Langkah Pemerintah Agar Covid-19 di Indonesia Tak Seperti India

Nadia menjelaskan, pemerintah juga terus meningkatkan capaian program vaksinasi. Teorinya bahwa 70% dari sasaran vaksinasi bisa memberikan perlindungan, atau menekan laju penularan virus.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Apr 2021, 09:37 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2021, 09:37 WIB
Siti Nadia Tarmidzi
Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan RI Siti Nadia Tarmidzi di Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (4/1/2021). (Biro Pers Sekretariat Presiden/Kris)

Liputan6.com, Jakarta Kasus Covid-19 di India meningkat drastis. Merujuk data Worldometer, Senin, 19 April 2021, jumlah kasus positif Covid-19 di India sudah tembus 15,06 juta kasus. India kini menjadi negara dengan kasus Covid-19 terbesar kedua di dunia. Sebelumnya posisi ini ditempati oleh Brasil. Peringkat pertama masih Amerika Serikat (AS) dengan 32,4 juta kasus. 

Pemerintah Indonesia pun melakukan berbagai upaya agar kasus Covid-19 di Tanah Air bisa terus dikendalikan sehingga tidak terjadi seperti di India.

"Yang pasti kita terus menerus mengedukasi masyarakat. Adanya larangan mudik itu kan salah satu upaya kita menjaga supaya mengurangi mobilitas,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi kepada wartawan, Selasa (20/4/2021).

Langkah antisipasi lainnya adalah pelaksanaan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) berskala mikro, khususnya di daerah-daerah tujuan mudik, daerah zona merah atau yang kasusnya meningkat. Kemudian, penguatan testing, tracing, treatment terutama di daerah-daerah tujuan mudik.

Nadia menjelaskan, pemerintah juga terus meningkatkan capaian program vaksinasi. Teorinya bahwa 70% dari sasaran vaksinasi bisa memberikan perlindungan, atau menekan laju penularan virus. 

"Kita tahu bahwa vaksin kan memberikan perlindungan kepada individu untuk dia tidak menjadi sakit. Kalaupun sakit, tidak parah atau berakhir kematian. Itu perlindungan yang diberikan,” kata Nadia.

Pemerintah berharap kepada seluruh masyarakat agar bisa menahan diri sehingga tidak mudik. Nadia mengaku bisa memahami bahwa masyarakat menginginkan sekali bisa berkumpul bersama keluarga saat Lebaran. 

"Tapi tentunya kita menahan diri jangan sampai kemudian terjadi pelonjakan kasus di kemudian hari. Kita tahu bahwa peningkatan kasus selalu berhubungan dengan mobilitas yang tinggi,” jelasnya.

Dia menjelaskan sudah sekitar 17 juta dosis vaksin yang disuntikan sampai saat ini. “Orangnya itu ada 11.100.000 untuk dosis pertama dan dosis kedua 6,1 juta. Jadi sudah 17 juta dosis vaksin yang sudah kita suntikan,” ujar Nadia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Andalkan Vaksinasi

FOTO: Ribuan Tenaga Kesehatan Jalani Vaksinasi Dosis Pertama Secara Massal
Vaksinator bersiap menyuntikkan vaksin COVID-19 dosis pertama produksi Sinovac kepada tenaga kesehatan saat vaksinasi massal di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (4/2/2021). Rencananya, sekitar enam ribu tenaga kesehatan akan mengikuti vaksinasi COVID-19 dosis pertama ini. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Jika vaksinasi semakin cepat dan banyak, atau 70% jumlah penduduk Indonesia sudah divaksin, maka kekebalan kelompok akan terjadi. Kondisi itu pasti akan menekan laju penularan Covid-19.

Fakta sekarang baru sekitar 11 juta orang yang divaksin atau 6% dari target. Kalau dibandingkan jumlah penduduk, angka itu masih kecil. Artinya belum cukup untuk memberikan perlindungan kekebalan kelompok.

Mengenai stok vaksin, Nadia mengungkapkan sebenarnya di bulan April ini Indonesia mendapatkan dua sumber vaksin, yakni AstraZeneca dan Sinovac. AstraZeneca menunda pengiriman vaksin. India meminta menunda pengiriman karena ada peningkatan kasus. 

"Jadi yang seharusnya vaksin dikirim April, itu baru bisa dikirimkan Mei. Jumlahnya tidak mencapai 11 juta juga, jadi akan dikirimkan kurang lebih sekitar 5 juta,” imbuhnya.

Dengan keterbatasan stok vaksin, pemerintah melakukan berbagai upaya.

"Pemerintah memastikan vaksinasi pada Mei, vaksinnya betul-betul datang. Kemudian, meminta Biofarma untuk meningkatkan kapasitas produksinya," tutur Nadia.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya