Liputan6.com, Garut - Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta kalangan dunia pendidikan pesantren untuk menangkal dan menyaring setiap informasi yang beredar melalui media sosial (medsos). Utamanya bagi generasi muda.
"Ini bukan sesuatu yang gampang diselesaikan, semua memikirkan hal yang sama, saya bahkan dikeluhkan negara lain (soal medsos)," ujar Jokowi dalam kunjungan kerja dan silaturahmi dengan dunia pesantren Muhammadiyah se-Indonesia di Pesantren Darul Arqam, Garut, Selasa (17/10/2017).
Baca Juga
Menurut dia, keberadaan medsos di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan sangat kejam. Informasi bohong atau hoax sangat mudah ditemukan di medsos dan sulit disaring.
Advertisement
"Ini sesuatu yang nanti akan mempengaruhi anak-anak kita, media sosial kan sulit kita saring, enggak bisa kita screening dan tentu akan mempengaruhi anak-anak," kata Jokowi.
Dalam beberapa kesempatan berkunjung ke beberapa negara, Jokowi mengungkap, para pemimpin dunia mengakui betapa gencarnya informasi termasuk pengaruh dan ancaman yang disebarkan melalui medsos. "Presiden negara lain sering tanya ke saya bagaimana medsos di Indonesia. Saya jawab di Indonesia medsos kejam banget," ucap dia.
Mantan gubernur DKI Jakarta ini mencontohkan bagaimana ulah tangan jahil melalui media sosial yang mengutak-atik gambar dirinya dan menyandingkan bersebelahan dengan pimpinan Partai Komunis Indonesia DN Aidit saat berpidato 1955.
"Tahun 1955 saya kan belum lahir, terus tahun 1965 saat PKI dibubarkan, saya masih balita. Masa balita PKI, logikanya enggak masuk," ungkap Jokowi disambut tawa.
Pembangunan Karakter Santri
Untuk itu, mantan Walikota Solo ini mengajak dunia pesantren agar dapat memberikan pemahaman kepada santri dan masyarakat tentang informasi hoax agar tidak menjadi ancaman generasi muda.
"Siapa yang bisa menyaring? Ya melalui pembangunan karakter santri, pembangunan karakter anak didik kita dengan nilai agama, dengan nilai-nilai Indonesia, sehingga mereka tidak terpengaruh oleh arus informasi yang akan mengubah budaya, perilaku, budi pekerti yang telah dimiliki bangsa kita Indonesia," papar dia.
Meskipun arus informasi melalui TV dan media cetak terus dihasilkan, namun menurut Jokowi, bahaya media sosial justru lebih besar dari dua media tersebut.
"Ada yang menyampaikan pak Jokowi, media menstrem bisa dikuasai, tapi medsos tidak bisa kita kuasai. Bahkan ada presiden yang menyampaikan juga, TV dan koran bisa kita kuasai, tapi media sosial tidak bisa kita kuasai," kata Jokowi.
Dengan semakin masifnya ancaman informasi media sosial, Jokowi mengajak kalangan pesantren untuk lebih waspada terhadap setiap informasi yang beredar.
"Pola komunikasi sosial kita berubah. Adanya gawai mengubah pola interaksi sosial yang ada. Makanya harus ada pembangunan karakter," Jokowi memungkas.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement