Maju-Mundur Si Bakal Calon Gubernur Ibu Kota

Belum ada yang bisa memastikan, siapa nama yang bakal bertahan hingga hari ketika nama-nama tersebut dirilis secara resmi oleh KPUD DKI.

oleh Nafiysul QodarPutu Merta Surya Putra diperbarui 05 Mar 2016, 00:11 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2016, 00:11 WIB
Balaikota DKI Jakarta
Balaikota DKI Jakarta. (Liputan6.com/Luqman Rimadi)

Liputan6.com, Jakarta - Satu per satu tokoh angkat kaki sebelum sempat bertarung di ajang Pilkada DKI Jakarta. Sementara sebagian yang lain makin mantap bergerilya, menyusun langkah taktis untuk bisa memenangkan kursi gubernur di Ibu Kota.

Belum ada yang bisa memastikan, siapa nama yang bakal bertahan hingga hari ketika nama-nama tersebut mendaftarkan diri dan dirilis secara resmi oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta. Semua masih misteri.

Namun cerita maju-mundurnya tokoh-tokoh ini masih terus bergulir. Seperti pagi tadi, ketika Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Abraham Lunggana atau Lulung undur diri menyusul Ridwan Kamil, 2 tokoh lain justru bertemu muka dan membicarakan masa depan mereka di Pilkada Jakarta.

Masing-masing, baik yang undur diri ataupun yang masih mantap melaju memiliki perhitungannya sendiri.

Lambaian Tangan Lulung

Setelah sempat gembar-gembor menyatakan keinginannya terjun dalam Pilkada DKI Jakarta melawan Ahok, Lulung yang juga Ketua DPW PPP DKI Jakarta kini mengaku tak berniat lagi meneruskan langkahnya.

"Kalau gue udah nggak ngarepin maju (di Pilkada DKI 2017)," kata Lulung di Jakarta, Jumat (4/3/2016).

Namun Lulung tidak menjelaskan secara rinci alasannya batal bertarung melawan Ahok. Dia juga tak berniat 'dikawinkan' sebagai pasangan cagub-cawagub dengan pemilik nama Basuki Tjahaja Purnama tersebut.

Haji Lulung melambaikan tangannya saat menghadiri persidangan kasus UPS di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (4/2/2016). Lulung mengaku senang, Ahok mau hadir memberikan kesaksian untuk terdakwa Alex Usman . (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Meskipun beberapa waktu lalu Sekjen PPP Dimyati Natakusumah sempat mengutarakan niatnya untuk 'mengawinkan' keduanya.

"Kalau sama PKS, Gerindra mungkin. Tapi kalau sama Ahok enggaklah," ucap Lulung. Dia bahkan lebih memilih mundur jika harus berpasangan dengan mantan bupati Belitung Timur itu.

"Mana bisa kawinin? Emang LGBT. Kalau sama Ahok mending mundur pokoknya. Selain Ahok, mau. Kalau saya pribadi dukung Yusril," tandas pria yang kerap berseteru dengan Ahok itu.

Ahok dan Haji Lulung.

Secara pribadi, Lulung mengaku lebih menjagokan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra ketimbang Ahok. Namun, dirinya tetap akan mengikuti keputusan PPP.

Pria dengan belahan rambut tengah itu mengaku sudah memiliki jagoan sendiri di pilkada nanti. Dia percaya, jagoannya itu mampu melawan sang petahana, Ahok memperebutkan kursi DKI 1.

Lantas siapa jagoan Lulung? Dia adalah Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) ‎Yusril Ihza Mahendra. "Yusril itu tokoh representatif segala kehidupan. Dia negarawan, dia pernah dicalonin presiden 1998. Dia ilmuwan, ahli tata negara dan sebagainya," tutur dia.

Meski tak maju sebagai kandidat, dia mengaku akan tetap berkontribusi di pesta demokrasi DKI Jakarta nanti. Dia siap menjadi juru kampanye kandidat yang diusung PPP di Pilkada DKI 2017.‎

"Gue jadi jurkam (juru kampanye) saja," ucap dia.

Lalu bagaimana dengan Ahok menyikapi pernyataan Lulung?

Dia mengaku tak heran jika Lulung mundur dari kontestasi Pilkada DKI Jakarta 2017. Apalagi, kata dia, jika partai berlambang Kabah itu mengusung dirinya sebagai calon gubernur.

Ayah 3 anak itu menduga, Lulung tidak setuju jika PPP mengusung dirinya. Bahkan jika PPP dipimpin Romahurmuziy atau Romy, Lulung bisa saja tersingkir dari kursi DPRD DKI Jakarta.

"Mungkin dia udah merasa Romy udah bisa jadi Ketum PPP kali. Kalau Romy Ketum kan Lulung di-recall pasti," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat memberi kesaksian dalam kasus pengadaan UPS di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (4/2/2016). Ahok menjadi saksi dalam kasus UPS dengan terdakwa Alex Usman (Liputan6.com/Yoppy Renato)

Melirik PNS

Ahok pun tetap melaju. Sejumlah taktik disusunnya untuk bisa merajai pilkada nanti. Dia mengaku akan memilih anak buahnya yang berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) ‎jika gagal menggandeng kader PDIP yang kini duduk sebagai Wagub DKI Djarot Saiful Hidayat.

Adalah Heru Budi Hartono yang menjadi kandidat kuat Cawagub DKI‎ mendampingi Ahok. Pria yang menjabat Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) DKI Jakarta itu dinilai telah memenuhi kriteria sebagai pendamping mantan Bupati Belitung Timur tersebut.

"Kalau Pak Djarot nggak dapat izin dari PDIP, kita mungkin dengan Pak Heru‎," ujar Ahok usai menghadiri sebuah acara di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Kita tunggu sampai minggu depan, kalau jawabannya sampai nggak jelas (kita pilih Heru). Karena kita mesti mengisi nama. Kalau Pak Heru kan saya sudah percaya beliau. Pak Jokowi juga kenal baik (dengan Heru)," sambung dia.

Ratusan Pegawai Negeri Sipil (PNS) mengikuti upacara peringatan Hari Pahlawan di lapangan eks IRTI Monas, Jakarta, Selasa (10/11). Upacara tersebut dipimpin oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki T Purnama. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Mantan politikus Partai Gerindra itu mengaku masih membuka peluang bagi partai politik yang ingin mengusung dirinya di bursa Pilkada DKI Jakarta 2017. Ahok menerima dukungan dari parpol tanpa syarat. Namun mantan Bupati Belitung Timur ini menegaskan ia tidak bisa mengeluarkan dana kepada parpol untuk kebutuhan kampanye.

Sejauh ‎ini, Nasdem merupakan satu-satunya parpol yang dengan tegas mengusungnya tanpa syarat. Partai besutan Surya Paloh itu bahkan telah menyiapkan alat peraga kampanye untuk menunjukkan dukungannya kepada suami Veronica Tan itu.

Sementara Ahok kini juga sudah mulai didekati Partai Demokrat. Pria berkacamata itu mengklaim, bukan dirinya yang menghubungi elite Demokrat. Justru jubir partai tersebut, Ruhut Sitompul lah yang menghubunginya.

"Dia yang telepon saya. Temen kok," tutur Ahok.

Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono berpidato pada puncak perayaan HUT Partai Demokrat ke-14 di Gedung Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (9/9/2015). Dalam pidatonya, SBY memberikan arahan kepada kader PD. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sementara Ruhut mengatakan, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) selalu membuka komunikasi kepada mereka yang akan mencalonkan diri sebagai gubernur. Tak terkecuali dengan Ahok.

Meski begitu, SBY belum memutuskan siapa yang akan didukung partainya di Pilkada DKI Jakarta 2017 nanti.

"Dari Pak SBY, kami membuka komunikasi, Pak Ahok yang kebetulan undang kami (bertemu). Tapi waktunya belum ketemu. Yang lain-lain kalau kami diundang, kami makasih juga," ujar Ruhut.

Pertemuan di Markas Dewa

Tak cuma Ahok yang bergerilya. Bakal calon Gubernur DKI Yusril Ihza Mahendra juga terus bergerak dengan melakukan safari politik.

Menurut Yusril, apa yang dilakukannya mengikuti cara SBY pada saat pemilihan presiden. Selain itu, dia juga menyempatkan diri bertemu dengan bakal calon gubernur lainnya.

 

Balon Gubernur DKI Jakarta Ahmad Dhani (kiri) memberikan keterangan saat menggelar pertemuan politik di Jakarta, Jumat (4/3). Dalam pertemuan tersebut, keduanya membicarakan persiapan di Pilgub 2017 mendatang. (Lipitan6.com/Immanuel Antonius)

Siang tadi, dia menyambangi kediaman pentolan group Dewa 19, Ahmad Dhani yang juga berniat maju sebagai cagub DKI Jakarta di Pondok Indah, Jakarta Selatan. Usai melakukan pertemuan tertutup selama 1 jam, Dhani dan Yusril sepakat menunggu partai politik yang akan meminang mereka.

"Kita ini dalam posisi saling dukung-mendukung dalam arti sesungguhnya. Kita menyerahkan pada mekanisme partai. Kebetulan, kita masing-masing memang ada pembicaraan dengan parpol. Apalagi saya pribadi tidak akan melakukan independen," ujar Dhani di kediamannya.

Ahmad Dhani diketahui sudah masuk dalam penjaringan Partai Gerindra sebagai kandidat maju di Pilkada DKI. Bukan hanya itu Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) juga memberikan dukungan.

Balon Gubernur DKI Jakarta Ketua Umum PBB Yusril Ihza Mahendra (kanan) memberikan keterangan saat menggelar pertemuan politik di Jakarta, Jumat (4/3). Keduanya akan saling mendukung di Pilgub 2017 mendatang. (Lipitan6.com/Immanuel Antonius)

Begitu pula dengan Yusril yang masuk bursa Gerindra. Bahkan, Partai Demokrat serta PPP pun membidiknya.

Namun Yusril mengaku masih terus mengumpulkan KTP sebagai syarat maju independen. Meskipun dia masih menunggu keputusan parpol. Menurut dia, hal ini bagian dari strategi politiknya.

"Menempuh dua jalan (dukungan Parpol dan independen) itu ada perhitungan. Karena itu jangan direndahkan," ujar Yusril.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya