Ketua MPR: Bangsa Indonesia Tak Bisa Dinegosiasikan

Kalau bangsa Indonesia tidak punya karakter, maka kita tidak akan bisa menjadi bangsa yang besar.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 05 Sep 2016, 16:00 WIB
Diterbitkan 05 Sep 2016, 16:00 WIB
Zilkifli Hasan
Ketua MPR Zulkifli Hasan menegaskan pentingnya haluan negara dalam merancanang pembangunan nasional secara lebih terarah.

Liputan6.com, Jakarta Ketua MPR Zulkifli Hasan menegaskan bangsa Indonesia tidak boleh menjadi bangsa yang bisa dinegosiasikan oleh negara lain. Hal itu dikarenakan Indonesia memiliki jati diri.

"Paling penting bangun karakter bangsa, siapa kita, bagaimana nilai-nilai ke-Indonesia-an kita. Kalau kita tidak memiliki jati diri, kata Bung Karno (Soekarno) ya, maka bangsa itu bangsa yang bisa dinegosiasikan, kan bahaya ya kalau kita enggak punya prinsip," ungkap pria yang karib disapa Zulhas ini usai acara Sarasehan Nasional Empat Pilar MPR dan Kesadaran Bela Negara di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Senin (5/9/2016).

Ia menuturkan, kalau bangsa Indonesia tidak punya karakter, maka kita tidak akan bisa menjadi bangsa yang besar.

"Oleh karena itu, penting sekali seluruh warga Indonesia apalagi pemimpinnya, mengetahui betul apa itu pancasila, apa itu NKRI, apa itu bhineka tunggal ika, dan apa itu UUD 1945 yang sudah menjadi konsensus kesepakatan kita," ujar Zulhas.

Politikus PAN ini menyebut dengan memahami Empat Pilar MPR, kita pun dapat mengetahui apa tujuan berbangsa dan bernegara, apa makna hidup kita, siapa kita, juga bagaimana masa depan kita.

Sebelumnya, Zulhas pun mengajak seluruh pihak untuk bersama-sama menjaga nilai luhur Indonesia, termasuk berperan aktif dalam mempertahankan dan membela negara dari berbagai ancaman. Ia menyebut kalau bentuk bela negara bisa dengan cara bermacam-macam.

"Senantiasa menjaga kebersamaan, persatuan, persaudaraan, harmoni, dan toleransi dalam keberagaman adalah bentuk bela negara yang mendasar sebagai satu kesatuan bangsa," tegas pria berkacamata ini.

Acara Sarasehan Nasional Empat Pilar MPR dan Kesadaran Bela Negara ini dihadiri oleh sekitar 450 orang yang terdiri dari perwakilan pelajar OSIS dan pramuka, perwakilan pemuda, perwakilan ormas agama, rohaniawan, akademisi, budayawan, dan tokoh-tokoh masyarakat. Hadir pula perwakilan Menko Polhukam, perwakilan Kapolri, Rektor UIN, dan Imam Besar Masjid Istana.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya