Liputan6.com, Makassar - Ketua Umum DPP Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Surya Paloh menyatakan, tidak menutup kemungkinan partainya akan kembali mengusulkan tokoh Sulawesi Selatan (Sulsel) sebagai cawapres seperti yang dilakukan saat mengusung Jusuf Kalla di Pilpres 2014.
"Ya bisa aja, nanti kita tanya lagi. Ini kan sekarang wapresnya orang Sulsel, wapresnya siapa yang dukung waktu pertama? Kan Nasdem," ucap Surya di Makassar, Rabu, 28 Februari 2018.
Baca Juga
Akan tetapi, dia enggan memastikan apakah Nasdem akan kembali mengusulkan Jusuf Kalla (JK) sebagai pendamping Jokowi untuk memenangkan Pilpres 2019.
Advertisement
"Kalau sekarang belum, nanti kita tanya sama JK dulu, ada enggak potensi kita di Sulawesi Selatan," jelasnya.
Surya Paloh mengaku akan melakukan pendalaman terhadap tokoh asal Sulsel lainnya, seperti Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo.
"Syahrul kita lihat nanti bagaimana kepemimpinannya. Nah kan kita tanya dulu, kalau memang yang lain-lain juga di bawah kapasitas Syahrul, kan lebih bagus Syahrul. Kemungkinan itu bisa aja,"Â ujarnya.
Surya Paloh mengungkapkan bahwa Nasdem tidak muluk-muluk dalam memberikan persyaratan untuk cawapres pendamping Jokowi.
"Basic sekali. Ya cerdaslah, punya kepribadian yang tetap dalam koridor etika kepantasan ya," ungkap Ketum Nasdem Surya Paloh.
Soal pengalaman, menurut dia, bukan menjadi persyaratan utama. Karena menurutnya hanya mantan wapreslah yang mempunyai pengalaman.
Pastikan Tak MajuÂ
Surya Paloh memastikan diri tak akan maju sebagai calon wakil presiden untuk mendampingi Jokowi pada Pilpres 2019 mendatang.
"Kalau saya udah terlambat, harusnya 20 tahun yang lalu atau 15 tahun yang lalu. Kasih kesempatan yang lebih potensial," kata Surya Paloh.
Surya mengungkapkan bahwa harus ada chemistry antara capres dan wakilnya. Karena jika tidak, pemerintahan tidak akan berjalan dengan baik.
"Enggak ada artinya Nasdem mencalonkan kalau memang itu kurang srek, kurang pas, kurang sejalan, tidak ada harmonisasi untuk jalannya pemerintahan itu saya pikir itu langkah yang salah sekali. Untuk apa?" jelasnya.
Advertisement