Liputan6.com, Jakarta - Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Mariya Mubarika mengatakan varian baru Covid-19 yang telah masuk ke Indonesia belum bisa disimpulkan mempercepat kejadian mortalitas. Pernyataan ini berangkat dari angka kematian Covid-19 di Indonesia belum mengalami penurunan cukup signifikan.
Varian baru Covid-19 yang dimaksud di antaranya B117 asal Inggris, B1617 dari India dan B.1.351 asal Afrika Selatan.
Baca Juga
"Apakah varian ini mematikan di Indonesia? Ini sulit untuk diambil kesimpulan karena jumlah kejadiannya tidak begitu," katanya dalam diskusi bertema Varian Baru Covid-19, Sabtu (22/5/2021).
Advertisement
Mariya menjelaskan, dalam beberapa pekan terakhir, kematian Covid-19 harian masih berada di angka 100 orang. Sementara kasus positif Covid-19 harian mulai sedikit meningkat, dari biasanya sekitar 4.500 naik menjadi 5.000 kasus.
Kondisi ini berbeda dengan tahun lalu. Pada 2020, peningkatan angka kematian berbanding lurus dengan penambahan kasus positif Covid-19. Bahkan, kasus kematian Covid-19 di 2020 pernah mencatat rekor tertinggi hampir menyentuh angka 500 orang per hari.
"Kalau kita lihat dari persentase yang meninggal saat ini masih segitu-segitu saja," ujarnya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Penyebab Kematian di Indonesia
Mariya menyebut, data sementara, kematian di Indonesia umumnya disebabkan pasien Covid-19 terlambat mendapatkan penanganan. Selain itu, banyak pasien Covid-19 meninggal dunia karena disertai kondisi berat akibat komorbid.
"Yang khas di Indonesia dia datang dalam stadium sudah berat. Kematian itu dialami orang-orang yang telat (mendapatkan penanganan)," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin melaporkan telah menemukan 26 kasus varian baru Covid-19. Dari jumlah tersebut, 14 di antaranya kasus B117, 10 kasus B1617 dan 2 kasus B1351.
Reporter: Supriatin
Sumber: Merdeka
Advertisement