Ma'ruf Amin: Tak Boleh Menolak Pembangunan Rumah Ibadah Jika Syaratnya Lengkap

Ma'ruf menyatakan, peraturan pembangunan rumah ibadah, disusun dengan menggunakan pendekatan toleransi, yakni jangan sampai masyarakat yang membutuhkan rumah ibadah tidak memiliki tempat.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Feb 2020, 22:22 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2020, 22:22 WIB
Ma'ruf Amin
Wapres Ma'ruf Amin menghadiri peringatan hari santri di Surabaya, Jawa Timur. (Dok Setwapres)

Liputan6.com, Jakarta Wakil Presiden Ma'ruf Amin menegaskan, semua pihak tidak boleh ada yang menolak pembangunan rumah ibadah selama syarat-syarat pendiriannya sudah terpenuhi sesuai dengan Peraturan Bersama Dua Menteri Nomor 8 dan 9 Tahun 2006.

"Tapi kalau belum terpenuhi syaratnya, jangan memaksakan pembangunan rumah ibadah. Bukan saja untuk Kristen, Islam juga begitu. Di daerah-daerah dimana, misalnya, Islam minoritas, juga terkena aturan. Jadi sama-sama," kata Ma'ruf Amin di Istana Wapres Jakarta, Jumat (21/2/2020).

Ma'ruf menjelaskan dalam Peraturan Bersama Dua Menteri itu dijelaskan, syarat pendirian rumah ibadah antara lain harus ada bukti pengguna atau jemaahnya minimal 90 orang, dengan dukungan masyarakat setempat setidaknya 60 orang.

"Kebutuhan nyata itu beberapa disepakati, yaitu jumlahnya 90. Tapi sering kali persoalannya kemudian ditolak oleh lingkungan. Ini bukan soal ibadah, tapi soal pembangunan rumah ibadah, maka dari itu ada persyaratannya," ucapnya menjelaskan.

Peraturan terkait pembangunan rumah ibadah, disusun dengan menggunakan pendekatan toleransi, yakni jangan sampai masyarakat yang membutuhkan rumah ibadah tidak memiliki tempat.

Oleh karena itu, Ma'ruf Amin meminta semua masyarakat dan pemerintah daerah mematuhi ketentuan yang diatur dalam permen bersama itu supaya tidak terjadi konflik antarumat beragama.

"Jadi sebenarnya, solusinya adalah bagaimana peraturan itu dipatuhi, kesepakatan itu. Kalau itu tidak dipatuhi, pasti ada konflik, sebab semua masalah sudah dibicarakan pada waktu itu," ujar Ma'ruf Amin.

Aturan Dua Menteri

Ma'ruf Amin mengatakan Peraturan Bersama Dua Menteri itu sudah mengakomodasi kepentingan lima agama yang diwakili oleh masing-masing organisasi kemasyarakatannya, seperti Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Persatuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi), serta Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang saat itu diwakili oleh Ma'ruf Amin.

Dalam Peraturan Bersama Dua Menteri juga disebutkan syarat lain pendirian rumah ibadah adalah rekomendasi tertulis dari kepala kantor departemen agama dan forum kerukunan umat beragama (FKUB) di tingkat kabupaten-kota. Permohonan pendirian rumah ibadah juga harus diajukan ke bupati dan wali kota untuk mendapat izin mendirikan bangunan (IMB).

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya