Nestapa Pencari Suaka Menggelandang di Ibu Kota

Pemuda 24 tahun asal Afghanistan ini sudah setahun di Indonesia, Jakarta tepatnya. Trotoar Kebon Sirih bukanlah rumah pertamanya. Sebelum itu dia tinggal di trotoar Kalideres, Jakarta Barat.

oleh Muhammad Radityo Priyasmoro diperbarui 08 Jul 2019, 12:54 WIB
Diterbitkan 08 Jul 2019, 12:54 WIB
Puluhan Imigran Terlantar di Trotoar Jalan Kebon Sirih
Sejumlah imigran berkumpul di trotoar depan Kantor UNHCR Menara Ravindo, Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (3/7/2019). Para imigran hampir seminggu terlantar di trotoar depan Menara Ravindo untuk meminta tempat tinggal dan keputusan suaka. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Bising dan polusi kendaraan tidak membuat Husain terganggu. Apalagi kuartir terluka. Trotoar di Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, menjadi tempat dia bernaung sementara sambil menunggu kepastian negara pemberi suaka memberi lampu hijau kepada warga negara Afghanistan ini.

"Di sini lebih baik, saya bisa hidup lebih tenang meski begini. Memang tidak layak, tapi setidaknya tidak ada suara tembakan, ledakan bom, yang mengancam sewaktu-waktu, Jakarta is safe," kata Husain saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (8/7/2019).

Pemuda 24 tahun asal Afghanistan ini sudah setahun di Indonesia, Jakarta tepatnya. Trotoar Kebon Sirih bukanlah rumah pertamanya. Sebelum itu dia tinggal di trotoar Kalideres, Jakarta Barat.

Sejumlah imigran beristirahat sambil berbincang di trotoar depan Kantor UNHCR Menara Ravindo, Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (3/7/2019). Sejumlah imigran mengaku enggan dikembalikan ke negaranya karena keadaannya yang sedang tidak kondusif. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

"Saya mengharap suaka, di sini kami tinggal di depan Kantor UNHCR, agar mereka tahu kami ada," kata dia.

Saban hari, warga dan pejalan kaki yang melintas menjadi penopang hidup Husain. Sesekali pula organisasi kemanusiaan turun membantu Husain dan kawan-kawan pencari suaka mengulurkan bantuan untuk mereka.

"Ya mi instan, ya roti, nasi bungkus, apa saja lah, yang penting enggak minta-minta," kata dia.

Dia menolak menjadi pengemis untuk bertahan hidup. Menurut dia, hal tersebut cukup berisiko bila sampai berurusan dengan aparat. Dampaknya, dia bisa dikembalikan ke negara asal.

"Ngemis risiko, ntar ditangkap lagi. Sudah lah begini saja," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Risiko Mengemis

Puluhan Imigran Terlantar di Trotoar Jalan Kebon Sirih
Sejumlah imigran saat bertemu dengan perwakilan UNHCR di trotoar depan Kantor UNHCR Menara Ravindo, Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (3/7/2019). Kebanyakan dari puluhan imigran tersebut merupakan laki-laki, sebagian lagi perempuan dan anak-anak. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Bila dikembalikan ke negara asal terjadi, tentu saja itu menjadi mimpi buruk bagi Husain. Dia akan kembali mereguk pahitnya kehidupan di Afghanistan yang penuh risiko; konflik bersenjata, teror bersenjata, dan bom yang mengancam setiap warganya.

Husain seorang diri ke Indonesia. Sementara orangtua dan adik kecilnya masih berada di Afghanistan. Meski demikian Husain kerap berkomunikasi dengan keluarganya.

"Kadang kita berkomunikasi tapi tak sering," kata dia seraya memperlihatkan foto keluarganya.

Sejumlah imigran duduk di trotoar depan Kantor UNHCR Menara Ravindo, Kebon Sirih, Jakarta, Rabu (3/7/2019). Puluhan imigran yang sebelumnya menetap di Kalideres kini terlantar di trotoar depan Menara Ravindo. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Husain tidak sendiri. Beberapa imigran dari beberapa negara berkumpul di Kebon Sirih. Tujuan mereka satu, mendapatkan suaka ke negara yang dituju. Indonesia hanya tempat singgah sementara.

Keberadaan mereka yang tidak sedikit, tentunya menjadi pusat perhatian warga dan pelintas. Ada yang datang sendiri ada pula yang membawa serta anaknya yang masih balita.

"Mereka ini dari Afrika, Afghanistan bang," kata salah satu satpam yang berjaga di salah satu gedung perkantoran tersebut kepada Liputan6.com.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya