5 Hal Terkait Penemuan Batu Meteor yang Dijual Josua Hutagalung Rp 214 Juta

Kejadian jatuhnya batu meteor meteorit yang dijual Josua Hutagalung bermula pada Sabtu, 1 Agustus 2020.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 20 Nov 2020, 13:27 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2020, 13:27 WIB
Meteor
Wujud batu meteor berbentuk hati. (Foto: Christie's)

Liputan6.com, Jakarta - Pria Kolang, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara bernama Josua Hutagalung menjadi kaya mendadak usai rumahnya kejatuhan batu meteor atau meteorit.

Kejadian jatuhnya batu meteor yang dijual Josua bermula pada Sabtu, 1 Agustus 2020. Saat itu, ia sedang membuat peti mati di kediamannya yang terletak di Desa Setahi Nauli, Kecamatan Kolang.

Tiba-tiba Josua mendengar suara gemuruh yang cukup kuat dari atas langit. Suara gemuruh tersebut semakin mendekat ke rumahnya. Tidak berselang lama, terdengar suara dentuman yang sangat keras dari atap rumah.

"Saya terkejut dengar suara dentuman itu, lalu saya periksa ternyata ada bongkahan batu besar yang jatuh menimpa atap rumah saya hingga bocor," kata Josua yang saat itu belum tahu bahwa bongkahan batu tersebut adalah batu meteor.

Senang dengan penemuan batu meteor tersebut, dia langsung mengunggah foto temuannya itu ke akun Facebook-nya. Sontak saja, unggahan tersebut mendapat respons dari warganet hingga viral dan diliput banyak media.

Hingga akhirnya, Jared Collins, seorang pria asal Amerika yang tinggal di Bali datang menemui Josua untuk membeli batu tersebut.

Namun sayangnya, Josua hanya menjual batu meteor meteorit tersebut seharga Rp 200 juta dan Rp 14 juta untuk perbaikan genteng.

Karena ternyata, belum lama ini, media Inggris menyebutnya sebagai orang kaya baru setelah batu meteor yang menimpa rumahnya pada Agustus 2020 lalu dihargai 757 poundsterling (Rp 14,1 juta) per gram di sebuah situs jual-beli online.

Artinya, harga batu meteorit yang dijual Josua tersebut bisa mencapai hampir 1,4 juta poundsterling atau setara dengan Rp 26 miliar.

Berikut deretan kisah terkait penemuan batu meteor meteorit oleh Josua Hutagalung yang menimpa atap rumahnya dihimpun Liputan6.com:

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Kronologi Jatuh

Batu Dikira Emas
Seorang pria Australia menyimpan sebuah batu besar yang dikiranya emas selama 2 tahun, tetapi ternyata itu adalah pecahan meteor. (Museum Victoria)

Kejadian jatuhnya meteorit yang dijual Josua bermula pada Sabtu, 1 Agustus 2020. Saat itu, ia sedang membuat peti mati di kediamannya yang terletak di Desa Setahi Nauli, Kecamatan Kolang.

Tiba-tiba Josua mendengar suara gemuruh yang cukup kuat dari atas langit. Suara gemuruh tersebut semakin mendekat ke rumahnya. Tidak berselang lama, terdengar suara dentuman yang sangat keras dari atap rumah.

"Saya terkejut dengar suara dentuman itu, lalu saya periksa ternyata ada bongkahan batu besar yang jatuh menimpa atap rumah saya hingga bocor," kata Josua yang saat itu belum tahu bahwa bongkahan batu tersebut adalah batu meteor.

Menurut Josua, batu yang jatuh tersebut tertanam hingga sedalam 15 sentimeter. Awalnya, dia mengaku takut mendekati lokasi jatuhnya batu.

Namun karena khawatir terjadi sesuatu, maka digalinya tanah untuk mengangkat batu yang menimpa atap rumahnya tersebut.

"Saat saya angkat, benda itu masih terasa hangat. Saat itulah saya berpikir bahwa benda yang saya angkat tersebut batu meteor yang jatuh dari langit, sebab tidak mungkin ada orang yang melempar batu sebesar itu ke atap rumah," ujar Joshua.

Senang dengan penemuan batu meteor tersebut, dia langsung mengunggah foto temuannya itu ke akun Facebook-nya.

Sontak saja, unggahan tersebut mendapat respons dari warganet hingga viral dan diliput banyak media.

 

Dijual pada Peneliti Rp 214 Juta

Batu Dikira Emas
Seorang pria Australia menyimpan sebuah batu besar yang dikiranya emas selama 2 tahun, tetapi ternyata itu adalah pecahan meteor. (Museum Victoria)

Dua hari pascapenemuan batu meteor, seorang warga sekitar berniat ingin membeli batu tersebut dari tangan Josua dengan harga Rp 1 miliar. Namun, tawaran tersebut ditolak Josua karena merasa orang yang bersangkutan tidak serius.

"Dia sambil main-main tawarnya, makanya saya tolak," kata Josua.

Dua pekan berikutnya datang tawaran dari Jared Collins, seorang pria asal Amerika yang tinggal di Bali pada 17 Agustus 2020.

Joshua menyebut Jared datang ke rumahnya untuk membeli batu meteor setelah mengetahui informasi dari pemberitaan media massa.

"Jared tawar batu meteor itu Rp 200 juta, saya minta tambah dia tidak mau. Dia hanya bersedia menambah Rp 14 juta untuk biaya perbaikan atap rumah saya yang rusak karena tertimpa batu meteor. Setelah dipikir-pikir, saya setuju daripada di rumah, batu itu sering dibuat main sama anak-anak," kata Josua.

Sebagaimana dilaporkan surat kabar The Sun, Jared Collins disebut sebagai pakar batu luar angkasa yang bermukim di Bali.

 

Harga Batu Meteor Sebenarnya Rp 26 Miliar

batu meteor
Sebuah keluarga di Thailand terkena syok berat karena rumahnya kejatuhan meteor. Foto: Metro.co.uk

Setelah membeli batu meteor dari Joshua, Jared mengirimkannya ke AS. Batu itu dilaporkan dibeli Jay Piatek, seorang pria bergelar doktor dan kolektor batu meteor di Pusat Kajian Meteor, Arizona State University.

Batu meteor tersebut diklasifikasikan sebagai CM 1/2 Kondrit karbon. Jenis tersebut merupakan varietas yang sangat langka.

Pecahan batu tersebut kemudian dijual kembali oleh seorang kolektor kedua melalui situs jual-beli eBay seharga 757 Poundsterling (Rp 14,1 juta) per gram.

Artinya, harga batu seberat 1.800 gram yang dijual Josua bisa mencapai hampir 1,4 juta Poundsterling atau setara dengan Rp 26 miliar.

Josua pun mengaku tidak tahu jika batu yang dibeli Jared Collins tersebut sebenarnya dihargai Rp 26 miliar.

"Kalau betul (harganya) Rp 26 miliar, saya merasa dibohongi. Saya kecewa," cerita Josua.

 

Josua Masih Miliki Batu Meteor Lain

Dihantam Batu Meteor, Supir Bus di India Ini Tewas Seketika
Aneh tapi nyata! Bongkahan yang dicurigai meteor menghantam seorang supir bus malang di India hingga tewas.

Menurut Josua, tidak semua meteorit yang menimpa atap rumahnya pada 1 Agustus 2020 lalu itu dijual kepada Jared Collins.

Ia menyebut bobot total batu meteor yang jatuh menimpa atap rumahnya mencapai 2,2 kilogram, sedangkan yang dijual ke Jared hanya 1.800 gram. Sisanya, menurut Josua, telah dibagi-bagi ke sanak keluarga.

"Saya sendiri dapat lima gram, selebihnya saya bagi-bagi ke sanak keluarga. Ada yang dibuat batu cincin," kata dia.

Joshua berjanji tidak akan menjual sisa batu meteor yang dimilikinya itu, meski harga di pasar internasional cukup mahal. Dia mengatakan, batu seberat lima gram tersebut akan disimpannya sebagai kenang-kenangan.

"Lima gram itu kan secuil, biarlah jadi kenang-kenangan," tutup Josua.

 

Jenis Batu Meteor Langka

Batu meteor
Batu meteor

Rupanya, meteorit itu diperkirakan berumur 4,5 miliar tahun dan diklasifikasi sebagai CM1/2 berkarbon Chondrite.

Meteorit itu pun merupakan varietas yang sangat langka. Batu ini bernilai sekitar 857 dolar AS atau sekitar Rp 12 juta per gramnya.

Pakar meteorit Amerika Serikat, Jared Collins mengatakan, dirinya langsung pergi mencari Josua untuk melakukan negosiasi.

"Ini terjadi di tengah krisis Covid-19 dan terus terang itu adalah masalah antara membeli batu antariksa untuk diri sendiri atau bekerja sama dengan ilmuwan dan kolektor di Amerika. Saya membawa uang sebanyak yang saya bisa kumpulkan dan pergi mencari Josua," ucap Collins.

Collins kemudian mengirimkan meteorit itu ke Amerika Serikat yang dibeli oleh Jay Piatek, seorang dokter dan kolektor meteorit dari Indianapolis.

Tiga fragmen lebih lanjut dari meteorit tersebut ditemukan di daerah terdekat ketika jatuh pada Agustus 2020 lalu. Di mana, satu ditemukan di area sawah kurang dari 3 kilometer dari rumah Josua. Menurut Lunar and Planetary Institute di Texas, meteorit itu kini secara resmi dinamai Kolang.

Menurut keterangan, bagian dalam meteor berwarna abu-abu tua dan hitam dengan bintik-bintik kecil berwarna terang.

Fenomena jatuhnya meteorit ke daerah pemukiman sendiri cukup langka karena umumnya jatuh di hutan, gurun, ataupun lautan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya