identitasnya ditemukan berada di balik pagar di sebuah gudang pakan ternak. Ia berada di sana selama beberapa pekan.
3. Terungkap, Koordinator 'Kotak Amal' Bisa Raup Rp 80 Juta Sebulan
Â
Petugas pelayanan pengawasan dan pengendalian sosial (P3S) Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat, mengungkap praktik sindikat 'kotak amal' yang biasa beroperasi di kawasan Jakarta Pusat.
Ada pengakuan mencengangkan dari pengakuan salah seorang 'pekerja' yang diamankan. Adalah Eriyadi (35), pemuda yang diamankan P3S Sudinsos Jakarta Pusat, Rabu (2/12/2015).
Pria asal Jembatan Lima Pasar Thamrin, Tanah Abang, ini kedapatan tengah mengedarkan kotak amal. Pengakuan Eriyadi kepada petugas P3S, Eriyadi sudah melakoni pekerjaan tersebut sejak 2001. Rupanya, dia tidak sendiri. Ada 96 orang yang melakoni hal serupa.
Menurut Eriyadi, setiap 'pekerja' menyetorkan Rp 30 ribu kepada perempuan tersebut. Sisanya, untuk mereka yang mengedarkan kotal amal.
Uang yang diraup pengedar kotak amal bila Rp 30 ribu dikalikan 96 orang, dalam sehari koordinator tersebut akan meraup Rp 2.880.000. Bila Rp. 2.880.000 dikalikan sebulan, asumsi 20 hari, maka uang yang diperoleh Rp 86.400.000.
Selengkapnya...