Liputan6.com, Magelang - Tak butuh waktu lama, Kepolisian Resor Magelang Kota akhirnya berhasil membekuk terduga penembakan misterius di Magelang. Terduga teror berinisial S, warga Rejosari, Kelurahan Magersari, Kota Magelang, Jawa Tengah.
Namun dalam operasi penangkapan itu, kepolisian baru berhasil menangkap salah satu terduga pelaku. Satu terduga lainnya, yang ternyata adik S, belum diketahui keberadaannya.
"Adiknya yang kami cari tidak ada. Adiknya bernama SST baru dua bulan lalu keluar dari lembaga pemasyarakatan karena kasus penganiayaan," kata Kapolres Magelang Kota AKPB Edi Purwanto di Magelang, Jumat (29/4/2016).
S ditangkap di rumahnya sedang memakai sabu. S memiliki senapan angin dan barang tersebut sudah diamankan petugas.
"Sedangkan senjata yang yang diperkirakan digunakan adiknya belum ditemukan, karena dititipkan sama temannya," kata Edi.
Advertisement
Meski sudah berhasil membekuk S, namun hingga saat ini polisi belum mengetahui motif penembakan yang dilakukan S dan adiknya, SST.
Baca Juga
Kakak beradik itu meneror Kota Magelang sejak pekan lalu, dengan menembak sejumlah warga. Sebagian besar korban adalah wanita. Tercatat sudah 7 perempuan yang menjadi korban penembakan misterius dalam bulan ini.
Hasil penyelidikan sementara, polisi menduga penembakan dilakukan menggunakan senapan angin yang dimodifikasi. Hal itu didasari keterangan sejumlah saksi yang nyaris tak mendengar suara desingan dari peluru yang ditembakkan.
Penembakan misterius ini diawali di kawasan Jalan Pemuda (Pecinan), Kota Magelang. Informasi yang dihimpun Liputan6.com menyebutkan, penembakan dilakukan menjelang jam tutup pertokoan.
Agus Tri Purnami (28), pegawai Apotek Enggal yang merupakan salah satu korban menjelaskan kala itu ia bermaksud pulang. Saat baru beberapa langkah berjalan, ia mendengar suara tembakan.
"Baru nyadar kalau pinggang kiri saya sakit," kata Agus Tri Purnami.
Namun setelah dibawa ke RSUD Tidar dan difoto rontgen, tak ada peluru yang bersarang di lukanya. Hal itu mirip yang dialami Dwi (16). Saat itu, ia baru selesai makan di kawasan Alun-Alun Magelang.
"Waktu mau pulang, tiba-tiba mendengar letusan. Paha rasanya nyeri. Bahkan jalan saja nggak kuat," kata Dwi.
Meski belum berhasil menangkap pelaku utama, namun Kapolda Jawa Tengah Inspektur Jenderal Condro Kirono menegaskan, kepolisian sudah mendapatkan titik terang penembakan tersebut.
Pelaku diduga berinisal SST, warga Magelang yang bertempat tinggal 3 kilometer dekat perbatasan Yogyakarta.
Mantan Kakorlantas Polri ini menjelaskan, dari salah satu terduga penembakan, polisi mendapati senapan angin yang sudah dimodifikasi, yaitu laras senapan yang menggunakan peredam serta menggunakan teleskop.
"Kalibernya sama dengan yang kita dapatkan, yaitu (mimis) kaliber 4,5 milimeter," kata Condro.
Menyasar Kaum Hawa
Menyasar Kaum Hawa
Tak hanya penembakan misterius, dalam waktu hampir bersamaan di daerah sekitar Jawa Tengah, tepatnya di Yogyakarta, juga dilanda aksi penyiletan misterius.
Tercatat 3 orang menjadi korban aksi tidak bertanggung jawab itu. Dua korban berada di Kotagede dan satu lainnya berada di wilayah Umbulharjo.
"Benar ada korban tiga orang dua di Kotagede dan satu di Umbulharjo. Kita sedang melakukan pengejaran," ujar Kapolsek Kotagede Kompol Suparman kepada Liputan6.com, Senin, 25 April 2016.
Ia menerangkan, dua korban yang merupakan warga Banguntapan itu dianiaya sekitar pukul 12.45 WIB di Jalan Pembayun, Kotagede. Kedua korban masih di bawah umur, yakni NER (12) dan Karni (16).
"Dua-duanya di Jalan Pembanyun. Satu di dekat HS Silver, satunya di dekat Lapangan Karang Kotagede," ujar Suparman.
Berdasarkan penuturan korban, mereka didekati seorang lelaki tak dikenal yang mengendarai sepeda motor. Setelah jarak antara korban dan lelaki itu cukup dekat, pelaku menyayat lengan sebelah kanan dengan silet dan langsung kabur ke arah timur.
Suparman tidak bisa membenarkan, apakah kejadian tersebut berkaitan dengan penyiletan yang terjadi di sejumlah kota lain, seperti Denpasar dan Magelang yang juga menyerang wanita.
Menurut Suparman, ada modus yang sama dalam aksi penyiletan ini, yaitu semua korban merupakan perempuan. Korban dilukai dengan cara yang sama yakni menyayatkan cutter atau silet ke lengan korban sebelah kanan. Kesamaan modus ini membuat polisi menduga jika pelaku adalah orang yang sama.
"Kemungkinan besar pelakunya sama, waktu berdekatan, lokasi berdekatan, luka korban sama, korban sama-sama perempuan, dua korban berjalan kaki, satu korban naik sepeda," kata dia, Selasa 26 April 2016.
Advertisement
Pelaku Psikopat?
Pelaku Psikopat?
Baik penembakan maupun penyiletan, pelaku kedua aksi teror ini sama-sama misterius. Ada kesamaan pada jenis kelamin korban, yakni kaum perempuan. Selain persamaan, sosiolog kriminal Universitas Gadjah Mada, Suprapto, juga mencatat perbedaan dua aksi teror yang meresahkan warga tersebut.
Untuk teror di Yogyakarta, dia menjelaskan ada empat kemungkinan motivasi pelaku melakukan aksi teror. Pertama, aksi itu berkaitan jelang pilkada serentak yang digelar di Yogyakarta pada 2017 mendatang.
Kemungkinan kedua, aksi itu dilakukan dari sebuah kelompok atau geng tertentu untuk eksistensi diri dan unjuk kekuatan agar musuhnya mengetahui. Atau seseorang agar diketahui jasanya dan bisa digunakan kekuatan tertentu yang membutuhkan.
Kemungkinan ketiga adalah kegiatan iseng dari orang tertentu sebagai pelampiasan kondisi kejiwaannya atau psikopat.
"Kemungkinan keempat adalah syarat aliran tertentu untuk anggotanya bisa naik tingkat apabila bisa berhasil melukai lengan kanan korban," ujar Suprapto kepada Liputan6.com, Jumat (29/4/2016).
Dia melihat konsistensi pelaku menyayat lengan kanan pada ketiga korbannya. "Tidak hanya bacok tapi memilih lengan, spesifik lagi sebelah kanan. kalau saya cenderung kemungkinan kedua atau keempat. Walaupun banyak yang menduga bahwa pelakunya psikopat," kata dia.
Adapun kasus penembakan misterius di Magelang, Surapto melanjutkan, memiliki tiga kemungkinan. Pertama berkaitan dengan pilkada, namun kemungkinan ini sangat kecil dan hampir tidak ada.
Kemungkinan kedua, karena adanya gangguan jiwa karena ketidaktenangan jiwa seseorang atau seorang psikopat. Ketiga, upaya dari kelompok tertentu bahwa mereka ingin diketahui eksistensinya.
"Tidak menutup mata saat pilkada mereka menawarkan atau menjual jasa. Semakin melakukan di tempat ramai, maka eksistensinya semakin terlegitimasi ditambah info dari media. Kalau saya dari tiga kemungkinan itu di Magelang cenderung ke poin ketiga," ujar dia.
Suprapto mengatakan, aksi penembakan di Magelang itu karena pelaku ingin menunjukkan diri bahwa selain kekuatan militer dan aparat kepolisian, ada kekuatan lain yang berani yaitu dari kelompoknya. Walaupun kelompok ini tidak memperhitungkan masyarakat yang menjadi korban sehingga membuat resah.
Kini kepolisian di dua wilayah, Magelang dan Yogyakarta, tengah mendalami kasus tersebut. Untuk mengungkap siapa pelaku dan apa motif aksi teror penembakan dan penyiletan tersebut.