Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyampaikan ucapan Selamat Hari Ibu kepada seluruh ibu dan perempuan se-Indonesia. Hari Ibu memang diperingati setiap tanggal 22 Desember.
Ucapan itu disampaikan Jokowi lewat akun instagram pribadinya @jokowi, Minggu (22/12/2019). Dalam unggahannya itu, Jokowi menyampaikan bahwa wajah Indonesia saat ini dan di masa mendatang adalah hasil dari peran ibu.
Baca Juga
"Wajah Indonesia hari ini dan di masa depan, adalah wajah yang turut dibentuk oleh kaum ibu, perempuan-perempuan yang punya akses dan kesempatan yang luas ke seluruh palagan pengabdian kepada bangsa," tulis Jokowi.
Advertisement
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengatakan bahwa ibu dan perempuan ikut berperan dalam membangun peradaban Indonesia. Jokowi menyebut perempuan yang berdaya adalah wujud Indonesia yang maju.
"Mereka berdaya di bidang ekonomi, politik, sosial, dan kemasyarakatan. Dan tentu saja, kaum perempuan membangun peradaban bangsa melalui pengasuhan anak-anak di dalam keluarga," kata dia.
"Perempuan yang berdaya adalah wujud Indonesia yang maju," sambung Jokowi.
Terkait jasa orangtua, khususnya ibu, Jokowi pernah mengisahkan perjuangan bapak-ibu kandung sang Presiden yang harus bekerja keras untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Saat meninjau program Mekaar di Alun-Alun Cilegon, Banten pada Jumat (6/12/2019), Jokowi bercerita ibu kandungnya, Sujiatmi, berjualan bambu dan kayu, sementara bapak kandung, almarhum Wijiatno Notomiharjo, harus bangun subuh untuk bekerja sebagai sopir.
Dia mengatakan pekerjaan itu dilakukan hingga malam hari.
Presiden peraih penghargaan sebagai Tokoh Asia 2019 dari media The Straits Times Singapura itu memaknai kisahnya bahwa setiap orang memang harus bekerja keras untuk mencapai kehidupan yang lebih baik.
Sementara itu, keriuhan Hari Ibu juga muncul melalui fotografer Diera Bachir yang mengabadikan momen para perempuan terdekat Presiden Jokowi, yaitu Iriana bersama putrinya, Kahiyang Ayu serta menantunya, Selvi Ananda dan cucunya, Sedah Mirah.
Sebuah foto yang begitu apik diambil Diera di Istana Kepresidenan Bogor. Foto tersebut diunggahnya di akun Instagramnya bertepatan dengan Hari Ibu.
Iriana, Kahiyang Ayu, Selvi Ananda dan Sedah terlihat begitu anggun dengan rambut yang disanggul dan mengenakan kebaya putih. Mereka memadukannya dengan kain batik yang elegan.
Di foto lainnya, ketiganya terlihat memegang kipas dan berpose sambil tersenyum ke arah kamera. Stylist Doley Tobing yang mengatur tampilan keempat wanita kesayangan Jokowi itu. Foto tersebut ternyata diambil saat Selvi masih mengandung anak keduanya, La Lembah Manah.
Keempat perempuan ini terlihat begitu cantik. Latar istana yang megah dan asri membuat foto tersebut jadi makin memukau.
"Ibumu, Ibumu, Ibumu ❤️ Family Portrait of Ibu Iriana Jokowi, @ayanggkahiyang, Selvi Ananda, dan Sedah Mirah Nasution ❤️," tulis Diera dalam keterangan foto yang diunggah bertepatan dengan Hari Ibu.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Hari Ibu bagi Megawati
Masih dalam momen Hari Ibu, Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Megawati Soekarnoputri mengenang sosok sang ibunda, Fatmawati Soekarno sebagai pahlawan yang ikut serta memerdekakan Indonesia.
Hal ini disampaikan Megawati dalam acara Perempuan Hebat untuk Indonesia, dalam rangka Hari Ibu di Hotel Ritz Carlton, Jakarta Selatan, Minggu (22/12/2019). Dia menyebut sang ibunda adalah sosok yang pemberani.
"Jangan lupa Fatmawati, perempuan yang pemberani yang mau membuat bendera kita yang saat itu masih dijajah," kata Megawati saat memberi sambutan.
Megawati mengatakan ada beberapa pihak yang berfikir bahwa Fatmawati hanyalah penjahit bendera sangsaka merah putih, namun menjadi pahlawan. Padahal, kata dia, kala itu sangatlah susah mencari kain merah untuk menjahit bendera pusaka
"Waktu itu mencari kain putih sangat mudah, tapi merah sangat sulit untuk bendera merah putih. Itu yang sekarang menjadi bendera resmi. Juga banyak kaum erempuan Indonesia yang lupa," ucapnya.
Presiden ke-5 RI itu lantas berbicara tentang kesetaraan kaum wanita. Dia menjelaskan bahwa konstitusi di Indonesia tak membedakan laki dan perempuan.
"Artinya negara itu sudah memberikan kepada perempuan Indonesia derajat yang sama. Ibu-ibu jangan berfikir kita ada di belakang laki-laki. Tidak benar konstitusi mengatakan itu," jelas Megawati.
"Kalau kita membaca konstitusi, tidak ada laki dan perempuan. Tapi setiap warga negara, laki dan perempuan. Artinya negara itu sudah memberikan kepada perempuan Indonesia derajat yang sama," imbuh dia.
Megawati tidak ingin perempuan selalu berpikir derajatnya di belakang laki-laki. Dari kecil, Mega protes bila perempuan di belakang laki-laki.
"Kalau dulu saya suka dengar mengatakan perempuan itu konco wingking. Saya tidak mengeri artinya adanya di belakang. Dari kecil saya berontak," ucapnya.
Ketua Umum PDIP tersebut ingin perempuan harus bangga dengan derajatnya. Dia mencontohkan sebutan Ibu Pertiwi.
"Dari kata-kata bidang Ibu Pertiwi kan bukan bapak pertiwi. Mana pernah ada bapak pertiwi. Mengapa kita lupa kita diberi anugerah sangat luar biasa untuk menghasilkan anak keturunan kita. Menjaga menyayanginya. Tidak ada bapak yang mengandung," ujar Megawati.
"Bagaimana akan maju kalau kaum perempuan hanya merasa bagian dari konco wingking. Saya bukan provokator. Tapi itu hak kita," tegas dia.
Tak hanya itu, Megawati juga mengaku jengkel 22 kali pemilihan Ketua DPR selalu dimenangi oleh kaum pria. Megawati sempat bertanya-tanya apakah kaum perempuan tak bisa menjadi Ketua DPR.
"Jadi Ketua DPR yang 22 kali itu adalah kaum pria. Kok ditepuktanganin? Orang 22 kali saya jengkel sekali, dominasi pria kuat sekali. Apa kita ini tidak bisa," kata Megawati.
Ketua Umum DPP PDIP itu pun senang kala sang anak, Puan Maharani akhirnya berhasil menjadi perempuan pertama yang duduk di kursi Ketua DPR. Puan diketahui menjadi jawara di Dapil V Jawa Tengah saat pemilihan legislatif 2019.
"Ibu Puan akhirnya dari hasilnya saja tidak bisa lagi dibantah oleh kaum laki, karena jumlah suara terbesar. Suara beliau sekitar 450 ribu. Iya, otomatis tidak lagi ada pilihan, harus jadi Ketua DPR. Ini adalah ke-23 kali (pemilihan Ketua DPR) dan pertama seorang ibu yang jadi Ketua DPR," jelas Megawati.
Megawati menegaskan bahwa kaum perempuan sangat bisa untuk menjadi pemimpin bangsa. Dia lantas mencontohkan dirinya yang menjadi Presiden ke-5 RI dan Wapres kea-8 RI.
"Ini hanya sebagai inspirasi kaum perempuan agar juga dapat seperti itu. Saya sangat merindukan sekiranya sudah ada kaum perempuan yang berkeinginan menjadi wapres, presiden, why not?" ujar Megawati.
Karena itu, Megawati ingin para perempuan bisa berperan untuk negara dan tidak ragu terjun ke politik. Mega kemudian teringat pahlawan perang perempuan Aceh Cut Nyak Dhien.
"Saya tidak terbayang ya ketika Ibu Cut Nyak Dhien ikut perang, saya ini kan seneng mengimajinasikan," kata Megawati.
Selanjutnya, dia teringat perjuangan Laksamana Malahayati. Menurutnya, pahlawan perang asal Aceh tersebut bukan embel-embel dan benar-benar ikut perang melawan penjajah Belanda.
"Dan dia memenangkan perang ketika itu saya lupa di Aceh itu perang apa, kalah gubernur jenderal oleh dia, apakah tidak bangga kita punya Laksamana seorang Malahayati," tuturnya.
Ketum PDIP itu pun kemudian ingin bahwa Panglima TNI dipimpin oleh seorang perempuan. Sebab, wanita saja bisa memimpin sebuah negara seperti dirinya.
"Panglima TNI memang tidak boleh ya kalau perempuan? loh presiden saja sudah loh, artinya ya kebawanya boleh dong, betul apa tidak," pungkas Megawati.
Advertisement
Hari untuk Seluruh Perempuan
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak I Gusti Ayu Bintang Darmawati Puspayoga mengatakan, Hari Ibu merupakan hari untuk seluruh perempuan di seluruh Indonesia karena berawal dari Kongres Perempuan pada 22 Desember 1928.
"Banyak anak muda yang menganggap Hari Ibu adalah hari untuk ibu, seperti 'mother day'. Padahal Hari Ibu untuk seluruh perempuan di seluruh Indonesia," kata Bintang dalam jumpa pers Peringatan Hari Ibu di Kota Semarang.
Dia mengatakan, Hari Ibu harus menjadi momentum untuk memberikan motivasi bagi seluruh perempuan di seluruh Indonesia bahwa mereka harus bisa memiliki mimpi untuk diri sendiri.
Menurut Bintang, kerap kali perempuan memiliki mimpi yang mulia, yaitu bisa mengantarkan anaknya menjadi seseorang pintar dan suaminya menjadi orang yang sukses. Namun, mimpi untuk diri sendiri justru tidak ada.
"Perempuan juga berhak untuk memiliki dan mewujudkan mimpinya sendiri untuk terlibat dalam pembangunan di ruang publik," kata Bintang.
Bintang mengatakan, persepsi yang salah terhadap Hari Ibu harus dikembalikan pada sejarah Kongres Perempuan 22 Desember 1928. Kongres yang diikuti organisasi-organisasi perempuan saat itu menghasilkan keputusan yang sangat luar biasa.
"Pada saat itu, para peserta kongres sudah memikirkan bahwa perempuan Indonesia harus bisa maju dan menatap masa depan," ujarnya.