Survei SMRC: Mayoritas WNI Menolak ISIS dan HTI

Sebanyak 79,3 persen tidak setuju NKRI menganut sistem khilafah.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 04 Jun 2017, 20:08 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2017, 20:08 WIB
Kantor Hizbut Tahrir Indonesia (HTI)
Kantor Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Tebet, Jakarta Selatan. (Liputan6.com/ Lizsa Egeham)

Liputan6.com, Jakarta - Saiful Mujani Research And Consulting atau SMRC menggelar survei dengan skala nasional terkait fenomena ISIS dan HTI di Indonesia. Hasilnya, mayoritas Warga Negara Indonesia (WNI) menolak menerima adanya kedua organisasi itu di Tanah Air dan setuju ada tindakan pembubaran dari pemerintah.

Pimpinan SMRC Saiful Mujani menyampaikan, survei yang melibatkan seluruh WNI yang dipilih melalui sampel acak menggunakan sejumlah pertanyaan terkait kebanggaan mereka menjadi WNI sebelum mengarah ke pengetahuan seputar ISIS dan HTI.

"Responnya hampir semua WNI mengatakan sangat bangga menjadi WNI 62,5 persen, cukup bangga 36,5 persen. Kemudian seberapa loyal dengan bangsa? Sangat bersedia mencapai 26,9 persen dan bersedia 57,6 persen. Artinya 9 dari 10 WNI mau menjadi relawan membela negara," tutur Saiful saat survei rilis di Jalan Cisadane, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (4/6/2017).

Atas hasil tersebut, Saiful menilai pemerintah tidak perlu khawatir terkait soal kesediaan masyarakat membela negara bila memang dibutuhkan. "Jadi kalau pemerintah khawatir soal kesediaan bela negara, itu tidak perlu," kata dia.

Survei yang dilakukan juga mengarah pada pertanyaan setuju atau tidaknya Indonesia menganut ideologi khilafah atau tetap pada demokrasi Pancasila. Hasilnya, sebanyak 79,3 persen tidak setuju NKRI menganut sistem khilafah.

"Hanya 9,2 persen ingin ganti NKRI dengan Khilafah yakni negara Islam yang bersandar pada alquran, sunnah, dan tafsiran ulama tertentu. Sementara 11,5 persen tidak tahu. Artinya hanya 1 dari 10 WNI yang ingin ganti NKRI jadi khilafah," jelas dia.

Saiful melanjutkan, pertanyaan terkait itu tentunya mengarah ke sikap penerimaan WNI terhadap ISIS dan HTI di Indonesia. Sebab, survei mencatat bahwa kurang bangganya menjadi WNI nyatanya menjadi salah satu sumber penerimaan ISIS dan HTI di masyarakat.

Hanya saja, meski pada akhirnya banyak yang mengenal ISIS dan HTI, tidak seluruhnya dari mereka mengetahui tujuan dan cita-cita kedua organisasi itu.

"Ada 66,4 persen yang tahu ISIS. Angka ini cukup mengejutkan. Artinya ISIS cukup populer walaupun organisasi resminya di sini enggak ada. 33,6 persen enggak tahu.  Sementara HTI yang tahu hanya 28,2 saja. ISIS lebih populer. 71,8 persen tidak tahu. Namun, dari 28 persen itu mayoritas WNI tahu cita-cita HTI 56,7 persen," ujar Saiful.

WNI Tolak ISIS dan HTI

Sementara yang mengetahui tujuan dan cita-cita ISIS, dari 66,4 persen yang mengetahui organisasi tersebut, hanya 30 persen saja yang tahu. Dari situ, 64 persen tidak setuju dengan perjuangan ISIS dan 25,5 persen sangat tidak setuju.

Survei SMRC dilakukan pada 14 Mei sampai 20 Mei 2017. Lembaga itu menggunakan seluruh WNI yang telah miliki hak pilih atau lebih dari 17 tahun ke atas atau sudah menikah.

Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan 1500 responden. Mereka diambil dari pencatatan data populasi tiap desa atau kelurahan yang dikerucutkan sebanyak 5 RT hingga tinggal 2 KK saja.

Respon Rate atau responden yang berhasil diwawancarai ada sebesar 90 persen. Artinya sebanyak 1350 berhasil dianalisis secara valid. Margin of error dari survei tersebut 2,7 persen dengan tingkat kepercayaan 95 persen.

 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya