Liputan6.com, Surabaya - Sebanyak 13 jenazah pelaku bom Surabaya dan Sidoarjo tak kunjung diakui maupun dibawa pulang oleh kerabat masing-masing.
"Hingga hari ketiga, belum ada keluarga atau saudara yang mau mengakui jenazah yang bersangkutan," kata Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera di Surabaya, Rabu 16 Mei 2018.
Padahal, kata Barung, pihaknya telah menghubungi kerabat para pelaku teror tersebut. Salah satunya paman dari anak perempuan berinisial AIS (8), yang dibawa serta orangtuanya dalam aksi bom bunuh diri di Mapolrestabes Surabaya, Senin 15 Mei lalu.
Advertisement
"Paman AIS ini sudah datang ke Rumah Sakit Bhayangkara, bahkan pamannya mengakui kalau AIS ini keponakannya. Tapi paman AIS tidak mau mengakui kalau orangtua AIS adalah saudaranya. Sehingga, kita tidak mungkin memaksa untuk tes DNA dong," kata Barung dikutip dari Antara.
Untuk itu, pihaknya meminta keluarga atau saudara terduga teroris bernama Dita, Anton, dan Tri Murtiono, segera datang ke RS Bhayangkara untuk mencocokkan data sekunder dengan jenazah.
Nantinya setelah ada kecocokan, jenazah bisa diambil untuk kemudian dimakamkan.
"Ini merupakan pengumuman terakhir sebelum langkah selanjutnya, apakah akan dikuburkan atau bagaimana," katanya.
Deadline Sepekan
Polda Jatim akan memberi batas waktu hingga tujuh hari ke depan terhitung sejak Senin, 14 Mei agar keluarga atau saudara terduga teroris untuk segera datang ke RS Bhayangkara.
"Jika sampai waktu yang telah ditentukan belum ada keluarga yang mengambil jenazah, maka nanti kita akan serahkan ke pemerintah setempat apakah akan dimakamkan oleh pemeritah atau seperti apa," tuturnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement