Liputan6.com, Jakarta - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-23. Dalam rangka acara HUT tersebut, AJI pun memberikan penghargaan kepada para aktivis.
Salah satu juri penghargaan, Azriana, mengatakan inisiatif dan dedikasi aktivis selama ini harus diapresiasi. Tujuannya, kata dia, agar perjuangan para aktivis tersebut dapat menginspirasi masyarakat untuk terus berjuang demi kesetaraan HAM di Indonesia.
"Kerja-kerja penting aktivis sepi dari publikasi. Inisiatif dan dedikasi inilah yang menurut dewan juri layak diapresiasi," ujar Azriana di Hotel Aryaduta Jakarta, Senin 7 Agustus 2017 malam.
Tak hanya itu, AJI juga memberikan apresiasi dan penghargaan terhadap perjuangan para jurnalis tutup usia. Salah satunya adalah penyerahan buku kepada keluarga salah seorang pendiri AJI, Ahmad Taufik, yang meninggal dunia akibat penyakit kanker paru-paru.
AJI memberikan penghargaan Tasrif Award dan SK Trimurti Award kepada para aktivis yang dinilai gigih berjuang.
Penghargaan Tasrif Award diberikan kepada Suciwati, petani Kendeng, dan peserta Aksi Kamisan. Perwakilan petani Kendeng, Sukinah, mengaku sangat mengapresiasi penghargaan yang didapat. Dirinya berharap perjuangan warga untuk menolak pabrik semen dapat segera terwujud.
"Kami, saudara-saudara di Kendeng, sudah berjalan 135 kilometer dari Rembang ke Semarang untuk menolak pabrik semen. Bukan pabriknya yang kami tolak, tapi lokasinya yang akan mengganggu lingkungan," jelas Sukinah dalam bahasa Jawa yang diterjemahkan salah seorang panitia.
AJI juga memberikan penghargaan kepada para peserta Aksi Kamisan. Perwakilan dari Aksi Kamisan, Sumarsih, berharap AJI tetap bersama rakyat dan kritis terhadap jalannya pemerintahan agar segera terwujud masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Lebih dari itu, ia meminta agar kasus-kasus pelanggaran HAM berat segera diselesaikan.
"Kasus-kasus pelanggaran HAM berat termasuk yang dikampanyekan saat pemilu capres dan cawapres lalu, tetapi kenyataannya kepemimpinan sudah jalan 3 tahun tapi belum ada apa-apa," Sumarsih menegaskan.
Selanjutnya penghargaan SK Trimurti Award diberikan kepada aktivis pendidikan Mayu Fentami dari Bunut Hilir, Kabupaten Kapuas Huli, Kalimantan Barat. Penghargaan tersebut diterima Mayu karena ia dinilai berjasa dalam memajukan minat baca dan pendidikan warga pedalaman di Kalimantan Barat.
"Meski saya perawat saya ikut berusaha untuk membantu anak-anak mendapatkan akses buku. Banyak tantangan mulai dari dana hingga medan yang berupa sungai-sungai. Tapi saya cuma berharap pendidikan anak-anak semakin maju," jelas Mayu.
Advertisement
Saksikan video menarik di bawah ini: