Liputan6.com, Jakarta - Reruntuhan bangunan sisa bongkaran penertiban di permukiman RT 09 RW 04, Rawajati, Pancoran, Jakarta Selatan, masih menumpuk. Sejumlah warga yang bertahan dan mendirikan tenda di pinggir lokasi gusuran rela bergadang demi menjaga barang-barang mereka sampai menemukan lokasi tempat tinggal selanjutnya.
Seorang warga bernama Esti (50) mengaku hanya bisa pasrah huniannya dirobohkan. Dia yang sudah tinggal puluhan tahun di sana tidak mau dipindah ke Rusun Marunda, Jakarta Utara.
"Semalam nginep di sini, enggak bisa tidur. Ada juga orang yang sampe bergadang jaga barang-barang," tutur Esti di lokasi gusuran Rawajati, Pancoran, Jakarta Timur, Jumat (2/9/2016).
Advertisement
Jarak yang jauh dengan mata pencahariannya di Jakarta Timur menjadi alasan Esti menolak pindah ke Rusun Marunda.
Dia kini mengaku bingung harus tinggal di mana bersama tiga anaknya yang masih sekolah dasar. "Perabotan juga ini saya jaga semalaman di jalan," jelas dia.
Pantauan Liputan6.com, permukiman sepanjang Jalan Rawajati Barat III telah luluh lantak. Terlihat, hanya dua bangunan yang masih belum dirobohkan sepenuhnya, yakni pos Forum Betawi Rempug dan sebuah musala.
Selain itu, masih belum tampak petugas dari Suku Dinas Kebersihan Jakarta Selatan yang berada di lokasi. Puing-puing bangunan hingga kini masih menutup akses kendaraan menuju Stasiun Duren Kalibata.
Sementara itu, sejumlah warga masih bertahan di pinggir jalan, tepat di sebelah Apartemen Kalibata City. Warga bertahan dengan beratapkan terpal untuk menghindari panas dan hujan.
Warga lainnya, Nur (30), menyayangkan tidak adanya posko kesehatan dari pemerintah untuk warga terdampak gusuran di sana. Sebab, dia bersama dengan keenam anggota keluarganya kini mulai merasa kurang enak badan akibat bermalam di tenda yang hanya beralaskan kardus.
"Dari pemerintah mana? Puskesmas kek. Kita enam orang kedinginan malam gerimis," ujar Nur di lokasi gusuran.
Dia mengatakan, bersama sejumlah warga lainnya masih belum tahu akan melanjutkan tinggal di mana. "Belum tahu mau ke mana, nasib kita melarat," kata Nur.