Liputan6.com, Jakarta - Pada akhir masa jabatannya, Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengungkapkan kesedihan dan obsesinya yang belum terwujud selama memimpin Jakarta.
Djarot mengatakan, masih ada proyek obsesi Ahok-Djarot yang belum terwujud selama lima tahun kepemimpinan Jokowi-Ahok dan Ahok-Djarot.
Baca Juga
"Obsesi Pak Ahok dan saya belum bisa terwujud dalam lima tahun ke depan. Karena terpotong di sini," kata Djarot saat berbincang dengan Liputan6.com di Rumah Dinas Gubernur Jakarta, Minggu 8 Oktober 2017.
Advertisement
Djarot menyatakan, pembangunan yang dimulai di pemerintahannya tidak dapat diselesaikan dalam waktu lima tahun saja. Transportasi massal seperti MRT dan LRT membutuhkan waktu lebih panjang.
"(Pembangunan) belum selesai, memang tidak bisa di selesaikan selama lima tahun. Paling cepat itu membutuhkan waktu 10 tahun. Misalnya untuk membangun sistem transportasi publik. MRT jelas belum selesai. Tapi kita berharap 2018 sudah selesai. Kemudian LRT juga belum selesai tuntas, itu sektor transportasi," jelas Djarot.
Pembangunan untuk Asian Games juga diakui Djarot belum tuntas. Hal serupa juga terjadi pada normalisasi sungai, penataan trotoar dan pengelolaan sampah terpadu agar DKI tak hanya bergantung pada Bantargebang.
"Normalisasi sungai, jujur saja belum selesai. Kemudian pembangunan untuk pengelolaan sampah. Itu juga belum selesai. Karena kita ingin suatu ketika nanti, ketergantungan kepada Bantar Gebang itu sudah berkurang di Jakarta," ucap Djarot.
Target membangun 20 ribu unit rusun juga diakui Djarot belum tercapai. Saat ini DKI baru menyelesaikan sekitar 10 ribu unit rusun.
"Penataan permukiman warga. Kita lagi kebut untuk bangun banyak rusun," ucap Djarot.
Mantan Wali kota Blitar itu menyatakan, kendala terbesar untuk pembangunan proyek besar di Ibu Kota adalah masalah pembebasan lahan. Pembebasan lahan di bantaran sungai juga sulit.
"Kendalanya kita ini di Jakarta itu pada pembebasan lahan. Untuk proyek-proyek strategis. Contoh, untuk bangun transportasi publik MRT," kata dia.
Meski belum mampu merampungkan beberapa megaproyek, Djarot optimistis gubernur terpilih akan menyelesaikan pembangunan yang dimulai di pemerintahannya.
"Saya baru berpikir postif ya. Ya mudah-mudahan itu bisa diselesaikan. Sehingga wajah Jakarta, pengelolaan Jakarta, sistem transportasi di Jakarta akan menjadi lebih baik," ujar Djarot.
Ia menyerahkan sepenuhnya pada masyarakat untuk menilai bagaimana kinerja Ahok-Djarot selama memimpin DKI dan memberikan kontrol di pemerintahan baru.
"Kita serahkan pada warga masyarakat yang tentunya bisa akan memberikan masukan dan kontrol pada pemerintah berikutnya," tandas Djarot.
Kejar Adipura
Hari ini, Djarot Saiful Hidayat meresmikan smart toilet di dua halte Transjakarta, yaitu halte Monas dan Balai Kota.
Toilet umum itu disertai teknologi, tangki air, dan septic tank yang mampu mengolah air limbah dari toilet. Selain itu, ada sensor otomatis untuk lampu dan exhaust fan untuk menghemat listrik.
"Toilet ini bukan hanya smart, tetapi juga limbahnya juga diolah," ujar Djarot di Halte Transjakarta Monas, Senin, 9 Oktober 2017.
Dia menjelaskan, menggunakan toilet tersebut tidaklah gratis. Sebab, smart toilet menggunakan sistem tapping untuk melakukan pembayaran.
Djarot menuturkan, sebaiknya toilet tersebut tidak digratiskan karena hal tersebut dinilai tidak akan mendidik masyarakat.
"Kalau semua digratiskan enggak baik. Setidaknya, paling mahal Rp 2 ribu perak. Bukan dari sisi uang, tetapi kewajiban supaya dia merawat," ujar Djarot.
Sebagai uji coba, toilet tersebut gratis hingga tiga bulan ke depan.
Djarot berharap, nantinya, toilet tersebut tidak hanya tersedia di halte Monas dan Balai Kota, melainkan di halte-halte ramai seperti yang ada koridor 13 dan tempat-tempat yang banyak orang, seperti pasar dan taman kota.
"Karena salah satu ukuran (piala) Adipura itu adalah keberadaan toilet yang bagus. Milik kami ini bukan hanya bagus, tapi juga tapi pintar," ujar Djarot.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement