Logistik Habis, WNI di Perbatasan Filipina Terancam Kelaparan

Susahnya hidup di perbatasan negeri.

oleh Yoseph Ikanubun diperbarui 28 Jan 2016, 08:01 WIB
Diterbitkan 28 Jan 2016, 08:01 WIB
Tugu NKRI di Pulau Miangas. Kab Talaud, Sulut. Tugu yang dibangun tahun 2008 sebagai simbol kekokohan NKRI di pulau yang berbatasan Indonesia- Filipina.(Antara)

Liputan6.com, Manado - Susahnya hidup di perbatasan negeri. Seperti warga yang tinggal di pulau terluar Indonesia, Pulau Miangas, Kabupaten Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara.

Mereka kini terancam kelaparan. Sudah beberapa pekan kapal perintis yang menyuplai bahan makanan bagi masyarakat di perbatasan Filipina itu tak kunjung datang. Kapal perintis terakhir kali datang pada Desember 2015.

Sementara warga sudah kehabisan bahan logistik. Mereka harus bertahan dengan bahan makanan yang berasal dari hasil bumi setempat.

"Stok makanan untuk warga sudah habis, tapi kapal belum juga tiba," kata Camat Miangas Steven Edwin Maarisit saat dihubungi dari Manado, Rabu 27 Januari 2016.

"Dengan kondisi ini, warga hanya bisa bertahan dengan bahan makanan hasil bumi, seperti umbi-umbian dan sayur," ujar dia.

Kapal perintis yang dikirim pemerintah itu, kata dia, telah berangkat dan kini berada di Kepulauan Siau. Steven memprediksi, kapal itu baru tiba pada Sabtu 30 Januari 2016.

"Masih butuh 3-4 hari lagi baru sampai di Miangas," sambung Steven.

Miangas merupakan salah satu pulau terpencil di Sulut. Dibanding daerah induknya Talaud, jarak Pulau Miangas ke Filipina hanya sekitar 4 jam menggunakan kapal cepat (speed boat).

Sementara jika ke Melonguane ibu kota Kabupaten Talaud membutuhkan waktu 6 jam perjalanan laut. Daerah itu dihuni 255 kepala keluarga atau 764 jiwa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya