Pengamat Nilai Posisi Airlangga di Golkar Sulit Digantikan Bamsoet-Bahlil: Hanya Jokowi Berpeluang

Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensat) menilai tidak ada figur yang pas dan bisa menggantikan sosok Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar.

oleh Devira PrastiwiWinda Nelfira diperbarui 28 Mar 2024, 13:00 WIB
Diterbitkan 28 Mar 2024, 13:00 WIB
Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensat) menilai tidak ada figur yang pas dan bisa menggantikan sosok Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar.
Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensat) menilai tidak ada figur yang pas dan bisa menggantikan sosok Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensat) menilai tidak ada figur yang pas dan bisa menggantikan sosok Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Sebab, menurut Hensat, Airlangga telah menorehkan prestasi cemerlang selama Pemilihan Umum atau Pemilu 2024.

"Lucu sekali bila ada partai se-dewasa Golkar ada isu menggantikan Airlangga yang jelas prestasinya cemerlang selama ini. Kursi di DPR nambah, perolehan suara nasional nambah, Pemilihan Presiden menang. Jadi tidak ada ada yang bisa menggantikan dia termasuk Bamsoet atau Bahlil," kata Hensat dalam keterangan tertulis, diterima Kamis (28/3/2024).

Dia menilai, apabila posisi Airlangga harus digantikan, hanya Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memiliki peluang kuat untuk posisi tersebut. Hal itu, kata Hensat, bisa dilakukan dengan mengubah Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

"Satu-satunya nama yang harus diwaspadai hanyalah Jokowi. Apa yang bisa menahan seorang Jokowi untuk menjadi Ketua Umum Golkar? apakah AD/ART partai? Menurut saya perubahan AD/ART tidak perlu melalui MK, cukup di internal partai saja," ucap Hensat.

Dia kemudian menjelaskan, hanya tersisa dua pilihan bagi para kandidat lain yang hendak menggantikan Airlangga, mengaku setia kepada Airlangga, atau mendorong Presiden Jokowi untuk duduk di kursi Ketua Umum Partai Golkar.

"Saat ini hanya tersisa dua pilihan bagi para calon Ketum Golkar yang berusaha untuk menantang Airlangga. Menyatakan loyal kepada Airlangga atau mendorong Jokowi untuk menggantikan Airlangga," papar Hensat.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dorong Jokowi Jadi Ketum Partai Golkar

Pertemuan Jokowi - Airlangga
Airlangga mengakui dirinya sempat berbicara empat mata dengan Jokowi. Ketua Dewan Pengarah Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka itu juga membenarkan sempat membahas soal Pilpres 2024. (Instagram/golkar.indonesia)

Lebih lanjut, Hensat mendorong Presiden Jokowi menjadi Ketua Umum Partai Golkar bukan tanpa resiko. Dia memprediksi, Partai Golkar akan menjadi partai keluarga bila mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut berhasil menjadi Ketua Umum.

"Kalau kemudian mereka mendorong Jokowi, maka harus dihitung juga implikasinya. Karena bila Jokowi jadi ketum Golkar mereka tidak akan jadi Ketua Umum karena Golkar akan diubah jadi partai keluarga oleh Pak Jokowi seperti PDI Perjuangan, seperti Demokrat dan Gerindra," ucap dia.

"Jadi mau gak tuh partai Golkar yang selama ini moderen dan terbuka kemudian mundur menjadi partai keluarga?," sambung Hensat.

Lebih lanjut, Hensat menyarankan kader-kader Partai Golkar mempertahankan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Dengan begitu, kata dia, Partai Golkar bakal tetap menjadi partai yang moderen.

"Bila Golkar tidak mau mundur, jalan keluarnya hanya satu, jadikan airlangga ketum lagi. Karena menurut saya mungkin saja Jokowi mengubah Golkar menjadi partai keluarga, karena dia masih memiliki energi untuk melakukan itu," jelas Hensat.


Kata Kaesang soal Isu Jokowi Akan Jadi Ketua Umum Partai Golkar

Jokowi Salami Tamu yang Pulang
Presiden Jokowi berbincang dengan Ibu Negara, Iriana serta Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep sambil menunggu tamu yang pulang dari kediamannya di Jalan Kutai Utara, Solo usai prosesi siraman Kahiyang Ayu, Selasa (7/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Presiden Joko Widodo (Jokowi) diisukan akan menjadi calon Ketua Umum Partai Golkar. Menanggapi hal ini Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep mengaku tak mau ikut campur urusan sang ayah.

"Mengenai bapak presiden bergabung ke Golkar ya balik lagi itu terserah kepada Pak Jokowi. Saya kan enggak bisa nyuruh atau apa, enggak masalah," kata Kaesang di Jakarta, Jumat 22 Maret 2024.

"Terserah, saya mah santai," sambungnya.

Sementara Jokowi sendiri tak menjawab dengan gamblang soal isu ini.

"Hahaha, saya sementara ini ketua Indonesia saja," kata Jokowi usai kunjungan dari RSUD Sultan Syarif Mohamad Alkadrie Pontianak, Kamis 21 Maret 2024.

Selain Jokowi, nama Gibran Rakabuming Raka belakangan mencuat menjadi salah satu calon ketua umum Partai Golkar.

Wakil Ketua DPP Partai Golkar Adies Kadir menyatakan, pemilihan ketua umum bergantung dengan hasil musyawarah nasional (munas) akhir tahun mendatang. Ia mengingatkan, wewenang penyelenggaraan munas berada di ketua umum saat ini, Airlangga Hartarto.

"Terkait dengan munas, itu kan wewenang DPP Partai Golkar, yang dikomandani oleh Pak Airlangga Hartarto. Tentunya Pak Airlangga dan kawan-kawan DPP Partai Golkar punya ancar-ancar kapan itu akan dilaksanakan," kata Adies kepada wartawan.

 


Ada Syarat yang Harus Dipenuhi

Ketum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto menghadiri konsolidasi partai Golkar di salah satu hotel kawasan Makassar, Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)
Ketum DPP Partai Golkar, Airlangga Hartarto menghadiri konsolidasi partai Golkar di salah satu hotel kawasan Makassar, Sulawesi Selatan. (Liputan6.com/Dicky Agung Prihanto)

Ketua Umum Ormas Pendiri Partai Golkar Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) itu menegaskan, pihaknya mendukung Airlangga terkait kapan waktu pelaksanaan munas atau pemilihan ketua umum.

"Kami selalu siap saja mendukung kapan pun diputuskan oleh Pak Airlangga Hartarto, munas itu kapan, kami selalu siap mendukung kepemimpinan beliau," kata Adies.

Terkait nama Gibran Rakabuming Raka, Adies mengingatkan ada syarat yang harus dipenuhi untuk menjadi ketua umum yakni pernah menjadi pengurus selama lima tahun.

"Terkait dengan kemungkinan-kemungkinan Gibran atau siapa dan lain-lain, di Golkar kami punya aturan main, kami punya anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. Dan sampai saat ini, AD/ART itu, kalau tidak salah menyampaikan bahwa seseorang yang ingin mencalonkan diri menjadi ketua umum itu minimal harus lima tahun di dalam kepemimpinan Partai Golkar," jelas Adies.

Selama tidak ada perubahan AD/ART atau perubahan di musyawarah nasional luar biasa (munaslub), kata Adies, maka syarat tersebut harus dipenuhi putra sulung Jokowi itu.

"Jadi selama ini sebelum ada perubahan AD/ART, kami sebagai underbow Partai Golkar, tentunya masih berpatokan kepada AD/ART. Kita tidak berani berandai-andai apakah ini akan diubah atau tidak. Kita akan mengikuti saja, tetapi sampai saat ini kita harus ikut kepada aturan. Itu aturan baku dari Partai Golkar. Itu buku sakralnya Partai Golkar," kata dia.

"Jadi tegas itu pengurus Partai Golkar. Jadi, mau dia DPP, mau dia di provinsi, mau dia di mana, selama dia pernah jadi pengurus. Yang masalah kan kalau belum pernah jadi pengurus," tegasnya.

Infografis Muncul Wacana Gibran Jadi Calon Ketua Umum Golkar. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Muncul Wacana Gibran Jadi Calon Ketua Umum Golkar. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya