Liputan6.com, Jakarta - Prosesi penobatan atau jumenengan Paku Alam X di Bangsal Sewotomo, Pura Pakualaman, Yogyakarta, dihadiri keluarga dari kubu Anglingkusumo yang menyatakan diri sebagai KGPAA Paku Alam IX Al Haj. Kerabat Anglingkusumo yang hadir adalah KGPH Wijoyokusumo ditemani istrinya, Bray Any Wijoyokusumo.
Wijoyokusumo mengatakan kehadirannya dalam jumenengan Paku Alam X bisa menjadi jalan untuk berdamai, sehingga Pakualaman dapat bersatu. Namun ia tidak dapat memastikan apakah Pakualaman ke depan dapat bersatu lagi.
"Bagi kami pintu rekonsiliasi selalu terbuka. Tidak ada yang beda dari satu jadi kembali satu lagi. Kalau saya katakan belum dengan berjalannya waktu pintu rekonsiliasi Insya Allah terjalin betul. Bukan ya tidak, tapi belum," ujar Wijoyokusumo usai jumenengan Paku Alam X pada Kamis, 7 Januari 2016.
Ia mengaku tidak tahu kenapa Anglingkusumo tidak hadir dalam Jumenengan PA X. Namun yang jelas, ia mendapat undangan menghadiri jumenengan ini.
Baca Juga
"Beliau (Anglingkusumo) jelas tidak rawuh (datang). Saya ini dapat undangan dan rumah saya di sini. Saya menghormati ini sebagai peristiwa budaya yang sangat langka. Saya hormati masyarakat untuk ikut juga," kata dia.
Istri Wijoyokusumo, Ani, mengatakan memang saat ini sedang ada masalah di keluarga Pakualaman. Masalah tersebut diharapkan diselesaikan secara kekeluargaan.
Menurut dia, posisi PA X saat ini sedang mengemban tugas yang berat, sehingga perlu adanya dukungan dari keluarga. Namun ia juga meminta kepada Paku Alam X agar selalu melibatkan keluarga.
"Apalagi tanahnya akan dijadikan bandara. Bagaimana beliau mempertanggungjawabkan tanah itu kepada keluarga. Itu kan bukan milik pribadi. Bagaimana harus dipertanggungjawabkan. Kami mengimbau kalau berkuasa jangan adigang adigung, harus melibatkan keluarga," Ani menandaskan.**