Peneliti BRIN Temukan Tumbuhan Paku Jenis Baru di Pedalaman Hutan Papua Nugini

BRIN menilai penemuan Deparia stellata yang tumbuh di pedalaman hutan Pegunungan Bintang, Papua Nugini sebagai langkah untuk terus mendapatkan informasi variasi dan inventarisasi jenis tumbuhan paku.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 06 Jan 2022, 18:19 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2022, 18:19 WIB
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan jenis tumbuhan paku (pteridofita) (Sumber: brin.go.id)
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menemukan jenis tumbuhan paku (pteridofita) Deparia Stellata di pedalaman hutan Pegunungan Bintang Papua Nugini. (Sumber: brin.go.id)

Liputan6.com, Jakarta - Peneliti Bidang Botani Pusat Riset Biologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wita Wardani berhasil menemukan jenis tumbuhan paku (pteridofita), Deparia Stellata di pedalaman hutan Pegunungan Bintang Papua Nugini. Wita dan tim berhasil mengidentifikasi tumbuhan pteridofita jenis baru tersebut berdasarkan spesimen yang dikoleksi oleh W.R. Barker dalam Ekspedisi Pegunungan Bintang tahun 1975.

BRIN menilai penemuan Deparia stellata yang tumbuh di pedalaman hutan Pegunungan Bintang, Papua Nugini sebagai langkah untuk terus mendapatkan informasi variasi dan inventarisasi jenis tumbuhan paku (pteridofita). Khususnya, di wilayah fitogeografi Malesia.

"Kunci penemuan ini adalah kesediaan herbarium Natural History Museum London (BM) meminjamkan spesimennya," ujar Wita dikutip dalam siaran persnya, Kamis (6/1/2021).

Dia mengaku menemukan spesimen tersebut saat berkunjung ke herbarium Natural History Museum London (BM). Kala itu, Wita hendak memeriksa tumpukan spesimen yang belum teridentifikasi di tahun 2016.

"Semula saya mengidentifikasi spesimen tersebut sebagai Deparia Petersenii,” ujarnya.

Dalam pengamatan lebih lanjut, Wita menyampaikan bahwa secara sepintas tutupan permukaan tangkai dan rakis daun jenis baru ini nampak berbeda. Dugaannya itu benar setelah melakukan pengamatan mikroskop berdaya pembesaran tinggi di Herbarium Bogor (BO).

Dia menuturkan usai pengamatan dengan mikroskop, ciri khas jenis baru ini teramati dengan lebih jelas, baik variasi bentuk, ukuran dan posisinya terhadap ciri yang lain. Mikroskop juga memudahkan ahli line drawing Wahyudi Santoso untuk menggambar detil spesimen secara akurat.

"Sebelumnya, rambut-rambut bintang berwarna gelap kemerahan yang menyelimuti rakis dan kosta (tulang daun) tidak pernah ditemukan pada jenis Deparia. Demikian pula sisik dengan tepian berambut tak beraturan. Ciri ini tidak biasa bagi marga ini," jelas dia.

"Namun rambut-rambut bintang yang serupa teramati pula pada Diplazium Stellatopilosum, jenis dari marga yang berbeda namun masih dari suku yang sama yang juga ditemukan di wilayah Papua Nugini," sambung Wita.

Butuh Ketelitian

Menurut dia, cukup mudah membedakan antara Deparia dan Diplazium. Perbedaannya dapat dilihat dari parit pada kosta yang tidak menerus pada Deparia, namun kebalikannya pada Diplazium.

"Karakter rambut bintang diperkirakan sebagai ciri khas jenis dari daratan Papua, khususnya di bagian timur, namun perlu dilakukan kajian yang lebih menyeluruh untuk memastikannya," tutur dia.

Selain dengan bantuan mikroskop, kata Wita, temuan ini terbantu dengan tersedianya gambar-gambar spesimen secara online dari herbarium besar. Termasuk spesimen-spesimen tipe di JSTOR Global Plant dengan fasilitas viewer foto beresolusi tinggi.

Foto-foto tersebut memudahkan siapa saja untuk mengonfirmasi wujud dari nama-nama yang terlibat dalam pemeriksaan. Hanya saja, untuk pengamatan karakter-karakter mikroskopis, foto beresolusi tinggi masih tidak cukup.

"Pendeskripsian jenis baru membutuhkan ketelitian yang selalu melibatkan pemeriksaan spesimen secara langsung," ucap Wita.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya