Liputan6.com, Jakarta - Dalam 10 hari terakhir, wilayah Indonesia terus dilanda gempa bumi secara beruntun. Akibat kejadian tersebut, puluhan rumah rusak dan sejumlah warga terluka.
Meningkatnya aktivitas seismik di wilayah Indonesia akhir-akhir ini membuat warga menjadi resah. Mereka khawatir rentetan gempa itu sebagai tanda ada peristiwa gempa yang lebih kuat lagi. Namun hal itu dibantah Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Baca Juga
"Tentu saja setiap gempa bumi yang terjadi belum tentu menjadi pertanda akan terjadi gempa bumi besar," kata Kepala Bidang Mitigasi gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono dalam keterangannya di @infoBMKG, Jakarta, Sabtu (11/6/2016).
Advertisement
Gempa bumi 6,5 SR sebelumnya mengguncang wilayah Sumatera Barat dan Bengkulu pada 2 Juni 2016. Kemudian pada 8 Juni 2016, gempa 6,4 SR menerpa Maluku Utara dan Manado. Dan lindu ketiga terjadi pada 9 Juni 2016. Lindu 6 SR di Samudera Hindia itu menerjang luar zona subduksi selatan Lombok yang getarannya terasa di Bali, Lombok, Sumbawa dan sebagian Jawa Timur.
Menurut Daryono, peristiwa gempa signifikan tersebut terjadi pada zona berbeda. Sementara setiap zona seismogenik memiliki medan tegangan dan karakteristik sendiri-sendiri yang belum tentu terkait satu sama lain.
Sehingga, ketiga peristiwa gempa bumi yang terjadinya secara hampir bersamaan tersebut hanya kebetulan saja. Artinya selain berjauhan, medan tegangan di zona gempa pada masing lokasi tersebut memang sudah mencapai maksimum, hingga kemudian terjadi pelepasan energi stress berupa deformasi batuan yang dimanifestasikan sebagai peristiwa gempa bumi.
"Seluruh masyarakat yang tinggal di zona aktif gempa bumi agar memahami bahwa peristiwa gempa bumi adalah proses pelepasan tegangan di kulit Bumi. Sehingga kita patut bersyukur jika terjadi gempa bumi dan tidak timbul korban karena medan tegangan yang terakumulasi di daerah tersebut menjadi berkurang atau bahkan habis," terang dia.
Wilayah Indonesia memang aktif terhadap gempa bumi karena terletak di zona tumbukan tiga lempang utama dunia. Sehingga tingginya aktivitas gempa bumi di wilayah Indonesia merupakan hal biasa dan wajar.
"Semua peristiwa alam di atas adalah fenomena alam biasa yang sedang berlangsung dan akan berakhir dengan sendirinya. Ini kesempatan kita untuk belajar memahami alam sekitar, sehingga tidak perlu takut dan khawatir berlebihan jika terjadi lagi di kemudian hari," terang Daryono.
Gelombang Tinggi
Selain kekhawatiran terjadinya gempa bumi kuat, masyarakat khususnya di pesisir selatan Pulau Jawa saat ini merasa resah karena adanya aktivitas gelombang laut tinggi. Fenomena di Samudera Hindia ini tidak ada hubungannya dengan peristiwa tsunami.
"Ini adalah jawaban dari isu yang beredar dan disebarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab," ujar Daryono.
Menurut dia, fenomena gelombang tinggi yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan beberapa faktor. Seperti dinamika pasang surut, munculnya anomali positif tinggi muka air laut di wilayah Indonesia, serta terjadinya fenomena penjalaran alun (swell) akibat munculnya pusat tekanan tinggi di sebelah barat daya Australia.
"Memang, dengan kondisi gelombang laut yang tinggi seperti saat ini, masyarakat di pesisir barat Sumatera, selatan Jawa, Bali, NTB dan NTT diimbau agar selalu waspada. Namun demikian kami tegaskan bahwa fenomena gelombang laut tinggi yang terjadi tidak ada kaitan atau hubungannya dengan peristiwa tsunami," jelas Daryono.