Kamrussamad Gerindra Minta Ada Skenario Lain Pemulihan Ekonomi

Variatifnya rentang perbedaan proyeksi antarlembaga internasional, menggambarkan ketidakpastian ekonomi yang tinggi di sisa tahun 2020 dan tahun 2021 mendatang.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jun 2020, 19:36 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2020, 15:22 WIB
Pandangan Anggota DPR RI komisi XI Kamrussamad terkait rencana pemerintah menerapkan new normal.
Anggota DPR RI komisi XI Kamrussamad saat diskusi virtual bersama sejumlah media pada acara Silatrahmi Lebaran di Jakarta, Jumat (29/5/2020). Kamrussamad menyampaikan pandangannya terkait rencana pemerintah menerapkan new normal atau tatanan hidup normal baru. (Liputan6.com/HO/Bon)

Liputan6.com, Jakarta - Anggota Komisi XI Fraksi Gerindra Kamrussamad menyatakan secara keseluruhan, asumsi dasar ekonomi makro Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) tahun 2021, menggambarkan skenario pemulihan ekonomi model V. Artinya, pemerintah menganggap pandemi Covid-19 ini, hanya akan jangka pendek (setahun) dan pemulihan cepat, sehingga tahun depan 2021 sudah mulai pulih.

"Faktanya, justru semakin meningkat kasus positif," kata Kamrussamad dalam keterangannya, Senin (22/6/2020).

Karena itu, dia menganjurkan, sebaiknya pemerintah tetap perlu memikirkan/mempertimbangkan jika pemulihan ekonomi tidak model V seperti yang dibuat lembaga-lembaga internasional tersebut. Ini mengingat, Indonesia memulai kondisi New Normal pada saat kasus positif belum turun atau melandai, sehingga kemungkinan pemulihan ekonomi tidak cepat seperti yang diprediksikan.

"Skenario model W (atau ada kemungkinan terjadi second wave pandemi Covid-19), maupun model L (jika recovery ekonomi tidak pulih secara cepat) tetap perlu dipertimbangkan meskipun kita semua tidak menghendakinya. Ini bermanfaat untuk langkah antisipasi jangka menengah mengingat skenario jaring pengaman sosial kita hanya 3 bulan, 6 bulan, dan setahun," ujar Kamrussamad.

Dikatakan Kamrussamad, variatifnya rentang perbedaan proyeksi antar lembaga internasional, menggambarkan ketidakpastian ekonomi yang tinggi di sisa tahun 2020 dan tahun 2021 mendatang. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengantisipasi jika situasi gejolak ekonomi global kembali terjadi, terutama jelang akhir tahun (dinamika politik AS) dan risiko gelombang kedua pandemi.

"Semestinya pemerintah menyiapkan skenario jika pertumbuhan ekonomi tahun ini sampai minus -3,9 persen, sehingga target pertumbuhan ekonomi 2021 lebih realistis," imbuh Kamrussamad.

Risiko Bayangi Outlook Ekonomi

Dari beberapa risiko yang membayangi outlook ekonomi 2020 dan proyeksi 2021, kata Kamrussamad, ada dua faktor global tentang geopolitik AS-China merupakan masalah eksternal yang lebih susah diintervensi. Namun, faktor second wave Covid-19 sangat berkaitan dengan kemampuan Pemerintah Indonesia menangani wabah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya