5 Teror Menerpa Pegawai hingga Pimpinan KPK

Lagi, pegawai KPK mendapatkan teror.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 04 Feb 2019, 16:31 WIB
Diterbitkan 04 Feb 2019, 16:31 WIB
Salam Komando Novel Baswedan dan Pimpinan KPK di Hari Pertama Ngantor
Ketua KPK Agus Rahardjo, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, mantan Ketua KPK Abraham Samad dan mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto foto bersama saat menyambut penyidik senior KPK Novel Baswedan, Jakarta, Jumat (27/7). (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Liputan6.com, Jakarta - Lagi, pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendapatkan teror. Teror yang baru saja terjadi adalah dua pegawai KPK dianiaya orang tak dikenal di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu 2 Februari 2019.

"Dua Pegawai KPK yang bertugas tersebut mendapat tindakan yang tidak pantas dan dianiaya hingga menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah.

Sebelum peristiwa terjadi kedua pegawai tersebut tengah bertugas untuk mengintai adanya dugaan praktek korupsi. Sedangkan saat penganiayaan terjadi, kedua pegawai sempat memperlihatkan surat tugas yang dikantonginya. Akan tetapi, penganiayaan tersebut terus berlangsung.

Namun jauh sebelum itu, penyidik KPK Kompol Apip Julian Miftah juga pernah diteror. Saat itu, sebuah kotak yang diduga bom ditemukan di depan rumah Apip, Minggu 5 Juni 2015 malam.

Berikut rangkaian teror yang sempat dialami pegawai hingga pimpinan KPK dihimpun Liputan6.com:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


1. Teror Bom Palsu

Sebuah bom palsu ditemukan di dekat markas Polres Cilacap. (dok Polda Jateng)
Sebuah bom palsu ditemukan di dekat markas Polres Cilacap. (dok Polda Jateng)

Penyidik KPK Kompol Apip Julian Miftah juga pernah diteror. Saat itu, sebuah kotak yang diduga bom ditemukan di depan rumah Apip, Minggu 5 Juni 2015 malam.

Rumah yang beralamat di Jalan Anggrek, Blok A Nomor 160, Perumahan Mediterania Regency, Kelurahan Cikunir, Kecamatan Jatiasih, Kota Bekasi itu diteror oleh orang tidak dikenal dengan cara menyimpan kotak yang isinya lilitan dibungkus lakban di depan pagar rumah Apip, sekitar pukul 23.00 WIB.

Kepala Polresta Bekasi Kota AKBP Asep Edi Suheri memastikan bahwa kotak tersebut bukan alat peledak bom. Dari hasil pengecekan Tim Gegana diketahui bahwa isi kotak hanya styrofoam yang dililit kabel dan tidak memiliki daya ledak apa pun.

"Kepastian itu setelah Tim Gegana melakukan pengecekan benda diduga bom di lokasi kejadian," kata Asep Edi Suheri kepada wartawan di Bekasi, kala itu.

Asep mengatakan, kejadian itu murni ulah dari pihak yang tidak bertanggung jawab, dan hanya ingin membuat korbannya khawatir dengan aksi teror yang dilakukan.

Namun, bukan kali ini saja Apip mendapatkan teror. Sebelumnya dia juga pernah diteror dengan cara yang berbeda-beda dalam sepekan ini. Teror pertama pelemparan telur busuk dan pengempesan ban menggunakan benda tajam, penyiraman air keras ke mobil, dan terakhir ancaman bom yang diletakkan di gerbang rumah korban.

 


2. Kasus Novel Baswedan

Salam Komando Novel Baswedan dan Pimpinan KPK di Hari Pertama Ngantor
Penyidik senior KPK Novel Baswedan (dua kiri) berjabat tangan dengan mantan Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto (kanan) di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (27/7). Novel disambut langsung oleh Ketua KPK Agus Rahardjo dan jajarannya. (Merdeka.com/Dwi Narwoko)

Novel Baswedan kala itu sedang berjalan kaki sendirian di kompleks rumahnya usai melaksanakan salat Subuh pada Selasa, 11 April 2017. Ia rupanya menjadi target penyerangan.

Dua orang yang berboncengan sepeda motor menyiramkan air keras ke wajahnya. Cairan asam pekat tersebut mengenai bagian mata. Sakitnya bukan kepalang. Menurut Novel, rasanya seperti bola mata dicabut paksa dari akarnya.

Operasi demi operasi dijalani hingga ke Singapura. Namun, baru mata kanannya yang pulih. Peristiwa itu membekas dalam diri Novel Baswedan, secara fisik juga psikis.

Apa yang dialami Novel Baswedan ini juga membuka mata banyak orang, tentang risiko yang dihadapi para penyelidik KPK. Namun, hingga kini, kasus tersebut belum juga terungkap. Puluhan saksi sudah diperiksa dan nomor hotline center sudah disebar untuk membuat kasus ini terang. Hasilnya, nihil.

Komjen Ari Dono Sukmanto yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala Badan Reserse Kriminal Polri mengungkapkan, penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan masuk dalam kategori hit and run. Kasus semacam ini, kata dia, sulit untuk diungkap.

"Jadi itulah yang saya sampaikan, kalau model kasus-kasus hit and run ini memang relatif sulit," kata Ari di Bareskrim Polri, Gambir, Jakarta Pusat, Rabu 2 November 2017.

Bahkan, menurut Ari, kasus semacam ini baru bisa terungkap setelah bertahun-tahun diselidiki. Artinya, butuh waktu lama untuk mengungkapnya.

"Ada yang sudah empat tahun baru ketangkap dia pelakunya," ucap Ari.

 


3. Teror Pimpinan KPK

Rumah Ketua KPK Agus Rahardjo
Rumah Ketua KPK Agus Rahardjo mendapat teror benda mirip bom (Liputan6.com/ Muhammad Radityo Priyasmoro)

Sebuah botol berisi spirtus dengan sumbu, mirip bom molotov, ditemukan di depan garasi sebuah rumah di Jalan Kalibata Selatan No 42C, Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan. Jam masih menunjukkan pukul 05.30 WIB, hari itu, Rabu 9 Januari 2019.

Rumah tersebut merupakan kediaman Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode Muhamad Syarif.

Setelah dicek melalui CCTV, rupanya, sekitar pukul 01.00 WIB, ada dua orang mencurigakan beraktivitas di depan rumah Laode Syarif.

Laode mengaku tak tahu kejadian ini berhubungan dengan kasus yang tengah ditangani KPK atau tidak. Dia mengatakan, hal tersebut merupakan risiko dari sebuah pekerjaan.

"Biasa lah itu kerja di KPK , saya santai aja. Iya ada pengamanan dari Polri ya yang mengamati rumah, insyaallah oke, aman. (Kaitan dengan kasus yang tengah ditangani KPK?) Kami juga enggak tahu ya," kata Laode saat ditemui di kedamaian di Jalan Kalibata Selatan No 42C, Jakarta Selatan, Rabu 9 Januari 2019.

Sementara itu, sebuah benda mirip bom ditemukan di pagar rumah Ketua KPK Agus Rahardjo di Bekasi, Jawa Barat. Benda itu terdiri dari beberapa kabel, pipa, paku, detonator, baterai, dan serbuk itu sebagai bom rakitan atau fake bomb (bom palsu).

Polri pun memastikan benda mencurigakan yang ditemukan di rumah Ketua KPK Agus Rahardjo adalah fake bomb atau bom palsu. Kesimpulan itu diperoleh setelah benda menyerupai bom rakitan itu diuji di laboratorium forensik Polri.

"Yang di rumah Pak Agus itu adalah fake bomb atau bom palsu, jadi itu bukan bom," ujar Kepala Divisi Humas Polri Irjen Mohammad Iqbal.

Memang benda yang ditemukan terdiri dari beberapa kabel, pipa paralon, baterai dan material lain menyerupai bom rakitan. Namun polisi memastikan benda itu tidak berbahaya. Serbuk putih yang ditemukan juga bukan kategori bahan peledak.

"Tidak merupakan firing divices yang selayaknya bom. Detonator tidak ada sama sekali," tuturnya.

 


4. Ditabrak Motor

Detik-Detik Menegangkan Penangkapan Terpidana Korupsi Wisnu Wardhana
Penangkapan Wisnu Wardhana, terpidana kasus korupsi aset BUMD PT Panca Wira Usaha (PWU) Jatim, mirip adegan film action karena diwarnai aksi perlawanan dengan menabrak motor petugas. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Kejadian pegawai KPK ditabrak motor terjadi saat penangkapan mantan Ketua DPRD Jawa Timur, Wisnu Wardhana. Penangkapan terpidana kasus korupsi itu berlangsung dramatis sebelum akhirnya digelandang menuju Kejaksaan Negeri Surabaya, Jawa Timur.

Tidak seperti koruptor lain ketika terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT), Wisnu diciduk di jalanan. Dia ditangkap dalam mobil yang dikendarai anaknya.

Menurut Kasi Penkum Kejati Jatim, Richard Marpung, mobil yang membawa Wisnu tak mau berhenti ketika dikejar. Bahkan, sampai masuk ke gang-gang.

Tak kehabisan akal, tim kejaksaan mengejar menggunakan sepeda motor.

"Saat penggerebekan Wisnu mengenakan jaket, topi dan masker. Mobil tersebut sengaja tidak bersedia menghentikan laju kendaraannya ketika petugas menghentikannya," tutur Richard, Rabu, 9 Januari 2019.

Richard mengungkap, Wisnu Wardana telah menjadi kejaran tim kejaksaan selama sebulan terakhir.

Pada akhirnya, tim Kejari Surabaya berhasil mengadang mobil yang membawa Wisnu. Tim menahan laju mobil tersebut di tengah jalan.

Namun bukannya berhenti, mobil tersebut justru tetap melaju dengan sengaja. Akibatnya, salah satu sepeda motor yang dikendarai tim kejaksaan ditrabak dengan cukup kencang.

"Setelah Wisnu berhasil didahului, sepeda motor petugas itu langsung berhenti di tengah jalan untuk menghalangi laju mobilnya. Namun, mobil tersebut justru menabrakkan mobilnya ke sepeda motor petugas," kata Richard.

Akibatnya, ban depan mobil itu tersangkut sepeda motor yang ditabrak. Mobil tersebut tidak dapat melaju lagi.

 


5. Pegawai KPK Dianiaya

Ilustrasi Penganiayaan
Ilustrasi Penganiayaan (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Dua pegawai KPK dianiaya orang tak dikenal di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat. Peristiwa tersebut terjadi pada Sabtu 2 Februari 2019.

"Dua Pegawai KPK yang bertugas tersebut mendapat tindakan yang tidak pantas dan dianiaya hingga menyebabkan kerusakan pada bagian tubuh," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah saat dihubungi di Jakarta Minggu, 3 Februari 2019.

Febri menjelaskan, sebelum peristiwa terjadi kedua pegawai tersebut tengah bertugas untuk mengintai adanya dugaan praktek korupsi. Sedangkan saat penganiayaan terjadi, kedua pegawai sempat memperlihatkan surat tugas yang dikantonginya.

Akan tetapi, kata Febri, penganiayaan tersebut terus berlangsung. Bahkan saat ini kedua pegawai harus mendapatkan perawatan di rumah sakit.

"Sekarang tim sedang dirawat dan segera akan dilakukan operasi, karena ada retak pada hidung dan luka sobekan pada wajah," paparnya.

Karena hal itu, Febri mengatakan pihaknya telah melaporkan peristiwa tersebut ke Polda Metro Jaya. Dia juga mengaku sangat menyesalkan adanya perbuatan melanggar hukum tersebut.

"Kami memandang penganiayaan yang dilakukan terhadap dua pegawai KPK dan perampasan barang-barang yang ada pada pegawai tersebut merupakan tindakan serangan terhadap penegak hukum yang sedang menjalankan tugas," jelasnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya