Tanah Jakarta Turun Tiap Tahun, Ini yang Akan Dilakukan Anies Baswedan

Anies menyatakan pihaknya telah menggencarkan program vertikal drainase. Sehingga air tetap terjaga volumenya.

oleh Ika Defianti diperbarui 04 Des 2018, 22:21 WIB
Diterbitkan 04 Des 2018, 22:21 WIB
Gaya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat memantau penyegelan bangunan di Pulau Reklamasi, Teluk Jakarta, Kamis (7/6). Anies tampak mengenakan baju batik lengan panjang dan celana hitam. (Liputan6.com/HO/Deka Wira Saputra)
Gaya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat memantau penyegelan bangunan di Pulau Reklamasi, Teluk Jakarta, Kamis (7/6). Anies tampak mengenakan baju batik lengan panjang dan celana hitam. (Liputan6.com/HO/Deka Wira Saputra)

Liputan6.com, Jakarta Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan angkat bicara mengenai adanya hasil penelitian yang menyatakan adanya penurunan permukaan tanah sedalam 11 sentimeter setiap tahun di kawasan Jakarta Utara.

Dia menyatakan pihaknya telah menggencarkan program vertikal drainase. Sehingga air tetap terjaga volumenya.

"Karena salah satu sebab penurunan tanah adalah karena air tanah yang ditarik kemudian karena bangunan-bangunan kan berat jadi turun ke bawah, airnya diangkat," kata Anies di Bundaran Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (4/12/2018).

Dalam program vertikal drainase, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu menyebut membutuhkan sekitar 1,8 juta lubang drainase di Jakarta. Dengan begitu, lanjut dia, setiap rumah ataupun gedung harus memiliki lubang drainase untuk menurunkan air ke bawah.

"Di Jakarta kadang-kadang unik, air bekas kita simpan ke tanah, dari hujan kita alirkan ke luar. Harusnya air hujannya diturunkan ke dalam tanah, air limbahnya dikelola baru masuk ke dalam tanah. Kalau sekarang air hujan malah hampir mayoritas dikirim ke sungai," papar dia.

Karena hal itu, Anies Baswedan menilai air tanah yang ada di Jakarta kian menurun. "Makin hari makin turun dan itu yang harus dihentikan dengan cara drainase vertikal," jelasnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Akibat Eksploitasi Air

Sebelumnya, Peneliti dari Universitas Indonesia, Syamsu Rosid menyatakan berdasarkan hasil penelitian mikro gravitasi empat dimensi (4D) antara tahun 2014-2018, hampir di semua kawasan di Jakarta Utara terindikasi penurunan permukaan tanah.

"Laju penurunan rata-rata sekitar 11 centimeter per tahun," kata Syamsu dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com di Jakarta, Selasa (4/12/2018).

Dia menyebut fenomena penurunan permukaan tanah tersebut kemungkinan disebabkan adanya eksploitasi air tanah yang berlebihan. Syamsu juga menyatakan penurunan permukaan tanah juga diakibatkan adanya aktifitas manusia yang banyak mentriger munculnya getaran pada permukaan tanah.

Sepeti halnya, kata dia, truk-truk bertonase berat ataupun pembangunan infrastruktur berbobot berat yang cukup intensif.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya