Jenderal Tito Bicara Peran Media Bentuk Citra Polri

Tito mencontohkan, keberadaan 450 ribu personel Polri yang bersikap baik dapat tercoreng oleh satu atau dua orang personel yang berperilaku buruk ketika diangkat oleh media.

oleh Nanda Perdana Putra diperbarui 17 Des 2018, 12:24 WIB
Diterbitkan 17 Des 2018, 12:24 WIB
Bahas Anggaran, Kapolri Tito Karnavian Raker Dengan Komisi III DPR
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengikuti raker dengan Komisi III DPR di Gedung Nusantara II, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (5/6). Rapat membahas Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA K/L). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kapolri Jendral Tito Karnavian mengingatkan jajaran Divisi Humas Polri tentang pentingnya peran media. Kedekatan pihak kepolisian dengan media juga dinilai penting dalam menjaga stabilitas keamanan negara, termasuk membangun opini publik terhadap Polri.

"Nah untuk bisa membangun opini publik yang baik, maka perlu manajemen pengelolaan khusus oleh Divhumas," tutur Tito di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (17/12/2018).

Tito mencontohkan, keberadaan 450 ribu personel Polri yang bersikap baik dapat tercoreng oleh satu atau dua orang personel yang berperilaku buruk ketika diangkat oleh media.

Sebaliknya, sebanyak apapun borok Polri juga bisa tertutup oleh perilaku positif segelintir petugas saja jika media memonitor hal tersebut.

"Kita melihat banyak contoh bagaimana media bisa membentuk opini," jelas dia.

Sejauh ini, banyak survei menyatakan bahwa masyarakat sangat percaya kepada Polri dan berada di urutan ketiga teratas di antara jajaran instansi pemerintah lainnya.

"Itu cukup baik. Kontribusi terbesar kepercayaan publik ke Polri adalah media," kata Tito.

 

Kemitraan

Lebih lanjut, Divisi Humas Polri diminta agar melakukan kerjasama dan kemitraan dengan media mainstream, baik lewat pendekatan formal maupun informal. Hal itu dapat dilakukan lewat hal sederhana mulai dari ngobrol santai, diskusi, pertemuan makan, hingga kegiatan outdoor bersama media.

"Sehingga pendekatan diperlukan bukan untuk intervensi, tapi untuk kemitraan," bebernya.

Penyampaian informasi dari Humas Polri ke publik juga harus dapat diatur demi menjaga situasi kamtibnas. Jangan sampai media membuat keresahan di masyarakat.

"Semua media mengejar ekslusif news karena dengan ekslusif news mendatangkan audience dan rating. Perlu dilihat juga kalau berita yang dimunculkan oleh teman-teman media atas nama eksklusif, profit, dan rating, tapi berakibat pada keresahan publik atau provokatif," Tito menandaskan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya