Liputan6.com, Jakarta - Jelang demo 2 Desember, aparat keamanan mencium adanya pihak yang akan menggunakan momentum itu untuk melakukan makar. Sejak saat itulah, kata makar seperti menjadi tren dan banyak dibicarakan.
Presiden Joko Widodo atau Jokowi memastikan, kemunculan kata makar tidak ada hubungannya dengan kondisi Indonesia saat ini. Justru dengan munculnya kata makar, bisa digunakan untuk mengingatkan semua masyarakat Indonesia ini beragam.
"Ya ini kan untuk mengingatkan semuanya. Ini untuk peringatan dan mengingatkan kita semuanya betapa kita ini beragam, betapa kita ini majemuk. Diingatkan seperti itu, bukan karena kondisi negara apa, ndak. Karena kita perlu mengingatkan," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (30/11/2016).
Advertisement
Selain untuk mengingatkan keragaman Indonesia, kata makar bisa digunakan untuk meyakinkan masyarakat, Indonesia punya hukum konstitusi yang harus diikuti oleh semua pihak. Konstitusi inilah yang menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan berbangsa.
"Kenapa ada yang menyampaikan makar, ya untuk mengingatkan bahwa kita ini sudah mempunyai konstitusi yang mengatur mengenai pilkada, yang mengatur mengenai pilihan pres, yang mengatur mengenai pemilu legislatif. Sudah ada diatur gitu lho," imbuh Jokowi.
Semua parangkat negara yang menjabat saat ini sudah melalui mekanisme panjang dan sesuai dengan konstitusi. Baik DPR, MPR, Presiden, dan Wakil Presiden. Sehingga tidak perlu ada pikiran aneh terhadap kondisi Indonesia saat ini.
"Jadi jangan ada pikiran yang aneh-aneh ke mana-mana. Mengingatkan lagi, mengingatkan kita semuanya. Enggak ada ke arah-arah lain. Jadi masyarakat ya bekerja seperti biasanya saja," Jokowi memungkas.