Liputan6.com, Jakarta - Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menggelar tanwir ke-31 di Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 14 hingga 16 Maret 2023. Forum permusyawaratan tertinggi dalam organisasi di bawah muktamar itu membahas beberapa agenda penting organisasi, salah satunya penentuan tuan rumah Muktamar IMMÂ ke-20.
Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM DKI Jakarta mengungkapkan, dalam forum tersebut pihaknya siap dan bersedia untuk menjadi tuan rumah dan menyambut seluruh kader IMM se-Indonesia pada Muktamar ke-20 IMM.
Hal itu disampaikan Ketua Umum DPD IMM DKI Jakarta Ari Aprian Harahap di dalam sidang pleno pada forum tanwir yang dihadiri oleh DPD IMM se-Indonesia tersebut.
Advertisement
"DKI Jakarta siap menjadi tuan rumah muktamar IMM dan menyambut seluruh kader IMM se-Indonesia. DKI Jakarta siap menjadi rumah tempat kader IMM se-Indonesia menjalin silaturahim dan bertukar gagasan dalam agenda muktamar IMM ke-20," ujar Ari dalam keterangannya, Kamis (16/3/2023).
Mahasiswa Magister UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menjelaskan, DKI Jakarta sangat cocok untuk ditunjuk menjadi tuan rumah muktamar IMM.
Selain akses transportasi yang mudah dari seluruh Indonesia, dia mengungkapkan, DKI Jakarta juga memiliki sejarah panjang tentang gerakan pemuda dan mahasiswa.
"DKI Jakarta adalah provinsi yang paling strategis untuk muktamar IMM ke-20. Selain transportasi yang mudah, Jakarta juga sangat ideal untuk IMM membahas dan meneropong visi IMM serta isu nasional yang ada," tandasnya.
Â
Tentang IMM
Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah gerakan mahasiswa Islam dan salah satu organisasi otonom Muhammadiyah yang lahir di Yogyakarta pada 14 Maret 1964 M atau 29 Syawal 1384 H.
IMM bertujuan untuk mengusahakan terbentuknya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah, yakni menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Berdirinya IMM tidak dapat terlepas dari peristiwa Muktamar Muhammadiyah Ke-25 (Congres Moehammadijah Seperempat Abad) pada tahun 1936 di Batavia (Jakarta) yang mewacanakan untuk menghimpun mahasiswa dan mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah.
Selama masa Hindia Belanda hingga pasca kemerdekaan Indonesia, kalangan pelajar sekolah tinggi yang berlatarbelakang Muhammadiyah bergabung dengan organisasi otonom yang telah lebih dahulu berdiri seperti Nasyiatul Aisyiah dan Pemuda Muhammadiyah.
Advertisement