Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda melihat pria-pria berwajah sangar berdiri atau duduk di samping jalan dengan menenteng handphone "jadul" dengan jenis communicator sembari memperhatikan lalu lalang kendaraan? Tentu sebagian di antara kita pernah melihat mereka. Pria-pria ini merupakan penagih utang alias debt collector. Masyarakat umumnya menyebut mereka dengan istilah mata elang.
Mata elang merupakan kepanjangan tangan pihak perusahaan pembiayaan. Ini seperti diakui Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno. Menurut Suwandi, mata elang merupakan penagih utang yang disewa perusahaan untuk mengejar nasabah yang nakal. “Mata elang itu hanya sebutan di antara mereka. (Mereka merupakan) jasa penagih yang di-outsource perusahaan pembiayaan,” kata Suwandi kepada Liputan6.com, Kamis (1/12/2016).
Advertisement
Setiap kali mata elang bertugas di jalanan, tentu ada yang membuat mereka selalu terlihat identik. Meski, tempat mangkal mereka berpindah-pindah setiap harinya. Cirinya adalah telepon genggam "jadul" jenis communicator. Ini membuat mereka tampil berbeda. Lantas, apa alasan mereka menggunakan gawai keluaran lama itu?
Liputan6.com sempat berbincang dengan Hanok Batmaro, salah seorang penagih utang yang biasa berkeliaran di kawasan Tangerang, Banten. Hanok bercerita, dia dan rekan-rekan awalnya menggunakan buku yang disediakan perusahaan pembiayaan saat mengintai "mangsa" di jalan raya. Buku tersebut sangat tebal dan berisi data pelat nomor kendaraan yang menunggak.
Namun, buku tersebut cepat rusak karena harus dibuka-buka setiap hari. Apalagi, buku tersebut juga gampang basah dan lecek jika hujan deras tiba-tiba turun.
Akibatnya, banyak data yang hilang. Mata elang pun banyak kehilangan kesempatan mengejar nasabah lantaran terkendala gangguan saat mencocokkan data di buku dengan pelat nomor kendaraan. “Pertama-tama kunang-kunang sampai pusing juga lihat buku ini,” kata Hanok menceritakan pengalaman menggunakan buku.
Pada 2013, kata Hanok, perusahaan penagih utang mengganti buku dengan telepon genggam jenis communicator. Gawai tersebut, kata Hanok, sudah disesuaikan dengan kebutuhan mereka. Yakni, diatur untuk bisa menampung data pelat nomor kendaraan. “Jadi data-datanya itu masuk semua di sini. Kita tinggal pencet saja,” kata dia.
Seiring perkembangan teknologi, gawai-gawai canggih bermunculan. Mata elang pun tak ketinggalan zaman. Ada di antara debt collector ini yang mulai menggunakan handphone keluaran terbaru untuk mengejar nasabah. Namun, Hanok bilang, tak semua bisa menggunakan gawai tersebut. Sebab, ada satu hal yang mengganjal. “Pakai Android bisa. Tapi kan sudah lincah pakai communicator ini. Kan, jari-jari kita ini kan gede. Sekali ketik satu, keluar dua,” ucap Hanok sembari tertawa.