Liputan6.com, Jakarta - Kepala Balai Besar Sungai Ciliwung dan Cisadane T Iskandar menyatakan, banjir Jakarta terjadi karena normalisasi sungai yang belum selesai. Dia menyatakan, normalisasi sungai juga terkendala pembebasan lahan.
"Normalisasi sungai seperti Ciliwung dan Sunter banyak terkendala pembebasan lahan," ujar Iskandar saat mengunjungi proyek normalisasi sungai Ciliwung di Kampung Pulo, Jakarta Timur, Selasa 21 Februari 2017.
Ia mencontohkan proses normalisasi yang terhambat akibat pembebasan lahan, salah satunya adalah Sungai Sunter. Sungai ini menjadi penyebab banjir Jakarta di Cipinang Melayu.
Advertisement
Sejak tujuh tahun lalu, kata dia, sebetulnya proyek normalisasi Sungai Sunter sudah dikerjakan. Namun, Pemprov belum bisa melakukan karena terganjal pembebasan lahan.
"Sebetulnya target kami untuk normalisasi Sungai Sunter itu sudah dari 2010, dan sampai sekarang terkendala Pembebasan lahan," terang dia.
Menurut Iskandar, Balai Besar Sungai Wilayah Ciliwung dan Cisadane lewat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menyiapkan anggaran Rp 14 hingga 15 miliar untuk pengerjaan normalisasi sungai, yakni pelebaran badan Sungai Sunter.
Ia pun menambahkan pihaknya telah bertemu dengan Pemprov DKI mengenai kelanjutan normalisasi Sungai Sunter ini, terutama dalam pembebasan lahan. Hasilnya Pemrov telah merespons dan akan menyiapkan sejumlah lahan yang telah dibebaskan untuk normalisasi Sungai Sunter.
"Kemarin kami sudah berkoodinasi dengan Pak Gubernur bersama Pak Wali Kota ke Cipinang Melayu telah melakukan inventarisasi 36 bidang. Saya minta cepat, mudah mudahan cepat selesai," tutup Iskandar.
Banjir Jakarta kembali terjadi usai hujan mengguyur sejak Minggu malam hingga Selasa pagi. Banjir terjadi di sejumlah titik seperti Bukit Duri, Cipinang Melayu dan Rawajati.