Korban Penggusuran di Naringgul Puncak Bogor Dibiarkan Telantar

Saat malam tiba, puluhan warga khususnya anak-anak dan ibu-ibu tidur di rumah tetangga dalam kondisi tanpa penerangan.

oleh Achmad Sudarno diperbarui 31 Agu 2019, 06:06 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2019, 06:06 WIB
warga
Puluhan warga di Kampung Naringgul, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor masih bertahan di kawasan perkebunan teh yang dikelola PT Sumber Sari Bumi Pakuan karena tidak tahu harus kemana, Jumat (30/8/2019). (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Liputan6.com, Bogor - Puluhan warga telantar setelah petugas Satuan Polisi Pamong Praja membongkar puluhan bangunan tempat mereka tinggal di Kampung Naringgul, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Mereka masih bertahan di kawasan perkebunan teh yang dikelola PT Sumber Sari Bumi Pakuan karena tidak tahu harus kemana.

Pantauan Liputan6.com, Jumat (30/8/2019), sejumlah warga terlihat mengumpulkan perabot serta perlengkapan rumah tangga yang masih bisa dimanfaatkan. Mereka mencari barang-barang tersebut di sela-sela reruntuhan bangunan rumah.

Beberapa warga ada yang mendirikan tenda-tenda darurat sebagai tempat perlindungan sementara. Saat malam tiba, puluhan warga khususnya anak-anak dan ibu-ibu tidur di rumah tetangga dalam kondisi tanpa penerangan.

Sebab aliran listrik rumah-rumah penduduk yang kini menjadi tempat menampung warga sudah diputus oleh PLN, lantaran bakal ikut dibongkar petugas Satpol PP Senin depan.

Sementara barang-barang mereka seperti kursi, meja, kulkas, mesin cuci, kasur, lemari dan lainnya masih ditelantarkan di pinggir jalan maupun di atas bukit.

"Masih bertahan di sini (lokasi penggusuran), mau kemana lagi," kata Nuryadi, perwakilan warga setempat.

Dia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Bogor belum memberikan solusi. Pun demikian dengan tempat penampungan bagi korban penggusuran.

"Ya terakhir mediasi saja tidak ada solusi. Berarti kan belum jelas bagaimana nasib kita ke depan," ujarnya.

Penertiban rumah yang dijadikan tempat penginapan tanpa izin di Kampung Naringgul masih tersisa 30 unit dari 53 unit yang ada. Karena masalah teknis, pembongkaran akan dilanjutkan Senin 2 September 2019 mendatang.

"Kami sudah meminta pemilik bangunan yang belum dibongkar untuk mengosongkan bangunan," ujar Kepala Bidang Penegakan Perundang-Undangan Satpol PP Kabupaten Bogor, Agus Ridho.

Mulanya, warga menempati lahan perkebunan teh yang sudah tidak produktif seluas 4 hektare untuk tempat tinggal. Namun belakangan, rumah mereka beralihfungsi menjadi tempat penginapan maupun homestay. Bahkan ada beberapa pengelola homestay yang menyediakan pula wanita penjaja seks komersil (PSK).

"Kita bongkar karena rumah mereka sudah beralih fungsi jadi tempat penginapan jam-jaman (tempat mesum). Sementara kita kan sedang gencar Nobat (nongol babat)," kata Agus.

Menurutnya, lahan seluas 4 hektare tersebut rencananya akan dikembalikan sesuai fungsinya yaitu sebagai daerah resapan air dan destinasi wisata baru di kawasan Puncak. 

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Ada Uang Kerohiman

Sementara itu, Bupati Bogor Ade Munawaroh menegaskan, penegakan Perda di Kampung Naringgul dilakukan mengingat rumah mereka sudah beralih fungsi menjadi tempat penginapan. Penindakan ini sejalan dengan program Pemkab Bogor yakni Nobat guna memberantas narkotika, minuman keras, prostitusi jalanan maupun terselubung serta hiburan malam pada daerah setempat.

"Persoalan disana cukup kompleks, bangunan liar yang dipakai hal-hal tidak baik. Naringgul kan terkenal sebutan blok anu (prostitusi)," terang Ade.

Menurutnya, korban penggusuran akan diberi uang kerohiman. Namun dari 58 kepala keluarga (KK) yang tinggal di kampung itu, hanya 25 KK yang mendapat uang tersebut. Dia juga tidak menyebut berapa jumlah nominal uang kerohiman bagi setiap KK.

"Jadi jangan dilihat pemerintah tega membongkar bangunan itu, tetapi bangunan itu dipakai untuk apa, silahkan cari informasinya sendiri kesana," punta Ade.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya