Liputan6.com, Jakarta - Calon wakil presiden Sandiaga Uno mengatakan, harga makan siang di Indonesia lebih mahal dibandingkan negara ASEAN lainnya.
"Sepiring makan siang di Jakarta lebih mahal dari sepiring makan siang dengan kualitas yang sama di Singapura, Thailand juga sama," ujar Sandi.
Benarkah?
Advertisement
Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS DKI Jakarta Dewi Kundalini Saraswati menampik pernyataan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta tersebut.
"Kayanya enggak juga, deh. Apalagi kemarin DKI deflasi, harga beberapa bahan pokok relatif stabil. Dari sembilan bahan pokok cuma dua yang naik dikit, yang lain turun," ujar Dewi saat dihubungi oleh Liputan6.com, Senin (8/10/2018).
Berdasarkan data dari Siaran Pers BPS Provinsi DKI Jakarta Oktober 2018, Jakarta mengalami deflasi sebesar 0,13 persen pada September 2018. Angka tersebut menempatkan Jakarta di urutan ke 50 dari 66 kota yang mengalami deflasi.
"Ini merupakan kali pertama Jakarta mengalami deflasi sepanjang tahun 2018," ujar kepala BPS Provinsi DKI Jakarta, Thoman Pardosi.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pemicu Deflasi
Deflasi Jakarta sendiri dipicu oleh turunnya harga-harga pada kelompok bahan makanan, serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Hal ini dikarenakan menurunnya permintaan masyarakat terhadap komoditas-komoditas tersebut usai berlalunya hari raya, baik Idul Fitri maupun Idul Adha. Selain itu, pasokan komoditas tersebut di bulan September 2018 lalu juga melimpah.
"Bila dicermati, pada bulan September 2018 ini, dari tujuh kelompok pengeluaran, hanya dua kelompok yang mengalami deflasi, lima kelompok lainnya mengalami inflasi," ujar Thoman dalam keterangannya.
Komoditi yang memberikan sumbangan deflasi terbesar antara lain daging ayam (-0,1073%), angkutan udara (-0,0773%) dan cabai merah (-0,0351%). Dua dari tiga komoditi tersebut masuk dalam kategori pangan.
Reporter:Â Melissa Octavianti
* Update Terkini Asian Para Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru di Sini.
Advertisement