1.001 Kemeriahan Gerhana Matahari

Fenomena alam langka gerhana matahari total (GMT) terjadi di Tanah Air Rabu, 9 Maret pagi.

oleh Hanz Jimenez SalimLuqman RimadiYuliardi Hardjo PutroAndreas Gerry Tuwo diperbarui 10 Mar 2016, 00:15 WIB
Diterbitkan 10 Mar 2016, 00:15 WIB
Gerhana Matahari
Kombinasi foto Gerhana Matahari (AFP Photo/ Bay Ismoyo)

Liputan6.com, Jakarta - Fenomena alam langka gerhana matahari total (GMT) terjadi di Tanah Air Rabu, 9 Maret pagi.

12 provinsi, yakni Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara menjadi saksi sejarah peristiwa ini.

Di sejumlah propinsi tersebut, gerhana matahari total bisa dilihat dengan jelas.  Gerhana juga bisa dinikmati warga provinsi lainnya meski hanya sebagian.

Hadirnya gerhana matahari mengundang kemeriahan tersendiri. Ribuan warga berbondong-bondong menyaksikan pemandangan istimewa. Sejumlah aksi menarik juga dilakukan para warga saat gerhana tiba. Bahkan, tak sedikit warga menggelar festival atau karnaval khusus menyambut datangnya gerhana matahari.

Di Kota Maba, Halmahera Timur, misalnya, tarian tradisional Cakaiba dan Kabata yang hampir punah ditampilkan di dermaga Kota Maba. Tarian ini merupakan bagian dari Festival GMT 2016 yang diselenggarakan di ibu kota Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara.

Sejumlah orang melihat dan mengambil gambar dari fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) di pantai di pulau Ternate, Indonesia, Rabu (9/3/2015). (REUTERS / Beawiharta)

Tarian Cakaiba menampilkan 2 penari bertopeng khas Halmahera. Topeng seukuran 1 meter ini dikenakan penari selama berlenggak-lenggok di depan penonton. Pembawa acara menerangkan tarian Cakaiba merupakan tarian khusus menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tarian ini diiringi alunan rebana dan tembang dalam bahasa setempat.

Adapun tari Kabata merupakan tarian tradisional yang menampilkan 4 penari pria. Para penari memegang tanaman hasil panen dan golok. "Tarian Kabata hampir punah," ujar pembawa acara Festival GMT 2016 di Kota Maba, Rabu (9/3/2016) pagi.

Di Jakarta, sejumlah warga yang berkumpul di Pantai Ancol histeris menyambut detik-detik matahari ditelan bulan.

Ketika peristiwa itu terjadi, warga Jakarta dan turis histeris. Mereka berteriak serentak di Pantai Ancol. "Yeaahh horeee," teriak para pengunjung saat puncak Gerhana Matahari sebagian.

"Ini udah maksimal udah ketutup," ucap pengunjung Ancol, Hermawan kepada Liputan6.com.

Pengunjung pun, langsung mengabadikan peristiwa ini dengan berfoto-foto. Sebagian memakai kacamata khusus. Langit  di Ancol yang awalnya cerah dan silau kemudian mulai meredup. Gerhana matahari terjadi 88 persen.

"Ayo foto-foto ini puluhan tahun sekali," ajak seorang pria kepada keluarganya, Rabu (9/3/2016).

Gerhana matahari sebagian di Jakarta berada pada puncaknya pada 07.21 WIB. Gerhana berakhir pada pukul 08.31 WIB.

Sejumlah warga menyaksikan proses Gerhana Matahari Total (GMT) 2016 di halaman Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, Rabu (9/3). Fenomena gerhana matahari 90% bisa diamati selama 2,11 menit. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Di Palu, Warga histeris ketika bulan mulai menutup sebagian matahari. Saat matahari tertutup total oleh bulan, para warga yang menyaksikan bertepuk tangan, berfoto selfie, hingga berdoa. Setelah 2 menit 15 detik langit Palu meredup, matahari mulai menampakkan diri.

Keriuhan pun kembali terjadi saat matahari muncul. Selang beberapa detik lagu 'Terlalu Manis' langsung didendangkan grup band Slank.

Warga yang menyaksikan gerhana matahari total di Anjungan Nusantara, Pantai Talise pun langsung berlari mendekat ke panggung Slank.

Untuk memeriahkan nonton bersama, Persatuan Gate Ball Seluruh Indonesia (Pergatsi) membagikan ribuan lampion gratis kepada warga.
 
Eforia menyambut gerhana matahari juga dirasakan di Papua. Ratusan warga Kota Jayapura dan sekitarnya antusias menyaksikan gerhana di halaman kantor TVRI Papua di Jayapura.Masyarakat melihat langsung gerhana dengan menggunakan kaca mata milik BMKG Jayapura.


Petugas mengabadikan proses gerhana matahari total di Bukit Matantimali, Sigi, Sulteng, Rabu (9/3). Fenomena tersebut menjadi daya tarik tersendiri wisatawan untuk menyaksikan secara langsung di alam terbuka. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

"Kami memang tidak menyediakan kaca mata secara khusus namun masyarakat dipersilahkan menggunakan kaca mata milik BMKG," kata Kepala Seksi Pelayanan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jayapura Zem Padama seperti dilansir Antara.

Beberapa warga melukiskan kekaguman dan kebahagiaannya melihat fenomena alam yang langka nan indah ini, antara lain Leli, pelajar kelas 3 sekolah dasar.Leli mengaku senang bisa melihat gerhana matahari walaupun cuma sebentar.

"Matahari nampak berwarna kuning terang tetapi bagian atasnya terlihat terpotong dan bentuknya seperti bulan sabit," kata Leli, didampingi ibu dan kakaknya.

Sebaliknya Mesak Tomasila, warga Merauke, kecewa karena tidak ada pertokoan yang menjual kaca mata khusus untuk melihat gerhana. Namun kekecewaannya terobati setelah meminjam kaca mata milik BMKG dan melihat proses gerhana matahari walaupun untuk Jayapura hanya terlihat separuh.

"Walaupun harus bergantian namun tetap bersyukur bisa melihat proses gerhana matahari," kata Mesak.

BMKG Jayapura menyiapkan 2 teropong untuk menyaksikan gerhana dan layar monitor di halaman TVRI Jayapura.

BMKG melaporkan untuk wilayah Jayapura gerhana matahari mulai pukul 08.53 WIT dengan puncaknya pada pukul 10.17 WIT dan berakhir 11.48 WIT.


Warga Bali Ikut Menikmati

Seorang anak melihat proses gerhana matahari di Bukit Matantimali, Sigi, Sulteng, Rabu (9/3). Fenomena tersebut menjadi daya tarik tersendiri wisatawan untuk menyaksikan secara langsung di alam terbuka. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Meski tengah merayakan Nyepi, umat Hindu di Bali juga turut menjadi saksi fenomena gerhana matahari.

Sejumlah warga di perumahan Ayung Resort, Sibag Kaja, Badung menyaksikan gerhana dengan  peralatan sederhana berupa lembar film rontgen bekas. Meski Bali hanya mendapatkan 80% saja, namun fenomena ini cukup memberikan pelajaran berharga bagi anak-anak.

"Sudah mulai, gerhananya sudah mulai," kata Rara Ayu, seorang anak yang tengah menyaksikan gerhana matahari, Rabu 9 Maret 2016.

Di Bali, pergerakan bulan menutupi matahari mulai terlihat pukul 07.30 Wita. Perlahan-lahan bayangan bulan mulai menutupi sisi sebelah kanan matahari.

"Lihat deh, mataharinya seperti bulan sabit," ungkap Sylvia menemani anaknya.

Pukul 08.30 Wita, gerhana pada puncaknya di Bali. Meski tidak tertutup total, fenomena ini cukup menarik perhatian warga di Bali yang tengah merayakan Nyepi.

Salat Gerhana

Ratusan warga melakukan salat gerhana matahari di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (9/3/2016). Salat gerhana tersebut diadakan sebagai ungkapan syukur atas kuasa Allah SWT. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Datangnya gerhana juga disambut dengan salat oleh warga di sejumlah wilayah. Di Jakarta, ribuan warga ibu kota memadati Masjid Istiqlal untuk menunaikan ibadah salat gerhana atau salat Khusuf, Rabu pagi.

Warga telah berdatangan sejak pukul 06.00 WIB. Mereka memasuki Masjid Istiqlal melalui 2 pintu, salah satu pintu yang paling padat dilewati yaitu pintu Alfattah. Warga yang membawa kendaraan tampak memarkirkan kendaraan mereka di lapangan parkir Masjid Istiqlal di 2 titik.

Salat itu diimami Ahmad Husni Ismail, sementara khotbah oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasarudin Umar.

Selain dihadiri ribuan warga, tampak pula beberapa pejabat yang hadir, beberapa diantaranya yaitu para anggota DPR RI dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang duduk di barisan terdepan.

Suasana religius juga terjadi di Bengkulu, ribuan warga Kota Bengkulu dan sekitarnya memadati Benteng Marlborough untuk mengikuti salat gerhana matahari. Salat yang dipimpin imam besar Masjid Raya Baitul Ijazah KH Rusli M Said berlangsung pada pukul 06.09 WIB.

Usai salat, dilanjutkan ceramah khatib Mawardi Lubis yang dilaksanakan di pelataran bagian dalam benteng yang dibangun kolonial Inggris pada tahun 1719.

Jokowi di Bogor, JK di Palu

Presiden Joko Widodo atau Jokowi turut menjadi saksi datangnya fenomena gerhana matahari. Jokowi tak ingin melewatkan momen gerhana matahari dengan menyaksikan di Istana Bogor.

"Menyaksikan gerhana matahari total dari Istana Bogor. Inilah tanda-tanda kekuasaan Allah, kebesaran Allah -Jkw," tulis Jokowi di akun Twitter-nya, @jokowi, Rabu 9 Maret 2016.

Dalam foto yang diunggahnya, Jokowi tampak mengenakan kemeja putih dan sarung biru kotak-kotak. Ia berdiri di halaman Istana Bogor dengan kacamata gerhana terpasang di wajahnya.

Jokowi terlihat begitu menikmati pesona gerhana matahari.

Dengan mengenakan kemeja putih dan sarung kotak-kotak berwarna biru, Jokowi tampak santai menyaksikan gerhana matahari di halaman Istana Bogor, Rabu (9/3). (facebook.com/Jokowi)

Wakil Presiden Jusuf Kalla juga turut melihat gerhana matahari total di Lapangan Kota Palu, Sigi, Sulawesi Tengah. Menurut dia, fenomena alam tersebut sangat indah untuk disaksikan.

"Indah sekali. Matahari yang 150 juta km dan bulan yang jaraknya kurang lebih 40 juta km dapat diketahui posisinya pas dan betul-betul pas," kata JK di Sigi, Sulawesi Tengah.

Mantan Ketua Umum Golkar itu menegaskan, itu semua bukanlah atas kemampuan manusia, melainkan kebesaran Allah yang memberikan hikmah bagi manusia untuk memprediksi fenomena alam itu. JK menikmati gerhana yang berlangsung selama 2 menit 22 detik.

"Itu kan kebesaran Allah dalam ilmu pengetahuan manusia yang sangat tinggi," tutur dia.

JK juga menyampaikan fenomena gerhana matahari ini telah menjadi kesempatan emas bagi daerah Sulawesi Tengah, terutama Sigi dan Poso, menjadi terkenal di dunia internasional.

"Paling penting mereka mengenal Sulteng, Poso dan Sigi karena ini pasti jadi perdagangan internasional kan. Jadi bagi kita ini reklame gratis. Apabila kita melayani dan memperlihatkan hal-hal yang indah, itu juga suatu hal yang murah sebenarnya," jelas JK

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya