Sandiaga: Jangan Terus Impor, Harus Ada Inovasi di Bidang Pangan

Menurut Sandiaga, Indonesia sebagai Negara yang masih mengandalkan beberapa komoditas impor sangat rentan terdampak bila terjadi krisis global.

oleh Yusron Fahmi diperbarui 04 Jun 2020, 13:32 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2020, 12:24 WIB
Sandiaga Uno
Sandiaga Uno menunjukkan Hampers Cocotier.

Liputan6.com, Jakarta - Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahudin Uno menilai pandemi virus corona atau Covid-19 berdampak pada ketersediaan bahan pangan. Bukan cuma Indonesia, tapi  semua negara dunia merasakan.

Menurut Sandiaga, Indonesia sebagai Negara yang masih mengandalkan beberapa komoditas impor sangat rentan terdampak bila terjadi krisis global. Sebab, berdasarkan data sebelum pandemi Covid-19, 35% pasokan bawang putih di Tanah Air berasal dari impor. Lalu, 24% persediaan daging dan 55% gula juga dari luar negeri.

“Kalau kondisi yang terdesak negara-negara lain yang biasa mengeskpor pangan akan sangat selektif, mereka pasti harus memenuhi pasar lokalnya dulu,” katanya, Rabu (3/4/2020).

Di sisi lain, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di Indonesia yang terus naik, bahkan diprediksi dengan kemungkinan terburuk jumlah korban PHK mencapai 7 sampai 8 juta orang. Hal tersebut akan memicu penurunan daya beli masyarakat di tengah pandemi.

Oleh karena itu, Mantan Calon Wakil Presiden 2019-2024 ini mengatakan perlu ada skenario untuk meningkatkan daya beli masyarakat di tengah ancaman kenaikan harga pangan, salah satunya dengan adanya inovasi di bidang pangan.

Sandiaga mendorong adanya teknologi untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri dengan mengadopsi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), Internet of Things (IoT), ATM beras, dan lainnya.

“Jangan sampai kita terus menerus bergantung pada bahan pangan yang impor, jadi harus ada inovasi di bidang pangan,” harapnya.

Maksimalkan E-Commerse

Selain itu, mantan Ketua Umum HIPMI ini mendorong agar memaksimalkan e-commerce untuk mendistribusikan komoditas pangan dan membuka akses pasar.

“Kita perlu digitalisasi pasar pangan, karena kita pasar e-commerce terbesar di Asia, market sudah terbentuk tinggal kita bagaimana melakukan pendekatan supaya pasar ini menghasilkan invoasi anak bangsa untuk mendukung ketahana pangan,” pungkasnya.

“Mari pakai produk buatan dalam negeri, buka lapangan kerja seluas-luasnya, dan kendalikan harga bahan pokok,” ajak Sandi

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya